Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu Has Azazi Manusia (HAM) yang


fundamental dan unsur penting dari kesejahteraan, maka pembangunan kegiatan
harus dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pemerintah selalu berusaha untuk memenuhi hak warga negaranya. Kesehatan
yang dilakukan melalui salah satunya menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat menjangkau keseluruhan masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan
terdepan yang dapat menjangkau kesehatan telah dibangun sejak beberapa dekade
yang lalu disebut Puskesmas. (SKN, 2009)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas mempunyai visi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya. (Kepmenkes, 2004)
Untuk dapat melakukan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
puskesmas melakukan upaya-upaya yang terdiri dari upaya wajib yang disebut
basix six dan upaya pengembangan (pilihan) yang secara nyata dilaksanakan
dalam berbagai program dan pelayanan kesehatan. Upaya-upaya kesehatan
tersebut diselenggarakan dalam menerapkan perangkat manajemen. Fungsi
manajemen yang strategis adalah pada perencanaan. Kegiatan akan berhASIl jika
direncakan dengan berbasis data dan informasi. (kepmenkes, 2004)
Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang
berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat atau disingkat PHBS di seluruh Indonesia dengan mengacu
kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan
pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut
aktif dalam meningkatkan status kesehatannya. Kita menyadari bahwa upaya
tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena upaya tersebut berkaitan sangat
erat dengan masalah perilaku sedangkan masalah perilaku merupakan masalah
yang khas dan kompleks.
Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%.
Persentase rumah tangga Ber- PHBS memang merupakan salah satu Indikator
Kinerja Utama (IKU) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI, 2012).
Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga
lain cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur. Prevalensi
perokok dalam rumah lebih banyak pada laki-laki (76,8%) ketika bersama
anggota keluarga yang lain (Balitbangkes, 2010).
Puskesmas Ulak Karang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
yang ada di wilayah Kota Padang dengan jumlah penduduk sebanyak 19.886 jiwa
dalam wilayah kerjanya. Program pokok Puskesmas Ulak Karang sama dengan
program puskesmas lainnya. Terdiri dari program PROMKES, KESLING, KIA,
Perbaikan Gizi, P2M, Pengobatan, dan PERKESMAS.
Selain program pokok juga terdapat program-program pengembangan
seperti PROLANIS dan lainnya. Semua program tersebut memiliki target dan
pencapaian masing-masing sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang (DKK Padang). Dalam
pelaksanaannya terdapat berbagai kesenjangan antara target dan pencapaian yang
diperoleh masing-masing program (Laporan Tahunan, 2016).
Berdasarkan laporan tahunan puskesmas ulak karang tahun 2016, cakupan
jumlah rumah tangga yang ber PHBS sebanyak 32 rumah tangga (2,07 %) dari
jumlah rumah tangga yang telah di survey sebanyak 3785 rumah tangga. Ini
mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2015 yaitu jumlah rumah
tangga yang di survey sebanyak 36 rumah tangga, sementara rumah tangga yang
ber PHBS hanya sebanyak 6 rumah tangga. Namun angka tersebut masih berada
jauh di bawah target yaitu 65%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang
berada di wilayah kerja puskesmas Ulak Karang belum sepenuhnya berperilaku
hidup bersih dan sehat dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian Untuk
mendapatkan gambaran pelaksanaan PHBS masyarakat pada tatanan rumah
tangga.
Sesuai kurikulum yang berlaku di Universitas Baiturrahamah Padang,
kegiatan magang dilaksanakan untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh
dalam perkuliahan. Magang merupakan wahana bagi Mahasiswa untuk
memahami berbagai kegiatan kesehatan masyarakat sehingga dapat memahami
situasi kondisi nyata di Puskesmas. Pada dasarnya magang merupakan kegiatan
belajar baik di lingkungan Puskesmas dan di lapangan yang diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan serta menumbuhkan sikap responsive
dan antisipasif dalam memecahkan berbagai masalah kesehatan masyarakat.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu melakukan analisis sistem terhadap proses
manajemen pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas
b. Mahasiswa mampu membandingkan teori yang didapat di bangku
kuliah dengan pelaksaan manajemen yang ada dipuskesmas.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran umum unit kerja yang ada mencakup aspek
ketenagaan, logistik, peralatan dan perlengkapan, keuangan, sistem
informasi yang berkaitan dengan manajemen di Puskesmas Ulak
Karang tahun 2016.
b. Diketahuinya gambaran program promosi kesehatan tentang PHBS
rumah tangga di Puskesmas Ulak Karang Kota Padang Tahun 2017.
c. Diketahuinya pencapaian program promosi kesehatan tentang PHBS
rumah tangga di Puskesmas Ulak Karang Kota Padang Tahun 2017.
d. Diketahuinya proses Perencanaan (P1) program promosi kesehatan
tentang PHBS rumah tangga di Puskesmas Ulak Karang Kota Padang
Tahun 2017.
e. Diketahuinya proses Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) program
promosi kesehatan tentang PHBS rumah tangga di Puskesmas Ulak
Karang Kota Padang Tahun 2017.
f. Diketahuinya proses Pengawasan, Penilaian, dan Pertanggung
jawaban (P3) program promosi kesehatan tentang PHBS rumah tangga
di Puskesmas Ulak Karang Kota Padang Tahun 2017.
g. Dilakukannya tahapan gambaran system pencatatan dan pelaporan
program promosi kesehatan tentang rumah tangga ber PHBS di
wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang tahun 2017.

1.3 ManfaatMagang
1.3.1 Bagi Puskesmas
a. Dapat memanfaatkan peserta magang dalam membantu kegiatan
manajemen pelayanan kesehatan.
b. Dapat memanfaatkan peserta magang dalam membantu kegiatan
operasional.
c. Dapat mengembangkan keterampilan dengan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Baiturrahmah baik dalam kegiatan penelitian
maupun pengembangan.
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sumbangan wawasan bagi perkembangan ilmu Kesehatan Masyarakat
mengenai Program Kesehatan Lingkungan serta dapat dijadikan panduan bagi
mahasiswa / mahasiswi yang akan melakukan magang selanjutnya.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif.
b. Bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam memecahkan masalah
program Kesehatan lingkungan.
c. Implementasi metode yang relevan dan ilmiah dalam menganalisa situasi,
identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, menetapkan alternatif
pemecahan masalah, merencanakan program intervensi, monitoring dan
evaluasi.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang


Sejalan dengan pendekatan siklus pemecahan masalah program kesehatan
masyarakat yang digunakan, maka ruang lingkup kegiatan magang di Puskesmas
Ulak Karang ini antara lain :
a Mengikuti kegiatan masing-masing program / bagian di puskesmas.
b Diskusi tentang manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas baik dari
segi aspek perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya.
c Melihat gambaran mengenai sistem informatika / pelaporan di
puskesmas.
d Melakukan pengumpulan dan analisis data kesehatan di puskesmas.
e Melakukan identifikasi masalah dan analisis masalah kesehatan di
Puskesmas dengan pendekatan Problem Solving Cycle (PSC).
f Membuat alternatif pemecahan masalah kesehatan di puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Puskesmas


2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas merupakan pusat pengembangan kesehatan di Kecamatan yang
mandiri. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Puskesmas disebut juga Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan
kriteria umum adalah :
a. Tidak melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan dan perizinan
b. Mempunyai misi / tugas pokok yang jelas dan tidak berduplikasi atau
tumpang tindih dengan unit organisasi lain
c. Harus didukung oleh tiga faktor, yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM),
anggaran dan sarana prasarana kerja Memiliki rencana kerja program dan
kegiatan pengembangan yang berkelanjutan
2.1.2 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap
orang yang berada di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2005: 92).
2.1.3 Fungsi Puskesmas
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektoral termasuk
6
oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga setiap pembangunan yang
dilaksanakan berwawasan kesehatan dan mendukung pembangunan
kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas antara lain meliputi :
1. Pelayanan kesehatan perorangan (private goods)
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan
perorangan mencakup rawat jalan dan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik dengan tujan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. (Depkes RI,
2004 : 7).
2.1.4 Manajemen Puskesmas
Manajemen puskesmas merupakan serangkaian kegiatan yang bekerja
secara sistematik untuk menghasilkan luaran (output) puskesmas yang efektif dan
efisien (Depkes RI, 2005).
Manajemen puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik, sehingga menghasilkan keluaran (output) yang efisien dan efektif
dengan menggunakan instrumen manajemen, yaitu perencanaan (P1),
penggerakan dan pengorganisasian (P2), serta pengawasan, pengendalian dan
penilaian (P3)

