Anda di halaman 1dari 2

Setelah kupikirkan sekali lagi, dan sekali lagi aku memikirkannya, berjalan

sendirian di lorong ini bukanlah hal yang menakutkan. Paling tidak aku bisa bisa
menikmati suasananya. Sepi. Ah, sangat tenang. Hanya ada suara gemerisik dahan
yang sibuk meranggas menggugurkan daunnya dan

Jack!

Suara Thomas.

Dia berlari ke arahku. Kupercepat langkahku.

Jack! Jack! Jack! dia meraih tanganku.

Aku berontak.

Kenapa sih?

Aku mempercepat langkahku.

Thomas terus menyusul langkahku. Jack! Stop! dia berdiri di depanku.

Aku menatapnya. Dan semakin aku menatapnya, semakin kesal rasanya.


Minggir! aku menyeret tubuhnya ke samping.

Dia berontak tentu saja. Jack, kenapa sih? Thomas terus mengejarku.

Aku berlari.

Oke, gue salah! dia berteriak.

Aku menghentikan lariku. Berbalik menatapnya lagi.

Gue salah. Puas? dia berjalan mendekat.

Aku bergeming. Kesal sekali melihatnya.

Jack! Ayolah. Loe tahu sendiri gue

Kalau tahu salah kenapa masih di sini?

Jack, gue

Pulang sana! Masuk kuliah dan jangan pernah mikir buat kabur lagi. Loe pikir
Loe anak SD?
Dia hanya mendengus.

Pernah nggak sih, sekali aja dalam hidup loe, loe pikirin orang tua loe? Pernah
pikirin bagaimana perasaan mereka? Mau sampai kapan kamu bersikap seperti anak
kecil? Kamu pikir

Cukup! Jack, cukup!

Cukup apa? Apanya yang cukup?

Jack, aku punya otak. Aku masih bisa berpikir waras. Dan saking warasnya,
aku sampai harus membuat keputusan seperti ini.

Waras kamu bilang? Bagian mana yang kamu sebut waras? Berhenti kuliah
terus kabur dari rumah, itu yang kamu sebut waras?

Anda mungkin juga menyukai