KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan proposal yang saya buat. Shalawat serta salam
saya limpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan kepada umatnya yang turut dan setia
kepada ajaran-Nya sampai akhir zaman.
saya ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih, kepada Bapak
Dr. Ketang Wiyono S.Pd., M.Pd sebagai dosen mata kuliah study hasil
penelitian, juga tak lupa kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu.
Dengan kerendahan hati, saya menyadari bahwa proposal yang saya buat
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnan proposal yang
saya buat ini.
Besar harapan saya, semoga proposal yang saya buat ini bermanfaat,
khusunya bagi saya dan umumnya bagi pembaca serta diharapkan proposal ini
dapat bermanfaat bagi kepentingan dunia pendidikan.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa
alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2003). Berdasarkan penjabaran diatas
dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan mata pelajaran fisika di SMA merupakan
sebuaah sarana untuk mengembangkan dan melatih siswa agar dapat menguasai
pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki kecakapan ilmiah.
Tujuan dari pembelajaran fisika tersebut akan tercapai jika dalam proses
pembelajarannya berjalan dengan baik. Pada kenyataannya, yang terjadi
dilapangan masih belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peserta didik
masih kesulitan dalam menyelesaikan masalah terkait dengan konsep fisis dan
matematis. Hal ini dapat terjadi kemungkinan peserta didik hanya mengenal
rumus fisika saja tanpa disertai dengan pemahaman konsep yang baik. Untuk
memberikan pemaham konsep dengan baik perlu di terapkan sebuah pembelajaran
bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan
dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna ini merupakan suatu pembelajaran
yang harus diupayakan dalam pembelajaran fisika. Sebagaimana disebutkan oleh
Johnson (2007:90) bahwa, ketika peserta didik mempelajari sesuatu dan dapat
menemukan makna, maka makna tersebut akan memberikan mereka alasan untuk
belajar.
Salah satu variabel yang menentukan tingkat kebermaknaan suatu
pembelajaran disekolah yaitu kualitas guru. Kualitas guru yang tidak sesuai
standar dapat menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna. Menurut
(Abdul Majid, 2006: 5) bahwa standar kualitas guru akan menentukan sejauh
mana guru di percaya dan diterima oleh peserta didik.
Mahasiswa pendidika fisika Universitas Sriwijaya merupakan mahasiswa
yang sedang disiapkan untuk menjadi guru fisika yang berkualitas. Prodi
pendidikan fisika ini di latih dan di siapkan untuk membenahi pembelajaran yang
belum bermakna atau kurang bermakna, karena suatu pembelajaran yang kurang
bermakna akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Fisika akan cenderung
tidak diminati oleh para siswa di sekolah karena para siswa beranggapan bahwa
3
pelajaran fisika sulit untuk di pelajari. Oleh karena itu mahasiswa calon guru
fisika Universitas Sriwijaya yang pada saaat ini masih dibangku kuliah,
diharapkan mampu memperbaiki keadaan tersebut.
Menyadari hal tersebut maka harus ada langkah-langkah strategis dan
sistematis yang dilakukan oleh Prodi Pendidikan Fisika Universitas Sriwijaya.
Mahasiswa calon guru fisika disiapkan untuk memiliki kemapuan untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna. Menjadikan mahasiswa calon
guru fisika mampu menjalankan proses pembelajaran secara bermakna di sekolah,
dapat dilakukan dengan cara membiasakan mahasiswa untuk mengikuti
perkuliahan bermakna di kampus. Dengan begitu mahasiswa pendidikan fisika
akan lebih mudah untuk menerapkannya pada saat mereka menjadi pendidik,
karena sudah terbiasa pada saat mereka belajar di bangku kuliah.
Lawson (1995:4) mengusulkan Proses pembelajaran yang di gunakan agar
menjadi lebih bermakna yaitu dimulai dari pemberian pertanyaan menantang
tentang suatu fenomena, kemudian menugaskan peserta didik untuk melakukan
suatu aktivitas, memusatkan pada pengumpulan dan penggunaan bukti, bukan
sekedar menyampaikan informasi secara langsung dan penekanan pada hafalan.