2.1.5 Model Manajemen Puskesmas


Agar visi puskesmas dapat tercapai, contoh model manajemen dan
penjabaran fungsinya antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 2002) : Model P1,
P2, P3 (Perencanaan, Pengawasan, Pelaksanaan, Pengendalian dan Penilaian).
Model seperti ini biasanya digunakan oleh jajaran kesehatan yang berada di
Puskesmas dijabarkan dengan :
a. P1 ( Perencanaan) berbentuk Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
b. P2 (Penggerakan Pelaksanaan) berbentuk lokakarya mini puskesmas
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) berbentuk stratifikasi
puskesmas yang berubah menjadi penilaian kinerja puskesmas.
Adapun model model lainnya dari manajemen dan penjabaran fungsinya
adalah sebagai berikut :
1. Model PIE (Planing, Implementasi & Evaluation)
Model ini adalah yang paling sederhana, karena hanya meliputi 3 fungsi
saja yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
b. Implementasi (Implementing)
c. Evaluasi (Evaluation)
2. Model POAC (Plaining, Organizing, Actuating & Controling)
a. Perencanaan (Planning)
b. Penggerakan (Organizing)
c. Pemantauan (Actuating)
3. ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi, dan Komunikasi)
Model ini digunakan oleh jajaran Depkes, khususnya yang bergerak
dibidang partisipasi masyarakat. Manajemen ARRIF menghasilkan profil
peran serta masyarakat baik ditingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi
maupun pusat/nasional.
4. ARRIME (Analisis, Rumusan, Rencana, Implentasi, Monitoring, dan
Evaluasi)
Model ini sama seperti ARRIF, hanya fingsi monitoring dan evaluasi
secara tegas dipisahkan, karena aspek yang dikelola meliputi 3 fungsi
puskesmas, sehingga fungsi monitoring dan evaluasi harus dipisahkan.
5. ARRIMES (Ananlisis, Rumusan, Rencana, Implentasi, Monitoring,
Evaluasi, dan sosialisasi)
Model ini merupakan menyempurna dari ARRIME yang setelah
diterapakan dilokasi uji coba selama 2 tahun, ada fungsi manajemen yang
harus ditambahkan, yaitu sosialisasi hasil evaluasi pembangunan kesehatan
diwilayah tersebut kepada lintas sector terkait dan juga masyarakat itu
sendiri. Ini terutama berkaitan dengan fungsi pertama yaitu pusat
pembangunan barwawasan kesehatan, dan fungsi kedua yaitu
pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan masyarakat.
2.1.6 Proses Manajeman Puskesmas
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)
Perencanaan merupakan proses penyusunan kegiatan yang urut,
yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan/disepakati dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan
berdaya guna (Depkes RI, 2005: 104).
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses
penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang
yang dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam upaya mengatasi
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2006:
79).
Tujuan perencanaan tingkat puskesmas ada 2 yaitu :
a. Dapat disusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) puskesmas yang
akan dilaksanakan tahun berikutnya dalam rangka peningkatan mutu
dan cakupan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan di wilayah kerjanya.
b. Dapat disusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) puskesmas
setelah diterimanya alokasi sumber daya dari berbagai sumber
terutama dari pemerintah daerah kabupaten/kota (dinas kesehatan)
dalam rangka memantapkan penggerakan pelaksanaan kegiatan
dalam tahun yang sedang berjalan.
Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui empat tahapan
(Depkes RI, 2006) yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-
tahap perencanaan.
b. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses
analisis terhadap data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dasar
dilakukan sebagai langkah awal perencanaan untuk mengukur
keberhasilan. Kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu :
1) Data Umum
a) Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan
b) Data sumber daya
c) Data peran serta masyarakat
d) Data penduduk dan sasaran program
e) Data sekolah
f) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
2) Data Khusus
a) Status kesehatan berupa : data kematian, kunjungan, kesakitan,
pola penyakit.
b) Data pola penyakit (sepuluh penyakit terbanyak)
c) Kejadian luar biasa
d) Cakupan program pelayanan kesehatan satu tahun terakhir yang
bersumber dari evaluasi kinerja puskesmas/stratifikasi.
e) Kepatuhan petugas dalam menyampaikan pelayanan kesehatan
dengan sumber informasi complience rate.
f) Cakupan perdesa-desa di wilayah kerja puskesmas dimana
pelayanan kesehatan itu merupakan program prioritas
pemerintah daerah kabupaten/kota.
g) Kepatuhan petugas atas manajemen obat
h) Kepatuhan petugas atas manajemen alat
i) Jenis, jumlah sumber daya berupa ketersediaan obat, alat, tenaga
dan keuangan.
j) Hasil survei.
Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan analisis data antara lain :
a) Melakukan analisa situasi kesehatan masyarakat wilayah
kerjanya dengan memperhatikan kesehatan, kematian, perilaku
masyarakat, peran serta swasta dan masyarakat, kependudukan
dan geografi.
b) Data situasi tingkat pencapaian hasil kegiatan Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD) untuk tiap-tiap desa.
c) Data situasi kepatuhan terhadap protap simpul manajemen alat
(pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pemeliharaan) telah
ada prosedur kerjanya (SOP). Tingkat kepatuhan diperoleh
dengan membandingkan pelaksanaan SOP oleh petugas dengan
SOP yang disepakati.
d) Data situasi kepatuhan terhadap manajemen obat.
e) Analisis tehadap ketersediaan jenis dan jumlah alat yang tersedia
dalam tahun lalu yang diperoleh dengan membandingkan
ketersediaan sumber daya tersebut dengan yang direncanakan..
f) Dilakukan analisa data hasil survei yang ada
Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan rencana usulan kegiatan ini terdiri dari dua langkah yaitu :
1) Analisis Masalah
Analisis masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan
kelompok tim penyusun perencanaan tingkat puskesmas dan konsil
kesehatan kecamatan/badan penyantun puskesmas melalui tahapan
identifikasi masalah, menetapkan urutan prioritas masalah,
merumuskan masalah, mencari akar penyebab masalah,
mengkonfirmasi penyebab masalah, merumuskan alternatif
pemecahan masalah, menetapkan cara-cara pemecahan masalah,
menyusun kegiatan tahun yang akan datang, menyusun rencana
kebutuhan kegiatan tahun yang akan datang, melakukan rekap dan
memasukkan ke dalam format RUK.
2) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana usulan kegiatan disusun dalam bentuk matriks
dengan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah
yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia
di puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri atas :
a) Menyusun kegiatan tahun yang akan datang yang terdiri dari
kegiatan hasil dan kegiatan rutin
b) Menyususn kebutuhan sumber daya yang diusulkan untuk
tahun yang akan datang menyangkut kebutuhan ketersediaan
sumber daya.
c) Merekap usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan
ke dalam format RUK Puskesmas.
3) Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Langkah-langkah penyusunan RPK adalah :
a) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
b) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang
akan dilaksanakan serta sumberdaya pendukung menurut
bulan dan lokasi pelaksana.
c) Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi
puskesmas saat itu.
d) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas
kesepakatan RPK
e) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
2. Penggerakan dan Pengorganisasian (P2)
Puskesmas dianjurkan mengembangkan inovasi dan kreasinya
dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat mengarah pada tercapainya
visi dan misi puskesmas. Tindak lanjut perencanaan adalah mengadakan
pengorganisasian intern puskesmas dan pemantauan dilaksanakan
lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari (Depkes RI, 2006) ;
a. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan disebut juga rapat kerja bulanan adalah
sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini tahunan (lokmin tahunan).
Setiap awal bulan berikutnya diadakan pertemuan antar staf
puskesmas untuk membandingkan rencana kerja bulan yang lalu
dengan hasil kegiatan. Bila ditemukan masalah, dibahas dan
dipecahkan serta kemudian disusun rencana kerja bulan berikutnya
oleh setiap petugas puskesmas.
Adapun tujuan dari diadakannnya lokakarya mini bulanan antara
lain:
1) Disampaikannya informasi hasil rapat dinas bulan yang lalu di
dinas kesehatan kabupaten/kota dari hasil rapat di kecamatan.
2) Disampaikannya laporan hasil kerja bulan yang lalu dari setiap
petugas dengan dukungan data.
3) Dibahasnya dan dipecahkan bersama masalah pelaksanaan
kegiatan petuga bulan lalu dan masalah tingkat kepatuhan
terhadap standar pelayanan kesehatan serta standar prosedur
kerja (SOP) manajemen sumber daya, kemudian disusun
rencana kerja bulan yang akan datang.
4) Diadakan monitoring secara terpadu pendekatan sistem dengan
mencatat secara urutan yang direncanakan bulan yang lalu
mengenai cakupan/mutu, frekuensi pelayanan serta alat dan
obat yang dibutuhkan Disepakati rencana kerja bulan depan
untuk setiap petugas
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam dua
tahap yaitu :
a) Lokakarya Mini Bulanan Pertama
Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya
pangalangan Tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian
untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas.
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai
berikut :
(1) Masukan
(a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang
peran, tanggung jawab staf dan kewenangan puskesmas.
(b) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
berkaitan dengan puskesmas.
(c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan
(Plan Of Action/POA).
(2) Proses
(a) Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan
lapangan/daerah binaan
(b) Analisis beban kerja tiap petugas
(c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab
daerah binaan
(d) Penyusunan rencana kegiatan (POA) berdasarkan RPK
(3) Keluaran
(a) Rencana Kegiatan (Plan Of Action/POA)
(b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan POA
b) Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Penanggung jawab penyelengraan lokakarya mini bulanan
adalah kepala puskesmas, yang dalam pelaksanaannya di bantu staf
puskesmas. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan adalah sebagai
berikut :
(1) Masukan
(a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
(b) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota
(c) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan
(d) Informasi tentang kebijakan program dan konsep baru
(2) Proses
(a) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
(b) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan
dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan.
(c) Merumuskan alternatif pemecahan masalah
(3) Keluaran
(a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
(b) Rencana kerja bulanan yang baru
c) Lokakarya Mini Triwulan
Lokakarya mini triwulan, pada dasarnya sama saja dengan
lokakarya mini bulanan. Perbedaannya hanya terdapat pada waktu
serta peserta yang terlibat. Lokakarya mini triwulan dilakukan
sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral dan mitra lain
puskesmas di kecamatan sebagai wujud tanggung jawab puskesmas.
Forum tersebut dapat dimanfaatkan puskesmas dalam mencari
dukungan terhadap pemecahan masalah yang ditemui selama
kegiatan dalam mewujudkan visi puskesmas. Lokmin triwulan ini
dilakukan setiap tiga bulan.
Lokakarya mini triwulan juga diselenggarakan dalam dua tahap,
yaitu lokakarya mini triwulan yang pertama dan lokakarya mini
triwulan rutin. Penyelenggaraan dilakukan oleh camat dan
puskesmas di bantu sektoral di kecamatan.
Tujuannya antara lain :
(1) Dibahas dan dipecahkannya bersama, masalah dan hambatan
yang dihadapai dalam mengembangkan pemberdayaan
masyarakat secara lintas sektoral.
(2) Dirumuskannya mekanisme/rencana kerjasama lintas sektoral
yang baru untuk triwulan yang akan datang.
Langkah-langkah penyelenggaraan lokakarya mini triwulan sebagai
berikut :
(a) Persiapan
Tahapan persiapan berupa pendekatan kepada camat,
pendekatan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, serta
persiapan pertemuan lokakarya oleh tim puskesmas.
(b) Pelaksanaan
Adapun pelaksana lokmin triwulan ini yaitu :
Pimpinan/pengarah yang dalam hal ini adalah camat, peserta
yang terdiri dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
stafnya, institusi pemerintah dari sektor lain, lembaga swadaya
masyarakat, serta organisasi swasta.
Penyelenggaraan lokakarya mini triwulan dilakukan sebagai berikut :
(a) Masukan
a. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan
didukung sektor terkait.
b. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor
dalam
c. pelaksanaan program kesehatan.
d. Pemberian informasi baru.
(b) Proses
a. Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program
kesehatan.
b. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing
sektor.
c. Merumuskan cara penyelesaian masalah.
d. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan termasuk
triwulan baru.
(c) Keluaran
a. Rencana kerja triwulan yang baru
b. Rencana kerja terpadu lintas sektoral yang baru secara tertulis.
c. Kesepakatan bersama
(d) Lokakarya Mini Tahunan
Lokakarya mini tahunan diselenggarakan bersamaan dengan
penyusunan RPK. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan diseminasi mengenai RPK/POA sebagai rencana
operasional tahunan puskesmas. Penjelasan yang perlu
dicantumkan didalam POA meliputi : tujuan yang ingin
dicapai, target tahunan yang perlu dijabarkan dalam bulanan,
pelaksana kegiatan yakni petugas secara perorangan maupun
tim yang bertanggung jawab dan indikatornya berupa
keberhasilan.
b. Pembentukan/penggalangan tim untuk menjabarkan
tujuan/target tahunan dalam RPK menjadi target bulanan.
c. Pembagian tugas dan tanggung jawab daerah binaan bagi
anggota tim kerja.
d. Pembuatan rencana kerja bulanan bagi setiap anggota tim
untuk mencapai target bulanan yang diperoleh dari
penjabaran target dalam RPK/POA tahunan.
Lokakarya mini tahunan dilaksanakan sebagai penggalan
peningkatan kerjasama tim, dalam rangka peningkatan
kerjasama antar petugas untuk meningkatkan fungsi puskesmas
dengan melibatkan lintas sektoral tingkat kabupaten. Pada
lokmin tahunan ini, juga dibahas laporan, pencapaian, hambatan,
masalah dan hal lainnya yang dihadapi dalam satu tahun.
3. Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban (P3)
Pengawasan, penilaian dan pertanggungjawaban adalah proses
memperoleh kepastian terhadap kesesuaian penyelenggaraan dan
pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-
undang serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya
pengawasan dan pertangguang jawab dilakukan kegiatan sebagai berikut
(Depkes RI, 2005).
a. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal
dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh
atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat,
dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai intitusi pemerintah
terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan, dan
teknis pelayanan.
b. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan
yang dilakukan mencakup :
1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan
hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan
standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada
penilaian adalah sumber data dari simpus berupa data primer,
dan sumber data dari hasil pemantauan bulanan dan triwulan
sebagai data sekunder.
2) Menyusun sarana peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai
dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan
untuk rencana tahun berikutnya.
c. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepada puskesmas harus membuat
laporan pertanggung jawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan
skegiatan, Untuk terselenggaranya proses pengawasan, pegendalian
dan penilaian instrument yang dikembangkan di puskesmas adalah :
1) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Pemantauan wilayah setempat dilakukan oleh setiap program
puskesmas untuk mengetahui apakah program yang
dilaksanakan pada bulan tertentu telah berjalan sesuai yang
diharapkan atau belum. dengan membandingkan pencapaian
kegiatan bulan lalu, selanjutnya dipergunakan untuk menyusun
langkah kegiatan yang dilakukan pada bulan berikutnya.
Pemantauan wilayah setempat berguna untuk melihat trend hasil
kegiatan perbulan selama 3 bulan dengan membandingkan target
yang diharapkan atau ditetapkan. PWS diarahkan secara cepat,
wilayah mana yang sudah maju dan mana yang belum, mengapa
demikian serta tindakan apa yang perlu dilakukan untuk segera
memperbaikinya. PWS harus dimanfaatkan untuk memberikan
informasi serta motivasi para pimpinan wilayah di semua tingkat
administrasi secara periodic (Trihono, 2005).
2) Laporan tahunan puskesmas
3) Penilaian kinerja puskesmas sebagai pengganti stratifikasi
Ruang lingkupnya adalah manajemen puskesmas, pencapaian
hasil cakupan (output) dan mutu pelayanan (outcome) dari
kegiatan puskesmas yang telah ditetapkan tingkat kabupaten.
Hasil kegiatan puskesmas yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung.

