MANAJEMEN NYERI
Tahun 2015
BAB I
GAMBARAN UMUM
1. Latar Belakang
Keluhan nyeri merupakan keluahan yang paling umum kita temukan / dapatkan ketika
kita sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di tataran
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap, yang karena seringnya keluhan itu kita
temukan kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai hal yang biasa sehingga
perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang memuaskan di mata
pasien. Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi,
tetapi berkaitan juga dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan
perilaku, sehingga dalam penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari
semua unsur yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, untuk itu pemahaman
tentang nyeri dan penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga
kesehatan, terutama perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi
dengan pasien.
2. Tujuan
2. Sebagai panduan bagi penyelenggara Kesehatan Rumah sakit Islam Siti Hajar untuk
menghormati hak pasien dalam mendapatkan penanganan nyeri
3. Sebagai panduan bagi penyelenggara kesehatan Rumah Sakit Islam Siti Hajar dalam
pemberian terapi nyeri kepada pasien untuk menyelamatkan nyawanya
3. Pengertian
1. Nyeri adalah Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat
diterima pasien.
2. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan.
3. Kebijakan untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya
mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji
tentang nyeri.
4. Mengatakan nyeri sebagai konsep yang abstrak yang merujuk kepada sensasi pribadi
tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya kerusakan
jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya.
5. Mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia mengatakan
tentang nyeri apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia
mengatakan hal itu ada .
BAB II
TATA LAKSANA
Pada tata laksana pelayanan pada pasien yang mengalami nyeri ini dapat dilihat hal hal
yang berkaitan seperti :
A. TIPE NYERI
ada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus Conference on Pain
mengkategorisasikan nyeri menjadi tiga tipe yaitu Nyeri akut merupakan hasil dari :
2. Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam
masa penyembuhan atau tidak progresif dan Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang
dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.
1. Nyeri akut repon fisiologisnya adalah adanya peningkatan tekanan darah (awal),
peningkatan denyut nadi, peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, dan keringat dingin,
respon perilakunya adalah gelisah, ketidakmampuan berkonsentrasi, ketakutan dan
disstress.
2. Nyeri kronis respon fisiologisnya adalah tekanan darah normal, denyut nadi normal,
respirasi normal, pupil normal, kulit kering, dan respon perilakunya berupa imobilisasi
atau ketidak aktifan fisik, menarik diri, dan putus asa, karena tidak ditemukan gejala dan
tanda yang mencolok dari nyeri kronis ini maka tugas tim kesehatan, perawat khususnya
menjadi tidak mudah untuk dapat mengidentifikasinya..
Menurut Blumenfield (2003), secara garis besar ada 2 hambatan dalam manajemen nyeri
yaitu :
D. PENANGANAN NYERI
c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem Sebagian pasien di rumah sakit adalah
pasien dengan asuransi, yang telah mempunyai standart tertentu di dalam paket
pelayanan mereka, terkadang pasien membutuhkan obat yang tidak termasuk dalam
paket yang telah ditentukan, sehingga ia harus mengeluarkan dana ekstra untuk itu,
ceritanya menjadi lain ketika ia tidak mempunyai dana ekstra yang dibutuhkan.
2. Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik Ada dua kelompok utama obat
yang digunakan untuk menangani rasa nyeri :
2.1. Analgetika golongan non narkotika yaitu Parasetamol, Asam Mefenamat, Antalgin,
Ibuprofen, Natrium Diclofenac, kalium Diclofenac, Ketorolac, golongan salisilat :
Aspirin
2.2. Analgetika golongan narkotika yaitu Morfin, Kodein, Fentanyl, Pethidin, Tramado
3. Prosedur invasif Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan memasukan
opioid ke dalam ruang epidural atau subarakhnoid melalui intraspinal, cra ini dapat
memberikan efek analgesik yang kuat tetapi dosisnya lebih sedikit. Prosedur invasif
yang lain adalah blok saraf, stimulasi spinal, pembedahan (rhizotomy,cordotomy) teknik
stimulasi, stimulasi columna dorsalis.
E. Implikasi keperawatan
1. Perawat dituntut untuk mempunyai kapasitas yang memadai sebagai upaya untuk
memberikan asuhan keperawatan yang adekuat terhadap nyeri yang dirasakan oleh
pasien, untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai nyeri dan penangannya
dimana hal ini bisa dilakukan dalam masa pendidikan maupun dalam bentuk pelatihan-
pelatihan secara terpadu.
2. Mengingat kompleknya aspek nyeri, dan banyaknya keluhan ini ditemukan pada
pasien maka sudah saatnya perawat membentuk suatu tim keperawatan yang khusus
yang menangani nyeri baik di tatanan rawat jalan maupun rawat inap.
1. lakukan pijat massage pada pinggul kanan. Langkah ini bertujuan memberi
rangsangan menyeluruh pada saraf, urat dan otot pinggul, serta melancarkan peredaran
darah agar seluruh jaringan menjadi lentur.
2. lakukan pijat massage pada bagian paha belakang. Langkah ini bertujuan
menghentikan atau menghilangkan rasa nyeri.
Itulah kegunaan rasa nyeri. Jelasnya rasa yang tidak mengenakkan itu merupakan isyarat
bahwa jaringan tubuh minta diperhatikan atau minta penanganan khusus.
1. Menghilangkan penyebabnya.
Sedangkan untuk menekan peningkatan aliran pembuluh darah pada saraf fasomotor
(saraf penggerak), dapat dilakukan dengan pelepasan adrenalin neurogenik (kepala
kelenjar yang memberi perintah) yang mengakibatkan getaran (fasokontraksi) dan dapat
dibantu dengan depresi emosi (penurunan kadar emosi).
Rahang atas dan bawah rawat dengan pijat. Rangsang urat dan saraf rahang atas serta
bawah sampai lentur dan rileks sehingga saraf dapat berfungsi baik.
Ada tiga kelenjar yang diterapi yakni kelenjar pituilarian (memproduksi lendir dan air
ludah), kelenjar tyroid (kelenjar gondok) dan kelenjar adrenalin (generator syaraf
sensorik). Karena itu, rawatlah tubuh agar tidak terjadi infeksi dan tahan terhadap
gangguan penyakit.
H. SKALA NYERI
Setiap pasien dewasa yang merasakan nyeri dinilai dari skala 0-10
1. 0 = tidak nyeri
3. 4-6 = nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
mendeskripsikan dan dapat mengikuti perintah)
4.7-9 = nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat diatasi dengan alih posisi,
nafas panjang dan distraksi.
5.10 = nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul)
Setiap pasien anak yang merasakan nyeri dinilai dari skala wajah Wong Baker
Keterangan
BAB III
DOKUMENTASI
PENUTUP