Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

LAPORAN BACA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

pada Mata Kuliah Landasan Pendidikan yang diampu oleh

Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd.

Oleh :

Teja Panji Bagja

Teknik Sipil B

NIM. 1604544

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017
PENDAHULUAN

Bab yang dilaporkan adalah bab yang berjudul pendidikan sebagai ilmu dan seni yang ditulis
oleh Tim Penyusun Buku Landasan Pendidikan.

RINGKASAN

Di dalam bab ini mempunyai enam pokok bahasan.

INTI REVIEW

A. Alasan Pentingnya Status Keilmuan Pendidikan

Suatu disiplin akan dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin tersebut memiliki
status keilmuan yang jelas. Suatu disiplin ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila
disiplin ilmu tersebut memiliki kejelasan minimal dalam empat hal, yaitu :

1. Memiliki kejelasan dalam obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau jelas
mengenai obyek studinya.
2. Jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik bersifat kuantitatif atau
kualitatif, bahkan mungkin gabungan dari keduanya.
3. Jelas mengenai isi atau substansi dari ilmu tersebut, dan
4. Jelas mengenai fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salah satu aspek masalah
yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
B. Konsep Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
1. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui informasi yang tersusun dan terarah mengenai
fenomena tertentu yang terjadi dalam pengalaman. Titus (1959) menungkapkan ada empat
jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat diperoleh dan dimiliki manusia,yaitu :

a. Pengetahuan biasa atau awam yang sering disebut common sense knowledge atau
pengetahuan akal sehat.
b. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang menyebutnya
dengan sains.
c. Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat saja disebut filsafat
d. Pengetahuan religi (pengetahuan agama)
2. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Upaya pengelompokkan (klasifikasi) terhadap ilmu yang didasarkan pada kriteria tersebut.
Pembagian ilmu ada yang berdasarkan isi pengetahuan, dan ada pula yang mengklasifikasinya
berdasarkan sifat pengetahuan dari ilmu. Berdasarkan isi pengetahuannya, ilmu diklasifikasi
menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Ilmu-ilmu kealaman (natural science) seperti : Fisika, Kimia, Biologi dan Astronomi.
b. Ilmu-ilmu sosial (social science) misalnya sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, ilmu
pendidikan dan sebagainya.
c. Ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities) contohnya: filsafat, bahasa dan seni.

Berdasarkan sifat (ragam dan atribut) pengetahuan, ditemukan klasifikasi ilmu sebagai
berikut :

a. Rudolf Carnapp -> formal sciences : matematika, dan factual sciences: fisika.
b. Pembagian ilmu yang banyak digunakan terkenal dengan klasifikasi -> pure sciences:
matematika, logika dan applied sciences: ekonomi, ilmu pendidikan.
c. Pembagian ilmu dengan klasifikai lain adalah : ilmu eksakta (matematika, fisika,kimia,
biologi, astronomi), dan ilmu non-eksakta (ekonomi, politik, psikologi, Ilmu
pendidikan,dsb).

C. Karakteristik dan Kriteria Ilmu Pengetahuan

Suatu disiplin ilmu termasuk juga disiplin ilmu pendidikan perlu memiliki karakteristik dan
kriteria yang jelas dalam hal landasan, obyek studi, metode, fungsi dan isi/substansinya. Disiplin
ilmu perlu diuji secara empiris dan hendaknya memiliki persyaratan dan ciri-ciri ilmiah. Randall
dan Buchker mengemukakan tiga ciri umum ilmu pengetahuan sebagai berikut :

1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya setiap orang dapat
menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang
menyelidikanya adalah manusia.
3. Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode sains tidak
tergantung kepada subyek yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara
pribadi (Sadulloh 2004:46).

Selanjutnya Ralph Ross dan Enerst van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu,
yaitu :

1. Bersifat rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses berpikir dengan menggunakan
akal (rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera.
3. Bersifat umum, artinya bahwa hasil ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa
kecuali, dan
4. Bersifat akumulatif, artinya bahwa hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek
penelitian berikutnya.