2.1.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)


A. Pengertian SIMPUS
Simpus adalah suatu tatanan manusia/peralatan yang menyediakan
informasi untuk membantu proses manajemen puskesmas mencapai sasaran
kegiatannya. Dalam menunjang kemandirian puskesmas, simpus merupakan
sumber informasi utama. Simpus mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas
manajemen puskesmas (perencanaan, pergerakan, dan pelaksanaan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian) secara lebih berdaya guna dan berhasil
guna melalui pemanfaatan data dan informasi secara optimal yang diharapkan
terdiri atas :
a) Informasi yang berbasis masyarakat (Community Based Information)
informasi inilah yang akan memperkuat puskesmas untuk mengetahui
tuntunan akan pentingnya kesehatan, sehingga dapat dikembangkan
program spesifik puskesmas.
b) Informasi dasar berbasis fasilitas pelayanan (Faclity Based Information)
yang akan dimanfaatkan untuk pemantauan dan evaluasi program yang
dilakukan puskesmas
B. Tujuan SIMPUS
a) Tujuan umum
Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih
berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data
SP2TP dan informasi lain yang menunjang.
b) Tujuan khusus
1. Dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP )
2. Dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
melalui lokmin
3. Dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas melalui PWS dan stratifikasi
4. Mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan dan pelayanan
puskesmas
C. Pemanfaatan SIMPUS
Adapun pemanfaatan simpus di puskesmas yaitu :
a) Penyusunan rencana kerja
b) Rencana tahunan
c) Pemantauan dan evaluasi
d) Prioritas pemecahan masalah
D. Sumber Informasi SIMPUS
Puskesmas memiliki beberapa sumber informasi dalam pelaksanaannya,
antara lain :
1) SP2TP
SP2TP terdiri atas :
a) Catatan, kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku
registrasi.
b) Laporan : mingguan, bulanan, tahunan dan KLB
2) Survei lapangan
3) Laporan lintas sektoral
4) Laporan sarana kesehatan swasta

2.2 Program di Puskesmas


2.2.1 Program Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan (Promkes) menurut program Ottawa (1986) adalah suatu
proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
Visi Promkes:
1) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derjat kesehatannya, baik fisik, mental dan sosial
sehingga produktif secara ekonomi dan sosial.
2) Advocate
Ditujukan pada pengambil keputusan atau pembuat kebijakan.
3) Menjembatani (Mediate)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
secara mandiri.
Sasaran Promkes adalah:
a. Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan, contohnya: ibu hamil/menyusui,
anak sekolah.
b. Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial, contohnya: tokoh masyarakat,
tokoh adat dan tokoh agama.
c. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi, contohnya: Pembuat kebijakan mulai dari
pusat sampai ke daerah.
d. Dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan bagi Promkes:
1. Tingkat Promotif
Sasaran:Kelompok orang sehat
Tujuan :Mampu meningkatkan kesehatannya.
2. Tingkat Preventif
Sasaran : Kelompok orang sehat dan kelompok high risk
(bumil, bayi, obesitas, PSK, dll).
Tujuan : Mencegah agar kelompok tersebut tidak jatuh
sakit.
3. Tingkat Kuratif
Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit
kronis (DM, TBC dan Hipertensi).
Tujuan : Mencegah penyakit tersebut biar tidak menjadi
parah.
4. Tingkat Rehabilitatif
Sasaran : Para penderita penyakit yang baru sembuh
(recovery) dari suatu penyakit.
Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya dan
mengurangi kecacatan seminimal mungkin,
contohnya:
a) PHBS di Rumah Tangga
b) PHBS di Sekolah
c) PHBS di Tempat Tempat Umum (TTU)
b) PHBS di Temapt Kerja
c) PHBS di Institusi Kesehatan.

2.3 Konsep Teori PHBS

2.3.1 Pengertian PHBS


Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) semua prilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
di masyarakat (Sudayasa dalam Nurjanah, 2013 ).
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan prilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat (Proverawati, 2012).

2.3.2 Indikator dalam Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Menurut Sudayasa (2009), rumah tangga ber-prilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga
yaitu: Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif,
menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah,
makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan tidak
merokok di dalam rumah (Nurjanah, 2013).
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan yaitu bidan, dokter dan para medis lainnya.
2) Memberi ASI Eksklusif
Pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar 6 bulan.Selama
itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu
formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif
bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur
susu, tim dan sebagainya.
3) Menimbang balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhan balita tersebut setiap bulan.Penimbangan ini dilaksanakan di
Posyandu (Pos Layanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun.
Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu
Menuju Sehat).
4) Menggunakan air bersih
Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi,
hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit.
Menurut Notoatmodjo (2007), agar air minum tidak menyebabkan
penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan
kesehatan. Air yang sehat harus memenuhi persyaratan yaitu sebagai
berikut:
a) Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat adalah
bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di
luarnya.
b) Sarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas air
segala bakteri.
c) Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-
zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau
kelebihan salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan
gangguan fisiologis pada manusia.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan
berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga
tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan
dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang
uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan
maupun sebelum menyusui bayi.
Menuru Sudayasa (2009) waktu cuci tangan pakai sabun yang harus
diperhatikan, yaitu (Nurjanah, 2013) :
a) Sebelum makan
b) Sebelum menyiapkan makanan
c) Setelah buang air besar
d) Setelah menceboki bayi/anak
e) Setelah memegang unggas/hewan
f) Sebelum menyusui bayi
g) Setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung
h) Setelah membersihkan sampah
i) Setelah bermain di tanah/lantai (terutama bagi anak-anak)
Ada beberapa manfaat yang diperolehsetelah seseorang melakukan
cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain:
a) Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b) Mencegah penularan penyakit, seperti disentri, flu burung, flu babi,
typhus dan lain-lain
c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
Menurut Proverawati (2012) cara mencuci tangan yang benar yaitu:
a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalirdan memakai sabun
seperlunya
b) Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik
c) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela
jari dan kuku
d) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

6) Menggunakan jamban sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok, atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air yang membersihkannya. Ada
beberapa syarat untuk jamban sehat, yaitu tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan
dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan
dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun dan
alat pembersih.
7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga.
PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di
dalam rumah, seperti bak mandi,WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di
luar rumah seperti talang air, yang dilakukan secara tertentu setiap
minggu. Selain itu, Juga lakukan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M (Menguras, Mengubur, Menutup).
8) Makan buah dan sayur setiap hari
Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung
berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik, baik berupa olah raga maupun kegiatan lain yang
mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,
dan lain-lainnya.
10) Tidak merokok di dalam rumah
Satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan
kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida
(CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih
di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak
hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-orang
disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja berefek buruk bagi kesehatan.
Rumah menjadi tempat perlindungan bagi keluarga, termasuk dari asap
rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya
untuk bebas dari kepulan asap rokok.

2.3.3 Ciri-ciri Rumah Sehat


Ada 5 ciri-ciri rumah sehat menurut Notoadmodjo (2007) sebagai berikut:
1. Bahan bangunan
Bahan bangunan terbuat dari lantai ubin atau semen, dinding terbuat dari
tembok, atap rumah terbuat dari genteng atau seng.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk menjaga agar aliran
udara dalam rumah tersebut tetap segar, untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
tetap dalam kelembaban yang optimum.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak.
4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya.
5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas yaitu penyediaan air
bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah,
pembuangan sampah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga.