Lawson (1995:4) mengatakan bahwa, mengajar sains harus bagaimana sains
bekerja (teach science as science is done). Tahap-tahap pembelajaran fisika
semestinya mempertimbangkan persoalan Scientific Method. praktik pembelajaran
fisika yang tidak berbasis pada Scientific Method, terjadi karena para guru belum
terinternalisasi nilai dan semangat Scientific Method itu sendiri. oleh karena itu
perlu adanya upaya untuk melakukan internalisasi nilai dan semangat Scientific
Method kepada para mahasiswa calon guru fisika.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakannya penelitian yang lebih luas,
untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul penerapan
pendekatan Project Based Learning sebagai upaya internalisasi Scientific
method bagi mahasiswa calon guru fisika Universitas Sriwijaya
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan Project Based Learning
dapat di jadikan internalisasi Scientific Method bagi mahasiswa calon guru
fisika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Ford, 2008: 31). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum
2013 di Indonesia.
Discovery Education (2006) menyebutkan bahwa: The scientific method
is the tool that scientists use to find the answers to questions. It is the process of
thinking through the possible solutions to a problem and testing each possibility
to find the best solution. Scientific method merupakan serangkaian proses untuk
menjawab pertanyan. Melalui suatu prroses berpikir, sebuah hipotesis diajukan
untuk menjadi jawaban sementara atas pertanyaan yang di ajukan. Serangkaian tes
di jalankan untuk menguji hipotesis tersebut, sampai di temukan jawaban yang
sebenarnya atas pertanyaan yang muncul pada bagian awal proses.
Griffith (2007:4) menggambarkan scientific method sebagai proses
bersikluss dengan tiga langkah utama yaitu terdiri dari : 1. Observation or
eksperiments, 2. Generalisation, 3. Hypotesis or theory. Tidak semua fenomena
bisa di eksperimenkan, maka Griffith memperkenankan observasi sebagai
alternatif lain yang dapat digunakan sebagai penguji hipotesis atau teori sebelum
akhirnya di generalisasikan.
Observation or experiments
.
geberalitation Hypotesis or theory
Sund dan Leslie (1973:12) mendefisikan Scientific Method sebagai proses
yang terdiri dari enam langkah, yaitu (1) Stating the problem, (2) formulating
hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making observation, (5) collecting
data from the experiment, (6) drawing conclutions.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa sientific
method merupakan serangkaian proses ilmiah untuk menjawab serangkaian
pertanyaan yang di ajukan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan
observasi dan atau eksperimen, setelah melakukan eksperimen didapat hasil
kesimpulan dari hasil percobaan atau hasil eksperimen tersebut. Adapun tahap-
tahap sientific method yaitu yang terdiri dari: 1. Membuat pertanyaan ilmiah, 2.
Melakukan kajian teoritis (research), 3. Mengkonstruksikan hipotesis, 4.
6
Menjalankan observasi dan atau eksperiment, 5. Menganalisis data dan membuat
kesimpulan, 6. Melaporkan hasil (publikasi)
7
ditentukan sebelumnya, (c) mahasiswa sebagai perancang proses untuk mencapai
hasil, (d) mahasiswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola
informasi yang dikumpulkan, (e) melakukan evaluasi secara kontinu, (f)
mahasiswa secara teratur melihat kembali apa mereka kerjakan, (g) hasil akhir
berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan (h) kelas memiliki atmosfer yang
memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Kegiatan workshop prooject based learning bagi tutor menurut Rosenfeld
(2001) terdiri dari: (1) membuat pertanyaan yang akan dijadikan proyek, (2)
memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek, (3) membaca dan mencari
materi yang relevan dengan masalah, (4) merancang masalah, (5)
merancang/metode yang tepat dalam memecahkan masalah, (6) menulis proyek
proposal, (7) implementasi dan membuat dokumen tugas, (8) analisis data dan
membuat simpulan, (9) membuat laporan final, (10) mempresentasikan proyek
final.
Langkah yang lebih singkat untuk setting mahasiswa menurut Gabriella
(2000) dan thomas (2000) adalah: pertama persiapan formulasi problem (memilih
tema proyek, membuat pertanyaan, membuat list, membuat definisi, memilih dan
memutuskan proyek, memformulasi problem dan hipotesis.).
Pada kelas project based learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara
kalaboratif, penilaian dilakukan secara autentik dan sumber belajar bisa sangat
berkembang. Berbeda dengan konvensional yang terbiasa dengan situasi kelas
individual, penilaian lebih dominan pada aspek hasil dari pada proses, dan sumber
belajar cenderung stagnan.
Menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) langkah-
langkah pembelajaran dalam project based learning yaitu:
1. Start with the essential question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas duania nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Design a plan for the project
8
Perencanaan dilakukan secara kalaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki
atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahanyang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
3. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara klaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membaut deadline
penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara
yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Monitor the students and the progress of the project
Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses mentoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Assess the outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
6. Evaluate the experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
9
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang di ajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Variabel dalam
penelitian adalah project based learning sebagai variabel bebas dan internalisasi
scientific method sebagai variabel terikat.
3.4.2 Sample
Mahasiswa yang menjadi sample penelitian ditentukan sesuai dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
n : ukuran sample
N : ukuran populasi
11
Berdasarkan rumus diatas dari jumlah populasi 42 mahasiswa, yang
menjadi sample berjumlah 30 mahasiswa.
Penelitian ini akan dilakukan pada semester VI pada bulan April 2016 jurusan
MIPA prodi pendidikan fisika Universitas Sriwijaya.
12
pada tahap akhir peneliti melakukan pengolahan terhadap data hasil
pengamatan (data sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan)
lalu kemudian membuat laporan penelitian.
13
Sample terdistribusi normal apabila nilai lebih kecil dari nilai ( < ). Uji
homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sample berasal dari varians yang
homogen atau tidak. Untuk menguji normalitas dilakukan dengan uji F. Jika
dan sebaliknya. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, jika kelas
sample terbukti terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Dengan rumus:
dengan
Harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel yang dimuat dalam tabel
distribusi t. Kriteria pengujian hipotesis adalah diterima jika nilai t < pada
taraf nyata 0,05. Berdasarkan uji hipotesis secara statistik, jika ditolak berarti
14
Daptar Pustaka
15
Doppelt, Y. 2003. Implementation and assessment of project-basd learning in
flexible environment. Instructional Journal of Technology and Design
Education. Volume 13 Page 255-272.
Griffith, T.W. (2007). The physics of everyday phenomana: A Conceptual
Introduction to physics.McGraw Hill: New York
Gabriella Bodnar dan Judit Hazy. 2000. Experiences of Project-Based Teaching .
Hodson, D. (1996). Laboratory work as scientific method: Three decades of
confusion and distortion. Journal of Curriculum Studies, 28(2), 115-135.
Navies Luthvitasari. 2012. Implementasi pembelajaran fisika berbasis proyek
terhadap keterampilanberpikir kritis, berpikir kreatif dan keterampilan
generik sains. Journal Of Innovative Science Education. Volume 2 page 92-
97
Noorita Arumsari. 2014. Pengembangan modul berbasis project based learning
untuk mengoptimalkan kemandirian dan hasil belajar fisika pada siswa kelas
x SMA Negeri 1 Kutowinangun tahun pelajaran2013/2014. Volume 5 page
35-39
Nyoman Maliawan. 2015. penerapan model pembelajaran project based learning
(PJBL) untuk meningkatkan hasil belajar prakarya dan kewirausahaan
(fisika terapan) pada siswa kelas x ipa2 SMA negeri 1 sukasada tahun
pelajaran 2014/2015. e-journal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha.
Volume 4
Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa. 2004. A Project-Based Approach to
Entreprenurial Leadership Education. Journal Technovation. Desember.
Volume XX. Page 1-16.
R. A. N. Khasanah. 2015. Implementasi model project based learning berbantuan
LKS untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika dan performance siswa.
Unnes Physics Education Journal. Volume page 83-89
Rudolph, J.L. 2005. Epistemology for the masses: The origins of the scientific
method in American schools. History of Education Quarterly, 45, 341-376.
Rosenfeld, Sherman; Benhur, Yehuda. 2001. Project-Based Learning (PBL) In
Science and Technology: A Case Study of Professional Development. Journal
of Action Research and Professional Development. Volume II. Page 460-480
Sund, R.B & Leslie (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School.
Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta
16
The George Lucas Education Foundation. (2005). Instructional Module Project
Based Learning. Diambil pada tanggal 19 maret 2016 dari
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php
Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. Retrieved
18 July 2005 from http://www.autodesk.com/foundation
Varelas, M and Ford M. 2009. The scientific method and scientific inquiry:
Tensions in teaching and learning. USA: Wiley InterScienc
Wilson,G. Brent. 1996. Constructivist Learning Environment Educational
Technology. Publications Englewood Cliffs. New Jersey.
Winda Sari. 2015. Pengaruh LKS project based learning terhadap hasil belajar
fisika siswa kelas x SMA N 13 Padang. Volume 5 page 121-128
17