2.3.4 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Masyarakat


Menurut Ekasari, dkk (2008) Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat sebagai berikut:
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatannya.
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat untuk pencapaian PHBS di rumah tangga, seperti
penyelenggaraan posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan
ibu bersalin dan sosial ibu bersalin, ambulan desa, kelompok pemakaian
air dan arisan jamban.

2.3.5 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Menurut Ekasari, dkk (2008) Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sebagai berikut:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat.
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi
keluarga, biaya pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga.
2.3.6 Manajemen Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Menurut Ekasari, dkk (2008) Manajemen yang ada didalam Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yaitu: Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan.
1. Puskesmas
Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di
tingkat kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke
puskesmas maupun keluarga dan masyarakat di wilayah Puskesmas.
2. Rumah Sakit
Rumah Sakit bertugas melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS
kepada individu dan keluarga yang datang ke Rumah Sakit.Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan promosi kesehatan untuk
mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh
Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya
yang ada di Kabupaten/ Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan
promosi kesehatan dan PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus dapat mengkoordinasikan dan
menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di wilayah dengan
melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota
tersebut Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas
oleh petugas promosi kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas
sektor terkait dengan sasaran semua keluarga yang ada di wilayah
Puskesmas.

2.4 Konsep Teori PSC (Problem Solving Cycle)


Bagan 2.1
Problem Solving Cycle
Analisis Situasi
Evaluasi Identifikasi Masalah

Pengawasan & Pengendalian


Prioritas Masalah
ProblemSolving Cycle

Pemantauan
Tujuan

Pelaksanaan & Penggerakkan


Alternatif Pemecahan Masalah

Rencana Operasional
2.4.1 Identifikasi Masalah
Masalah adalah tidak semuanya antara keinginan dengan kenyataan yang
ditemui. Kegiatan identifikasi masalah dilaksanakan dengan analisis situasi,
observasi atau wawancara menggunakan instrument kepada pasien, atau dengan
mengkaji dokumen berupa catatan atau laporan yang ada. Kemudian
dikelompokkan berdasarkan program, mencakup masalah mutu dan ketersediaan
sumber daya (Bustami MS, MQIH, 2011: 57).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepada tahap identifikasi masalah
adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah.
b. Pengumpulan data yang mencakup :
1) Data umum
2) Data wilayah
3) Data penduduk
4) Sumber daya
5) Data status kesehatan
2.4.2 Menetapkan Prioritas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah dan juga
ketersediaan teknologi, ada masalah yang tidak perlu dipecahkan dan ada
berkaitan satu masalah dengan masalah lain maka perlu di pilih masalah utama
(masalah prioritas) dengan jalan mengusahakan kata sepakat (consensus dalam
tim) tetapi jika tidak tercapai kesepakatan ditempuh jalan menggunakan kriteria
matrik USG, MCUA, Hanlon dan lain-lain (Bustami MS, MQIH, 2011: 58).
2.4.3 Akar Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali melalui metoda curah pendapat dan
jangan menyimpang dari masalah. Untuk menentukan kemungkinan penyebab
masalah dapat menggunakan diagram tulang ikan (fishbone) atau disebut juga
dengan diagram Ishikawa (Bustami, MS, MQIH, 2011: 63).
Langkah-langkah dalam menentukan penyebab masalah dengan diagram
tulang ikan sebagai berikut :
a. Tuliskan masalah pada tulang ikan
b. Tentukan kategori untuk duri-duri utama
c. Lakukan curah pendapat pada salah satu duri utama dengan cara yang
sama, lanjutkan pada duri yang lain.

Bagan 2.2
Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)

Pasien Lingkung sarana


an

Masalah

Tenaga Metode
Dari diagram tulang ikan yang sudah dirumuskan secara bersama-sama,
hilangkan penyebab potensial yang tidak didukung oleh data, tidak relevan dan
berada diluar jangkauan organisasi pelayanan. Untuk membantu mengumpulkan
data digunakan data matriks.
Data matriks akan membantu tim pemecahan masalah mengatur informasi
yang dibutuhkan untuk mengkaji penyebab yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk
dapat menentukan penyebab yang paling mungkin dalam diagram tulang ikan.
Data matriks harus mencakup seluruh penyebab potensial yang dinyatakan dalam
pertanyaan pembuktian, selanjutnya ditentukan apa metode yang digunakan
untuk menjawab setiap pertanyaan.
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab
yang dipilih oleh data. Apabila tahapan sebelumnya telah dilakukan dengan baik,
maka langkah ini lebih mudah dilakukan dan penyebab masalah yang paling
mungkin akan dapat ditentukan. Penyebab yang paling mungkin harus didukung
oleh data yang akurat.
2.4.4 Tujuan
Dengan menggunakan 5W + 1 H Hanya berbentuk statement dari masalah
yang ditetapkan sebagai prioritas masalah.
2.4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
1. Berupa fisik dan non fisik
2. Solusi dan masalah yang ditemukan
3. Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
2.4.6 Penetapan Prioritas Masalah
Dapat dilakukan dengan metode efektivitas-efisiensi dengan rumus:

Prioritas (P) = M . I . V
C

M = Besarnya Masalah
I = Pentingnya jalan keluar untuk diselesaikan
V = Sensitivitas atau ketepatan jalan keluar
C = Biaya yang dikeluarkan
Penentuan Skor:
1 = Paling tidak efektif/efisien
2 = Tidak efektif/efisien
3 = Cukup efektif/efisien
4 = Efektif/efisien
5 = Paling efektif/efisien
2.4.7 Rencana Kegiatan POA
a. Menyusun Rencana Kegiatan (Intervensi)
Dalam menyusun rencana kegiatan perlu diperhatikan hai-hal
sebagai berikut (OECP IP,2000 :14) :
1) Kegiatan yang dilakukan, interventarisasi kegiatan yang
akan dilaksanakan
2) Tentukan sasaran/target
3) Tentukan indicator kebersihan kegiatan untuk memecahkan
masalah
4) Tetapkan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kegiatan.
Langkah menyusun rencana kegiatan yang baik perlu
dilengkapi dengan berbagai informasi sebagai berikut:
1) Mengapa kegiatan ini penting dilaksanakan (why)
Jelaskan latar belakang masalah yang dipecahkan atau
tujuan yang ingin dicapai. Latar belakang adalah
penjelasan dari pertanyaan mengapa kegiatan ini
penting dilaksanakan.
2) Apa yang akan dicapai (what)
Tuliskan apa yang ingin dicapai dalam bentuk ujian
operasional program. Disini juga perlu dibuat target
yang ingin dicapai sehingga kegiatan dapat diukur
keberhasilannya.
3) Bagaimana cara mengerjakannya (know)
Menjelaskan langkah kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan program. Selain itu juga
menjelaskan cara mengatasi kendala yang mungkin
muncul.
4) Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasarannya
(who)
Siapa yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana
kegiatan (orang yang mengerjakan dan sasaran).
5) Sumber daya pendukung (what support)
Hal-hal yang perlu untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan, berupa jenis peralatan, jumlah, serta alokasi
dana yang dibutuhkan.
6) Dimana kegiatan yang akan dilaksanakan (where)
Hal ini penting dipertimbangkan untuk mengetahui
kebutuhan alat transport dan jenis komunikasi untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan.
7) Kapan kegiatan ini dikerjakan (when)
Jelaskan fase atau tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan, kapan mulainya dan kapan akan
berakhirnya.
Format isian rencana operasional kegiatan atau Plan Of Action (POA)
dapat dilihat pada berikut :
Tabel 2.1
Contoh Plan Of Action
Kolom 2 Kolom 7 Kolom 8
Kolom 1 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6
Kegiata Penanggu Keterang
nomor tujuan sasaran waktu biaya
n ng jawab an
2.4.8 Rencana Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring artinya memantau apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
apa yang direncanakan. Bila ternyata tidak sesuai, harus segera diperbaiki agar
kembali sesuai dengan rencana.
Evaluasi artinya menilai atau memberikan penilaian terhadap hasil kerja,
apakah sesuai dengan yang diharapkan (diinginkan).
Monev ada 2 macam, yaitu :
a. Monev atau kegiatan (penerapan) pemecahan masalah. Untuk
melakukannya perlu diketahui dan di catat:
1. Kegiatan atau pemecahan masalah yang diharapkan
2. Indikator untuk mengetahui kegiatan telah terlaksana.
3. Metode yang dipakai
4. Frekuensi kegiatan
5. Penanggung jawab kegiatan
Untuk monev kegiatan (pemecahan) masalah dapat dipakai format berikut :
Tabel 2.2
Format Monitoring-Evaluasi Kegiatan
Kegiatan
Penanggung
No Pemecahan Indikator Metode Frekuensi
Jawab
Masalah

b. Monev atas masalah itu sendiri untuk itu perlu diketahui dan di catat
1. Hasil yang diimpikan
2. Metode yang dipakai
3. Frekuensi
4. Penanggung jawab
Untuk monev masalah sini dapat memakai format sebagai berikut:
Tabel 2.3
Format monitoring-evaluasi masalah
Hasil Penanggung
No Indikator Metode Frekuensi
Yang Diimpikan Jawab

BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat Magang


Magang dilaksanakan mulai tanggal 03 April s/d 29 April 2017. Kegiatan
pelaksanaan jadwal magang dilaksanakan pada setiap hari kerja dengan mengikuti
peraturan jam kerja Puskesmas masuk pagi jam 730 wib dan jadwal pulang jam
1430 wib, dan tempat magang telah ditentukan pihak Akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Baiturrahmah bertempat di Puskesmas Ulak
Karang.

3.2 Tahapan Kegiatan


3.2.1 Pembekalan Magang
Sebelum turun ke tempat magang yang telah ditetapkan oleh pihak
akademik, mahasiswa mendapatkan pembekalan magang yang diselenggarakan
dari tanggal 31 Maret s/d 01 April 2017. Materi pembekalan disampaikan oleh
pihak Dinas Kesehatan Kota Padang mengenai Program Pembangunan Bidang
Kesehatan di Indonesia secara umum dan khususnya pembangunan bidang
kesehatan di kota Padang dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dan pembekalan magang dari pihak akademik. Serta serah terima yang dilakukan
oleh pihak akademik dengan pimpinan puskesmas Ulak Karang.
3.2.2 Pelaksanaan Magang
Magang dilaksanakan pada tanggal 03 s/d 29 April 2017 yang mana
dilaksanakan di Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara Kota Padang.
3.2.3 Seminar Laporan Magang
Laporan magang wajib diseminarkan oleh peserta magang, yang mana
seminar laporan magang dilaksanakan di hadapan dosen Fakultas dan dua orang
narasumber yang ditunjuk sebagai panitia pelaksana magang. Kegiatan seminar
magang dilaksanakan di kampus FKM-UNBRAH pada waktu yan telah
ditentukan oleh panitia. Kegiatan dalam seminar ini adalah penyampaian laporan
hasil kegiatan yang dilaksanakan selama magang di Puskesmas Ulak Karang.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Puskesmas


4.1.1 Gambaran Umum
a. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ulak Karang berdiri pada bulan Juni tahun 1975 diatas tanah
seluas 1800 m2 yang dipimpin oleh dr. H. Syahrial Ismael dengan jumlah staf 7
orang, yang terdiri dari:
Dokter Umum : 1 orang
Tata Usaha : 1 orang
Bidan : 1 orang
Perawat : 2 orang
SPKE : 1 orang
Penjaga : 1 orang
Kemudian pada tahun 1976 karena kunjungan yang semakin meningkat,
staf ditambah sebanyak 3 orang, yaitu:
Apoteker : 1 orang
Kesling : 1 orang
Perawat Gigi Keliling : 1 orang
Pada tahun 1980 staf telah lengkap sesuai dengan program puskesmas.
UPT Puskesmas Ulak Karang merupakan Puskesmas yang terletak di pusat
kota Padang yaitu di Kota Madya Padang, kecamatan Padang Utara, kelurahan
Ulak Karang Selatan dan berlokasi 0,5 km dari pantai.
Dengan batas wilayah
Utara : Jln Joni Anwar dan jln Paus Kelurahan Ulak Karang Utara
Barat : Pantai
Timur : Rel Kereta Api Kelurahan Lapai, Kecamatan Nanggalo
Selatan : Asrama Aspol kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang
Barat

4.1.2 Demografi
A. Kondisi Umum
Puskesmas Ulak Karang terletak di Kecamatan Padang Utara, Kota
Padang, dengan luas wilayah kerja 370 ha, terdiri dari 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Ulak Karang Selatan dan Kelurahan Lolong Belanti. Wilayah kerja
Puskesmas Ulak Karang termasuk daerah pusat kota Padang dengan sebagian
wilayahnya terletak di sepanjang pantai yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan.
Sedangkan Kelurahan Lolong Belanti berada di daerah daratan.
Seluruh wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dapat dilalui oleh
kendaraan roda dua maupun roda empat.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang

B. Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/
TNI/Polri, Pedagang, Buruh, Nelayan dan Wiraswasta. Pada umumnya penduduk
beragama Islam.
C. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk RT, RW, Kepala Keluarga,dan jumlah rumah per
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang tahun 2016.

Tabel 4.1
Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ulak karang Tahun 2016
No Kelurahan Jumlah Jiwa Jumlah RT RW KK Rmh
Laki- Perem
laki Puan
1 Ulak Karang 5014 5028 10042 43 13 1870 1625
Selatan
2 Lolong Belanti 4919 4925 9844 32 7 1932 1572
Jumlah 9933 9953 19886 75 20 3802 3197

Sumber: Data kantor Camat Padang Utara


Data BPS kota Padang, tahun 2016 adalah 19886 jiwa
Jumlah peserta masyarakat yang memiliki kartu BPJS ( Badan Pengelola
Jaminan Sosial ) yang terdaftar di Puskesmas Ulak Karang tahun 2016 sebanyak
10930 orang.
D. Sarana dan Prasarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan Puskesmas Ulak Karang tahun 2016
Tabel 4.2
Sarana Kesehatan Puskesmas Ulak Karang tahun 2016
N Kelurahan Puskesmas Poskes Posyandu Posyandu Tenaga
o Kel Balita Lansia Volunter
1 Ulak Karang 1 1 17 6 1
Selatan
2 Lolong 0 1 12 2 1
Belanti
Jumlah 1 1 29 8 2

2. Sarana Kesehatan Lainnya


Tabel 4.3
Sarana kesehatan Lainnya di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun
2016
No Kelurahan BPS Klinik Apoti Batra DPS RS
Bersalin k binaan Swasta
1 Ulak Karang 2 1 6 4 11 1
Selatan
2 Lolong Belanti 0 1 2 6 11 -
Jumlah 2 2 8 10 22 1

3. Sarana Sekolah
Tabel 4.4
Sarana Sekolah Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
No Kelurahan JENIS SEKOLAH UKS
PAUD TK SD SMP SLTA PT Dr Kecil
1 Ulak Karang
Selatan 2 8 7 1 0 1 52
2 Lolong Belanti 1 4 4 2 4 5 20
Jumlah 3 12 11 3 4 6 72

E. Jumlah Tenaga Puskesmas Ulak Karang tahun 2016


Tabel 4.5
Tenaga Puskesmas Ulak Karang tahun 2016
No Jenis Tenaga Pddk Jml Jenis kelamin Status kepegawaian
Lk Pr Pns Ptt
1 Dokter Umum S1 3 0 2 3 0
2 Dokter Gigi S1 3 0 3 3 0
3 Sarjana Kesehatan S1 2 0 2 2 0
Masyarakat
4 Bidan D3 2 0 2 2 0
D1 5 0 5 5 0
5 Perawat S1 2 0 2 2 0
D3 6 0 6 6 0
SPK 1 0 1 1 0

6 Analis D3 1 0 1 1 0
SMA 1 0 1 1 0
K
7 Asisten Apoteker SMF/ 2 0 2 2 0
SAA
8 Gizi D4 1 0 1 1 0
9 Sanitarian D3 1 0 1 1 0
10 Therapis Gigi dan D3 1 0 1 1 0
Mulut
11 Asisten Nakes SMA 2 0 2 2 0
12 Rekam Medik D3 1 0 1 1 0
13 Supir SMA 1 1 0 0 Peg
Kontrak
14 Jaga Malam SMA 1 1 0 1 0
15 Volentir D.III 2 0 2 0 Honda
16 Cleaning Service SD 1 1 0 0 Honor HC
Jumlah 39 3 36 35 3

F. Visi, Misi Puskesmas


1. Visi : Masyarakat Wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Sehat
jasmani dan rohani secara Mandiri
2. Misi:
a). menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang
berorientasi kepada kesehatan masyarakat dan lingkungan.
b). memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam membangun
kesehatan diantaranya adalah :
- Merubah perilaku masyarakat agar berperilaku hidup sehat
- Meningkatkan peran serta lintas sector di bidang kesehatan
c). Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu,
terjangkau, adil, merata dan bermuara pada kepuasan masyarakat.
3. Motto
Melayani lebih baik We Serve Better
G. Tujuan
1. Mewujudkan kemampuan untuk hidup sehat setiap warga
2. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara adil
dan terjangkau

4.2 Program Promkes di Puskesmas Ulak Karang


4.2.1 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM )
Masalah kesehatan timbul bukan saja disebabkan oleh adanya agen tapi
juga dipengaruhi oleh faktor prilaku yang tidak sesuai dengan cara hidup sehat.
Merubah perilaku merupakan hal yang sulit karena disebabkan oleh kebiasaan
bahkan juga merupakan tradisi. Oleh sebab itu Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
berperan penting dalam kegiatan Puskesmas yang tidak bisa dipisahkan dari setiap
usaha merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Penyuluhan kesehatan masyarakat di Puskesmas Ulak Karang dibagi
dalam 2 kategori yaitu penyuluhan dalam gedung dan penyuluhan luar gedung.
Penyuluhan dalam gedung dilaksanakan diruang tunggu pasien sebanyak 2 x
dalam seminggu, penyuluhan untuk pasien prolaknis 1 x seminggu sedangkan
diluar gedung dilaksanakan di Posyandu, sekolah, dan dalam pertemuan
pertemuan lintas sektoral. Penyuluhan ini dilaksanakan oleh semua staf
Puskesmas Ulak Karang sesuai dengan program masing-masing.
PKM merupakan singkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan
kegiatan yang dilakukan di puskesmas Ulak Karang sebagai berikut :

Tabel 4.6
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
No Jenis Kegiatan Target
1 Penyuluhan dalam gedung 8x/bulan
2 Penyuluhan luar gedung Seluruh posyandu + 10%x
12= 384
29 + 3 x 12 =384
3 Pembinaan Batra dan UKK 4 x / bln

Tabel 4.7
Penyuluhan Dalam Gedung
Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
Jumlah
Judul / Program Frekwensi masyarakat
No
Puskesmas
Penyuluhan yang disuluh
1 Nafza - -
2 PHBS 1 58
3 HIV/AIDS - -
4 Hipertensi 55 1123
5 Flu burung / Flu Babi - -
6 DBD 1 7
7 DM 5 100
8 Stroke - -
9 TB Paru 2 21
10 Filariasis 4 87
11 Kusta - -
Infeksi Menular
12
Seksual (IMS ) - -
13 Imunisasi 1 58
14 Diare - -
15 JUMLAH 69 1454

Tabel 4.8
Penyuluhan Luar Gedung
Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
Judul / program Frekwensi Jumlah masyarakat
No
Puskesmas Penyuluhan yang disuluh
1 PHBS Sekolah 13 460
2 PHBS Rumah Tangga 140 4756
3 HIV AIDS / Nafza 114 4262
4 Bahaya rokok 112 4218
5 Hipertensi 14 343
6 DBD 164 5522
7 Rabies 9 183
8 Malaria 1 10
9 TB Paru 9 190
10 Filariasis 155 16117
11 Kusta - -
Infeksi Menular
12
Seksual 2 44
13 Imunisasi 144 4133
14 Diare 14 301
15 Gizi Keluarga 60 1403
16 Kekurangan Yodium - -
17 Penyakit mata / VIT A 20 285
18 Pemanfaatan TOGA 1 10
19 Kesehatan Ibu 1 9
Kesehatan Anak dan
20
DDTK 4 62
21 Keluarga Berencana 22 433
22 Diabetes melitus 8 50
23 Campak - -
24 ISPA/gigi 08/009 167/234
25 ASI Eksklusif - -
26 Materi kanker serviks 6 127
TOTAL 1013 42918

Tabel 4.9
Penyuluhan Keliling
Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
Frekwensi
Judul / program
No Penyuluhan
Puskesmas
Keliling
1 PHBS Sekolah -
2 PHBS Rumah Tangga -
3 HIV AIDS / Nafza -
4 Bahaya rokok -
5 Hipertensi -
6 DBD -
7 Rabies -
8 Malaria -
9 TB Paru -
10 Filariasis 37
11 Kusta -
Infeksi Menular
12
Seksual -
13 Imunisasi 16
14 Diare -
15 Gizi Keluarga -
16 Kekurangan Yodium -
17 Penyakit mata / VIT A -
18 Pemanfaatan TOGA -
19 Kesehatan Ibu -
Kesehatan Anak dan
20
DDTK -
21 Keluarga Berencana -
22 Diabetes melitus -
23 Campak -
24 ISPA -
25 ASI Eksklusif -
26 Materi kanker serviks 2
TOTAL 55

4.2.2 Pencapaian PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
Tabel 4.10
Frekuensi RT ber PHBS di Wilayah Kerja
Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
No Kelurahan Jml RT/KK Jml RT di RT berPHBS % RT
seluruhnya survey/di bina ( RT sehat) sehat
(sampel)
1 Lolong Belanti 2534 2534 12 0,47
2 UKS 1251 1251 20 1,60
3785 3785 32 2,07
Jumlah RT di survey sebanyak 3785 Rumah Tangga, sementara RT yang
ber PHBS sebanyak 32 Rumah Tangga (2,07 %).
4.2.3 Cakupan jumlah tingkat perkembangan Posyandu Puskesmas Ulak
Karang tahun 2016
Tabel 4.11
Strata Posyandu Puskesmas Ulak Karang tahun 2016
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekuensi <8 8 8 8
Penimbangan
2 Jumlah kader <3 3 3 3
3 Cakupan D/S < 50% < 50% 50% 50%
4 Cakupan KB <50 % <50 % 50% 50%
5 Cakupan KIA <50% <50% 50% 50%
6 Cakupan dana <5 % <5 % 50% 50%
sehat

Pencapaian strata posyandu puskesmas ulak karang pada tahun 2016


masih berada di bawah target yaitu sebesar 85%.

Tabel 4.12
Jumlah dan Tingkat Perkembangan Posyandu Puskesmas Ulak Karang
tahun 2016
Jumlah Strata
N
Kel Posyand Pratam Mad Purna Man
o % % % %
u a ya ma diri
lolong 16, 33,
1
belanti 12 0 0 2 6 6 50 4 3
Ulak
karang
2
Selata 29, 17,
n 17 0 0 5 4 9 53 3 6
51, 50,
TOTAL 29 0 0 7 23 15 5 7 9

4.2.4 Jumlah kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang


tahun 2016
Tabel 4.13
Jumlah kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang tahun
2016
No Kelurahan Jumlah kader Kader aktif
Aktif %
1 Lolong Belanti 48 orang 48 100
2 Ulak Karang Selatan 68 orang 68 100
Jumlah 116 116 100
Jumlah kader aktif pencapaian sudah mencakup 100% yaitu sebanyak 116
orang. Hal ini di karenakan meningkatnya motivasi dan kesadaran masyarakat
untuk berperan aktif dalam keterlibatan lansung di Posyandu.

4.2.5 Cakupan Pemanfaatan Toga Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016


Tabel 4.14
Cakupan Pemanfaatan Toga Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016
NO Kelurahan Jml KK Jenis TOGA yang Jml KK yg
yg ada ada di kelurahan memanfaatkan
TOGA ( macam) TOGA
< 10 10-25 >25
1 Lolong Belanti 2534 2133 401 - 2133
2 Ulak Karang Selatan 1251 1120 131 - 1120
Jumlah 3785 3253 532 - 3253
Jumlah KK yang memanfaatkan TOGA sebanyak 86% dibanding jumlah
KK yang mempunyai TOGA, artinya masih ada masyarakat yang kurang paham
tentang pemanfaatan TOGA.

4.3 Gambaran Pelaksanaan Manajemen


4.3.1 Tingkat Puskesmas
Puskesmas Ulak Karang mempunyai dokumen Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) yang diajukan ke Dinas Kesehatan Kota. RUK disusun berdasarkan data
umum puskesmas (Sejarah puskesmas dan kondisi geografi, sarana dan prasarana
puskesmas, sumber daya yang ada, peran serta masyarakat, data penduduk dan
sasaran masing-masing program, data sarana pendidikan, dan data kesehatan
lingkungan, serta data khusus, yaitu indikator derajat kesehatan masyarakat (IMR,
MMR, CDR, dan UHH) dan angka kesakitan. Dalam menyusun perencanaan
tahunan, termasuk penyusunan RUK, puskesmas melakukan pertemuan yang
melibatkan pimpinan puskesmas dan seluruh staf kesehatan yang berada di
puskesmas. Tahapan pengusulan RUK yaitu dengan mengirimkan proposal
Rencana usulan Kegiatan ke Dinas Kesehatan Kota.
Selain itu, Puskesmas Ulak Karang juga memiliki dokumen Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Tahapan pengusulan RPK yaitu dengan mengajukan
proposal ke Dinas Kesehatan Kota Padang. Dari RUK yang diusulkan, sebagian
besar disetujui oleh pihak Dinas Kesehatan Kota yang tercantum dalam usulan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Untuk membahas kesepakatan RPK, pihak
puskesmas melakukan Lokakarya Mini tahunan yang dihadiri oleh pihak Dinas
Kesehatan Kota. Disamping itu, puskesmas juga mempunyai rencana pelaksanaan
kegiatan bulanan.
Dalam hal pengorganisasian pelaksanaan kegiatan, puskesmas Ulak
Karang melakukan pembagian tugas masing-masing pegawai baik kegiatan
kegiatan dalam gedung dan luar gedung, dan uraian tugas tiap program (Tupoksi)
dan SOP diuraikan dalam sebuah dokumen.
Lokakarya mini bulanan di Puskesmas Ulak Karang hanya dilakukan
dalam satu tahap. Lokmin ini bertujuan untuk melihat pencapaian kinerja
program. Lokmin bulanan biasanya dilakukan setiap bulan, namun untuk bulan
April puskesmas tidak melaksanakan lokmin bulanan dikarenakan pihak
puskesmas lebih terfokus pada pelaksanakan kegiatan Prolanis setiap harinya di
Puskesmas Ulak Karang. Pihak yang terlibat dalam lokmin bulanan rutin yaitu
pimpinan puskesmas dan seluruh staf kesehatan Puskesmas Ulak Karang. Agenda
dalam lokmin ini yaitu uraian pencapaian program dalam satu bulan dan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan selanjutnya.
Lokakarya mini triwulan dilakukan sesuai waktu yang disepakati. Pihak
yang terlibat yaitu pimpinan puskesmas dan seluruh staf kesehatan di puskesmas.
Tujuan dilaksnakannya lokmin ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan. Pembahasan yang diuraikan yaitu mengenai program yang belum
tercapai dan bagaimana solusinya.
Selain lokakarya mini triwulan, di Puskesmas Ulak Karang juga rutin
melaksanakan lokakarya mini tahunan yang melibatkan pihak Dinas Kesehatan
Kota, pimpinan puskesmas, dan seluruh staf kesehatan. Tujuan dari lokmin ini
adalah untuk mengevaluasi kegiatan dan capaiannya, serta kinerja dari setiap
program yang ada. Dalam lokmin ini juga membahas tentang upaya untuk
meningkatkan capaian setiap kegiatan di semua program puskesmas, terutama
kegiatan yang belum mencapai target.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) sudah dilakukan di semua program
di Puskesmas. PWS bertujuan untuk melihat masalah yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Ulak Karang, serta untuk mencapai target yang belum tercapai. Pada
masing-masing program puskesmas, pihak puskesmas melakukan telaah berkala
yang meliputi cakupan program, mutu pelayanan, serta masalah dan hambatan
yang dihadapi.
Pengawasan dan penilaian kinerja puskesmas telah dilaksanakan di
Puskesmas Ulak Karang. Untuk penilaian manajemen puskesmas, hal yang
dilakukan adalah menilai laporan-laporan terdahulu. Dalam hal pencapaian hasil
cakupan, yang dinilai adalah pencapaian dan kinerja program. Sedangkan untuk
mutu pelayanan, dilakukan penilaian terhadap pelayanan prima dan kinerja staf/
pegawai puskesmas. Dalam pertanggungjawaban, pimpinan puskesmas membuat
laporan pertanggungjawaban setiap akhir tahun. Wujud pertanggungjawaban yang
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota antara lain laporan PTM, laporan tahunan,
RUK, dan RPK.

Puskesmas Ulak Karang telah menggunakan SIMPUS secara elektronik.


Setiap bulannya laporan seluruh program yang ada dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kota. Selain itu, laporan triwulan, semester, dan tahunan yang berisi
pencapaian semua program juga dikirim ke Dinas Kesehatan Kota setiap tiga
bulan, enam bulan, dan tahunan. SIMPUS secara elektronik ini sudah digunakan
sebagai sumber informasi utama dalam membantu proses manajemen puskesmas.
4.3.2 Tingkat Program Promosi Kesehatan Perencanaan (P1)
Perencanaan merupakan hal terpenting yang menentukan keberhasilan
suatu program atau kegiatan. Kesalahan dalam menyusun suatu rencana akan
menghasilkan suatu kegagalan. Maka dari itu Puskesmas Ulak Karang berupaya
untuk membuat perencanaan dengan baik sebelum menentukan pelaksanaan
kegiatan.
a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Program Promkes di Puskesmas Ulak Karang telah memeiliki
program RUK, dalam RUK promkes mencakup semua kegiatan salah
satunya kegiatan PHBS rumah tangga, RUK disusun dalam rangka
peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan wilayah kerja puskesmas. Adapun tahapan dalam
penyusunan RUK di Puskesmas Ulak Karang yaitu menyusun kegiatan
rutin untuk tahun yang akan datang, menyusun kebutuhan sumber daya
dan kemudian merekap usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan
kedalam format RUK puskesmas.
Penyusunan RUK harus dilakukan berdasarkan analisis situasi
dengan memperhatikan data umum dan data khusus yang ada. Setiap
puskesmas melakukan tahapan pengusulan RUK pada awal tahun, dalam
hal ini Puskesmas Ulak Karang menyerahkan RUK program yang ada ke
Dinas Kesehatan Kota Padang melalui pimpinan puskesmas. RUK yang
telah dibuat, kemudian disampaikan di dalam lokakarya mini bulanan
(lokmin bulanan) untuk dibuatkan rencana pelaksanaan kegiatannya.
Dalam menyusun perencanaan tahunan, Puskesmas Ulak Karang
terlebih dahulu melakukan pertemuan untuk membahas tentang kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan. Adapun
yang terlibat dalam penyusunan RUK tersebut adalah semua staf
Puskesmas Ulak Karang terutama pemegang masing-masing program yang
ada di Puskesmas Ulak Karang beserta pimpinan puskesmas.
Berdasarakan informasi yang diperoleh dari masing-masing pemegang
program di Puskesmas Ulak Karang, Puskesmas Ulak Karang secara
umum memiliki P1 untuk setiap programnya dan hal itu diwujudkan dalam
bentuk RUK. setelah dilakukan peninjauan langsung dilapangan untuk
program seperti program promkes, gizi, kesling, P2P (Pencegahan
Pemberantasan Penyakit), pengobatan dan program pengembangan juga
ditemukan RUK secara tertulis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas
Ulak Karang tentang perencanaan puskesmas, diketahui bahwa
perencanaan puskesmas bersifat buttom up yaitu, puskesmas berupaya
membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan, kemudian diajukan ke Dinas
Kesehatan Kota Padang setelah itu barulah dikeluarkan anggaran untuk
perencanaan kegiatan yang berupa dokumen anggaran satuan kerja.
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Berdasarkan wawancara dengan pimpinan puskesmas, Puskesmas
Ulak Karang sudah memiliki dokumen RPK yang dituangkan dalam
bentuk Plan Of Action (POA), Menurut informasi yang diperoleh dari
masing-masing pemegang program di Puskesmas Ulak Karang, dinyatakan
bahwa masing-masing program juga mempunyai RPK bulanan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pimpinan puskesmas, RPK
diusulkan ke Dinas Kesehatan oleh pimpinan puskesmas.Untuk membahas
dan memperoleh kesepakatan tentang RPK, maka Puskesmas Ulak Karang
melakukan lokakarya mini tahunan dengan melibatkan lintas sektoral.
Setiap tahun semua program membuat Rencana kerja atau Planning of
Action (POA) dengan tujuan dapat memberikan gambaran akan target
yang hendak dicapai, sekaligus waktu pelaksanaan yang jelas.

4.3.2 Penggerakan dan Pengorganisasian (P2)


Untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat sangat
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional.Puskesmas
Ulak Karang telah memiliki tenaga yang cukup baik dari segi jumlah maupun
tingkat pendidikan. Dalam melakukan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan,
maka Puskesmas Ulak Karang melakukan pembagian tugas masing-masing
pegawai baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. Dalam hal ini
Puskesmas Ulak Karang membentuk struktur organisasi puskesmas namun
penempatan staf masih ada yang belum sesuai dengan dasar ilmu dan kemampuan
masing-masing staf. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil kerja yang
diinginkan sehingga ada kegiatan atau permasalahan yang tidak terselesaikan
dengan baik. Dalam sistem administrasi Puskesmas Ulak Karang telah diterapkan
prinsip efektifitas dan efisiensi yang terdapat dalam visi dan misi Puskesmas
dengan tujuan dan harapan agar masyarakat memperoleh kemudahan dan
ketepatan dalam pelayanan.
Pergerakan pengorganisasian (P2) Puskesmas Ulak Karang berjalan
dengan cukup baik, namun masih perlu dilakukan pembenahan dibeberapa bagian.
Tindak lanjut perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian intern
puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen Puskesmas Ulak Karang
melakukan lokakarya mini bulanan, triwulan, dan tahunan.
4.3.3 Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban (P3)
Semua kegiatan dimasing-masing program dilaksanakan berdasarkan
pembagian fungsi dan tanggung jawab masing-masing.Puskesmas Ulak Karang
telah memberikan prosedur yang cukup jelas mulai dari alur pelayanan, sehingga
diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Berbagai kegiatan dilaksanakan berdasarkan koordinasi dan surat tugas yang
telah diberikan oleh kepala puskesmas. Input maupun output yang diperoleh dari
setiap kegiatan dibicarakan kembali bersama pihak yang terlibat didalamnya
untuk melihat apakah ada yang perlu di tindakan lanjuti. Biasanya dilakukan
monitoring dan evaluasi oleh staf puskesmas atau koordinator pemegang masing-
masing program.

4.4 Pembahasan
Analisis
Analisis
Situasi
Situasi
Rencana
Rencana Identifika
Identifika
Monitorin
Monitorin si
si
g dan
g dan Masalah
Masalah
Evaluasi
Evaluasi

Rencana
Rencana
Kegiatan
Proble Prioritas
Prioritas
Kegiatan
// POA
POA m Masalah
Masalah

Solvin
g
Cycle
Penetapa
Penetapa
n
n Analisis
Analisis
Prioritas
Prioritas Penyebab
Penyebab
Pemecah
Pemecah Masalah
Masalah
an
an
Masalah
Masalah

Alternatif
Alternatif
Pemecah
Pemecah Penetapa
Penetapa
an
an n
n Tujuan
Tujuan
Masalah
Masalah

Gambar 4.2
Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle)

Problem Solving Cycle adalah Pendekatan integral dan komprehensif


dalam penyusunan rencana dan program yang membantu memberikan
pemahaman situasi dan masalah yang dihadapi. Terdiri atas berbagai teknik dan
metode kerja serta Road-map pengembangan program.

4.4.1 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui analisa data sekunder dan
wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Ulak Karang, dari 7
program pokok yang dijalankan Puskesmas Ulak Karang yakni program promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA, perbaikan gizi, P2P, Pengobatan dan
PERKESMAS. masih terdapat beberapa kesenjangan antara pencapaian dengan
target yang ditetapkan. Program-program yang mengalami kesenjangan itu dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.15
Identifikasi Masalah di Puskesmas Ulak KarangTahun 2017
No. PROGRAM KEGIATAN
1. Program Promosi Kesehatan A. Rendahnya pencapaian PHBS Rumah Tangga
P=2,07% T=65%
2. Program Kesehatan B. Presentase rumah sehat masih rendah
Lingkungan P= 46% T= 75%
3. Program KIA C. Cakupan K1 belum mencapai target
P= 99,8% T= 100%
4. Program Perbaikan Gizi D. Cakupan ASI Ekslusif masih rendah
P= 76% T= 100%
5. Program P2P
E. Masih rendahnya penjaringan suspek TB
P= 44,5% T= 70%

6. Pengobatan Dasar F. Meningkatnya angka pasien rujuk dari target


15% menjadi 61.6%
7. Perkesmas G. Rendahnya target rata-rata perbulan 1 KK
sebanyak 4x turun

4.3.2 Prioritas Masalah


Banyaknya masalah yang ditemukan di puskesmas tidak memungkinkan
untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan prioritas
masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang kami
gunakan adalah metode USG. Dari masalah tersebut akan dibuat Plan of Action
untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.
Untuk memprioritaskan masalah diatas, maka digunakan metode scoring
secara USG. Agar mempermudah dalam melakukan prioritas masalah maka tidak
semua masalah diatas akan diprioritaskan. Setelah melakukan diskusi kelompok
bersama pembimbing lapangan maka diambilah 5 masalah untuk diprioritaskan
sebagai berikut:

A : Rendahnya pencapaian PHBS Rumah Tangga


B : Presentase Rumah Sehat masih rendah
C : Cakupan K1 belum mencapai target
D : Cakupan ASI Ekslusif masih rendah
E : Masih rendahnya penjaringan suspek TB

Tabel 4.16
Matriks USG Prioritas Pemecahan Masalah
Masalah yang dibandingkan U S G
A:B B A A
A:C C A A
A:D A A A
A:E A E E
B:C B C C
B:D B B D
B:E B B E
C:D C D D
C:E C E E
D:E E E E

Tabel 4.17
Hasil USG Prioritas Pemecahan Masalah
Masalah U S G Total Skor Rank
A 2 3 3 8 I
B 4 2 0 6 III
C 3 1 1 5 IV
D 0 1 2 3 V
E 1 3 3 7 II
Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah dengan menggunakan metode

USG, didapatkan masalah dengan urutan pertama yaitu rendahnya pencapaian

PHBS rumah tangga menjadi masalah yang perlu di atasi dalam waktu dekat di

Puskesmas Ulak Karang tahun 2017 dengan skor total 8.


4.4.1 Akar Penyebab Masalah
Bagan 4.1
Diagram Fish Bone Rendahnya Jumlah Rumah Tangga Yang Ber PHBS
Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2016

DANA MANUSIA

Pengetahuan masyarakat
tentang indikator PHBS di Kurangnya kesadaran
rumah tangga masih kurang masyarakat untuk
membiasakan perilaku hidup Rendahnya jumlah rumah
Anggaran untuk transpor bersih dan sehat tangga ber PHBS di
petugas tidak mencukupi wilayah kerja Puskesmas
Pembinaan wilayah/kader
kurang optimal dalam Ulak Karang Padang
melakukan penjaringan tahun 2016 yaitu sebesar
cakupan PHBS rumah tangga 2,07%

Terhambatnya pelaksanaan
pemantauan rumah tangga
berPHBS karena masyarakat
tidak berada di rumah saat Lingkungan pemukiman
petugas datang
yang kurang sehat

METODE LINGKUNGAN
Banyak hal yang menjadi penyebab mengapa rendahnya pencapaian kegiatan
PHBS rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang pada tahun 2016.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa faktor:
1) Manusia (Man)
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS
Pengetahuan masyarakat kurang disebabkan karena latar belakang
pendidikan masyarakat itu sendiri, tidak mengetahui manfaat dan 10
indikator PHBS rumah tangga. Sehingga Sulit masyarakat menerapkan
rumah tangga yang ber PHBS.
b. Kurangnya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk membersihkan
lingkungan tempat tinggal disebabkan karena masyarakat sibuk dengan
kegiatan/pekerjaannya sendiri setiap hari, kader kurang optimal
(kurang aktif) dalam melakukan penjaringan cakupan PHBS rumah
tangga.
c. Pembina wilayah/ kader kurang optimal dalam melakukan penjaringan
cakupan PHBS rumah tangga disebabkan karena Kurangnya anggaran
untuk memberikan penyuluhan dan serta sumber dana untuk kegiatan
terbatas.
2) Metode (Methode)
a. Terhambatnya pelaksanaan pemantauan rumah tangga berPHBS
karena masyarakat tidak berada di rumah saat petugas datang,
sehingga masih banyak rumah tangga yang kurang mendapatkan
pemantauan dari petugas .

3) Dana (Money)
a. Kurangnya anggaran untuk transportasi petugas dalam melakukan
pemantauan ke rumah warga di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang
Padang.
4) Lingkungan
a. Lingkungan pemukiman yang kurang sehat disebabkan karena Masih
banyak sampah / botol atau plastik bekas yang dapat menampung air
dan jamban belum memenuhi syarat jamban sehat sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Kurangnya kesadaran dan kemauan
masyarakat untuk membrantas jentik nyamuk di rumah minimal 1 kali
perminggu serta melakukan 3M+. Di lingkungan menara dan kran
umum air pamsimas masih kurang bersih.
4.4.2 Tujuan
Adapun tujuan magang ini untuk pembinaan kader dalam melakukan
pemantauan terhadap kegiatan PHBS rumah tangga di Puskesmas Ulak Karang
Kecamatan Padang Utara Kota Padang tahun 2016.
4.4.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 4.18
Alternatif Pemecehan Masalah Rendahnya Rumah Tangga yang
ber PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2017

Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan


Masalah
Rendahnya 1)MANUSIA
pencapaian a. Meningkatkan penyuluhan
a. Kurangnya pengetahuan
PHBS rumah mengenai PHBS baik di
masyarakat tentang PHBS
tangga dalam maupun di luar
sebanyak 2,07 gedung
b. Kurangnya kemauan dan b. Rutin mengadakan gotong
%
kesadaran masyarakat untuk royong bersama keluarga
membersihkan lingkungan setiap akhir pekan.
tempat tinggal
c. Pembina wilayah/kader kurang c. Melakukan pembinaan
optimal dalam melakukan kader dalam melakukan
penjaringan cakupan PHBS pemantauan terhadap
rumah tangga kegiatan PHBS rumah
tangga

2) DANA
Kurangnya anggaran untuk a. Menambah anggaran
transportasi petugas dalam untuk transportasi petugas
melakukan pemantauan rumah dalam melakukan
tangga ber PHBS pemantauan rumah tangga
ber PHBS
3) METODE
a. Melakukan pemantauan ke
a. Terhambatnya pelaksanaan rumah warga secara rutin
pemantauan rumah tangga ber
PHBS karena masyarakat tidak
berada di rumah saat petugas
datang
4) LINGKUNGAN
b. Melakukan penyuluhan
a. Lingkungan pemukiman yang
tentang kesehatan
kurang sehat
lingkungan yang baik
kepada masyarakat.

4.4.6 Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah


Penetapan prioritas pemecahan masalah dapat dilakukan dengan metode
efektivitas-efisiensi, sebagai berikut :
Tabel 4.19
Prioritas Pemecahan Masalah
EFEKTIFITAS EFISIE
SKO PRIO
NO ALTERNATIF NSI R RITAS
M I V (C)
1 Meningkatkan penyuluhan 4 4 3 2 24 II
mengenai PHBS baik di
dalam maupun di luar gedung
2 Rutin mengadakan gotong 2 4 3 4 6 V
royong bersama keluarga
setiap akhir pekan.
3 Melakukan pembinaan kader 4 5 4 3 26,6 I
dalam melakukan pemantauan
terhadap kegiatan PHBS
rumah tangga
4 Menambah anggaran untuk 2 3 2 4 3 VI
transportasi petugas dalam
melakukan pemantauan rumah
tangga ber PHBS
5 Melakukan pemantauan ke 2 4 3 3 8 IV
rumah warga secara rutin
6 Melakukan penyuluhan 3 2 3 2 9 III
tentang kesehatan lingkungan
yang baik kepada masyarakat.

Dari semua alternatif pemecahan masalah,di dapatkan melakukan


pembinaan dengan meningkatkan peran serta kader dan semua lintas sektor
secara berkala untuk mengawasi masyarakat agar hidup ber PHBS mendapatkan
prioritas utama. Melalui kegiatan pembinaan ini diharapkan masyarakat memiliki
kemauan dan kesadaran untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal.
4.4.7 Plan Of Action
Perencanaan dari pembinaan rumah tangga yang tidak ber PHBS dengan
melibatkan dan meningkatkan peran serta kader dan semua lintas sektor secara
berkala ini dituangkan dalam bentuk Plan of Action yang merupakan kegiatan
awal dalam proses peningkatan PHBS rumah tangga. Perencanaan ini melibatkan
beberapa pihak terkait program kegiatan, antara lain pimpinan puskesmas,
pemegang program promkes, P2M, dan kesling. Berikut ini merupakan tabel Plan
of Action untuk mengatasi rumah tangga yang tidak ber PHBS.
Tabel 4.20
Rencana Kegiatan (POA) Pembinaan Kader Dalam Melakukan Pemantauan
Terhadap Kegiatan PHBS Rumah Tangga Di Puskesmas Ulak Karang
Tahun 2017
Metod
Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Tempat Tolak Ukur
e
1.Persiapan Membahas Kepala Minggu ke-4 Pemegang Dana Ruang Diskusi Diperoleh
Rapat antara mengenai puskesmas, bulan Mei program bersum penyuluhan perencanan yang
kepala penentuan pemegang promkes ber dari prolanis jelas untuk
puskesmas jadwal, teknis program DKK puskesmas melakukan
dan mareri dan kesling dan padang Ulak kegiatan
pemegang kegiatan program Karang pembinaan kader
program pembinaan promkes
promkes

2.Pelaksanaan
Melakukan Kader Minggu Panitia Dana Ruang Diskusi Kader menjadi
pembinaan Meningkatny pertama bersum penyuluhan lebih aktif dalam
kader dalam a kemauan bulan Juni ber dari prolanis melakukan
melakukan dan DKK puskesmas
pengawasan
pemantauan kesadaran padang Ulak
terhadap Kader untuk Karang
kegiatan mengawasi
PHBS rumah pelaksanaan
tangga PHBS rumah
tangga
4.4.8 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Tahap ini bertujuan untuk memantau dan menilai jalannya kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan program kerja. Monitoring
dilakukan sejalan dengan evaluasi agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya. Evaluasi dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan melalui pendataan dari masing-masing program P2M, program promkes dan program kesling.
Tabel 4.21
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pembinaan Kader Dalam Melakukan Pemantauan
Terhadap Kegiatan PHBS Rumah Tangga Di Puskesmas Ulak Karang

Kegiatan Input Proses Output Outcome Impact realisasi Persentase %


Melakukan Panitia, Memberikan Pemahaman Seluruh Meningkatnya
pembinaan kader, ATK penjelasan dan dan kader aktir PHBS
kader dalam dan materi pemahaman kesadaran melakukan diwilayah kerja
melakukan pembinaan kepada kader kader dalam pengawasn puskesmas ulak
pemantauan untuk tentang melakukan dan karang
terhadap super visi tahapan- pembinaan pembinaan
kegiatan PHBS tahapan yang kegiatan PHBS
rumah tangga harus PHBS rumah rumah
dilakukan tangga tangga
dalam
pemantauan
kegiatan
PHBS rumah
tangga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari permasalahan yang ada dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:

a. Gambaran umum unit kerja yang ada pada program Promosi Kesehatan
yang membantu kegiatan program masih kurang mencukupi, sarana dan
prasarana sudah mencukupi serta sistem informasi yang dilakukan secara
manual dan online, pencatatan data-data promkes dilakukan secara
manual, keuangan promkes didapatkan dari pendanaan BOK
b. Program Promkes khususnya kegiatan PHBS rumah tangga telah
menjalankan seluruh proses manajemen walaupun masih memiliki
berbagai kelemahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditentukan.
c. Dari seluruh kegiatan yang ada pada program Promkes, keseluruhan
programnya mendekati target yang telah direncanakan, seperti yang telah
ditargetkan oleh DKK
d. Perencanaan program Promkes dilakukan dengan berdiskusi secara interen
antara pemegang dan pelaksana program dengan menitikberatkan pada
pencapaian berupa rencana usulan kerja (RUK) kepada pimpinan
puskesmas dan diteruskan hingga ke Dinas Kesehatan Kota.
e. Proses penggerakan dan pengorganisasian pada program Promkes
dilakukan sesuai arahan dari pimpinan puskesmas pada pemegang
program dengan melaksanakan lokakarya mini bulanan pada minggu
keempat atau pada akhir bulan.
f. Proses pengawasan, pengendalian dan penilaian pada program Promkes
dengan menilai kinerja dengan melihat pencapaian hasil pada kegiatan
pada program Promkes setiap bulannya.
g. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Ulak
Karang khususnya pada kegiatan Promkes dilakukan secara manual untuk
pencatatan seluruh kegiatan melalui pengumpulan data (pencatatan dan
pelaporan data) dari pemegang program promkes hingga diteruskan ke
Dinas Kesehatan Kota berupa laporan tahunan.

5.2 Saran
5.2.1 Kepada Puskesmas
a. Pemimpin Puskesmas untuk dapat memantau perkembangan dari setiap
pelaksanaan program
b. Pemimpin puskesmas untuk meninjau kembali kinerja petugas, menambah
sarana dan prasarana, meningkatkan metode dalam pelaksanaan kegiatan
c. Dalam menyusun sebuah RUK promkes, sebaiknya pihak puskesmas
melibatkan masyarakat dalam penyusunannya, agar setiap kegiatan yang
akan direncanakan dalam RUK promkes tersebut sesuai dengan kondisi
kesehatan yang berkembang dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang ada diwilayah lingkungan kerja puskesmas lapai. Sehingga setiap
kegiatan yang direncanakan mampu menyelesaikan setiap permasalahan
yang ada di lingkungan masyarakat.
d. Pihak puskesmas ulak karang harus bisa menjalin komunikasi dan
hubungan yang baik dengan masyarakat wilayah kerjanya, agar jika
diadakannya lokmin tingkat puskesmas, pihak puskesmas khususnya
pemengang program promkes dapat mengundang tokoh masyarakat
tersebut dalam kegiatan lokmin tingkat puskesmas. Sehingga masyarakat
dapat merasa bahwa setiap kegiatan yang ada dilingkungan puskesmas
bukan hanya sebagai tanggung jawab pihak puskesmas semata, melainkan
juga perlu dukungan dan tanggung jawab masyarakat setempat. Jika
masyarakat dilibatkan maka mereka akan merasa memiliki setiap kegiatan
yang ada dalam rencana kerja puskesmas.
e. Pemegang program promkes di puskesmas ulak karang diharapkan dapat
lebih aktif berperan dalam mengawasi dan memantau dalam proses
penyusunan dan evaluasi kinerja seluruh kegiatan pada program Promkes,
khususnya kegiatan PHBS rumah tangga, apabila terdapat masyarakat
yang belum ber PHBS pihak puskesmas bisa lebih tegas memberikan
peringatan kepada masyarakat tersebut dan melakukan teguran.

Anda mungkin juga menyukai