Karakteristik suatu ilmu dapat ditelusuri melalui pembahasan tentang landasan ilmu, obyek ilmu,
metode keilmuan (metode ilmiah), isi atau materi ilmu, dan fungsi ilmu (Madjid Noor, 1998).
Dalam kajian epistemologi ditegaskan bahwa suatu kawasan studi atau suatu disiplin dapat
dikategorikan disiplin ilmu apabila memenuhi tiga syarat, yaitu :
1. Memiliki obyek matrial dan obyek formal,
2. Memiliki metode yang jelas, dan
3. Memiliki sistematika.

Landasan Ilmu

Landasan ilmu merupakan gagasan-gagasan yang dijadikan sandaran atau tempat berpijak para
ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya dan berguna bagi perkembangan pemikiran selanjutnya
dalam memahami fenomena baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Gagasan tempat
berpijak tersebut tidak lain yaitu pendirian atau pandangan hidup ilmuwan tersebut. Landasan
ilmu terdalam merupakan filsafat atau dengan nama lain induk ilmu pengetahuan (mother of
science).
Landasan ilmu kealaman pada mulanya bersumber dari filsafat matrealisme dan naturalisme.
Namun pada pekembangan zaman ini, landasan ilmu cenderung bersumber pada aliran filsafat
positivisme dan neopositivisme. Sedangkan yang menjadi landasan ilmu sosial bersumber dari
filsafat humanisme, pragmatisme, eksistensialisme, dan fenomenologi.

Obyek Studi Ilmu

Obyek studi ilmu adalah suatu kenyataan (realitas) atau bidang yang menjadi bahan pengkajian
dan penyelidikannya. Obyek ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu obyek
material dan obyek formal. Obyek material merupakan bidang kajian yang menjadi bahan suatu
ilmu. Sedangkan obyek formal merupakan brntuk khas yang membedakan ilmu tersebut dengan
ilmu lainnya.

Metode Ilmu

Metode ilmu atau metode ilmiah merupakan prosedur kerja sistematis yang terencana dan
cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu. tujuannya
adalah untuk memperoleh suatu produk ilmu yang valid (sah, benar, tepat) artinya pikiran
manusia sesuai dengan fakta empiris, dan reliable (produknya dapat dipercaya, jika diulang akan
memperoleh hasil yang sama).

Dalam pendekatan empiris, metode ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif memiliki karakter utama jumlah. Sedangkan
kualitatif dimaksudkan untuk mengembangkan suatu teori baru dengan memproses data
deskriptif,sebagai hasil tanpa menggunakan statistik, dengan teknik penelitiannya biasanya studi
kasus.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan empiris, yakni :

a. Perumusan masalah, yaitu kehiatan menemukan, menyusun dan merumuskan pertanyaan-


pertanyaan mengenai obyek yang akan dikaji.
b. Penysunan kerangka berpikir, yakni memberikan argumentasi yang menjelaskan hubungan
antara berbagai faktor sehingga membentuk permasalahan.
c. Perumusan hipotesis, yakni membentuk asumsi atau anggapan dasar dalam bentuk kerangka
berpikir dari suatu madzhab filsafat yang dianut.
d. Pengujian hipotesis, yaitu kegiatan pengumpulan fakta yang relevan.
e. Penarikan kesimpulan, yaitu kegiatan menyimpulkan apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak.

Fungsi Ilmu.

Ilmu pengetahuan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :

a. Fungsi Menjelaskan.
b. Fungsi Memprediksi.
c. Fungsi Mengontrol.

D. Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan


1. Konsep Ilmu Pendididkan

Pendidikan dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan, dalam ilmu pengetahuan ada dua
istilah penting yaitu paedagogie dan paedagagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan
paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Ngalim Purwanto, 2004:3).

Istilah pedagogik dibedakan oleh Langeveld dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikan
dengan ilmu pendidikan yang lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang
pendidikan. Pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut
kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

Berikut ini pendapat beberapa ahli tentang pengertian ilmu pendidikan :

Driyarkara (1980:66) menyatakan bahwa Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni
pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode dan tersusun secara sistematis tentang
pendidikan.

Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pendidikan merupakan
seperangkat pengetahuan, pendapat atau pandangan mengenai fenomena/gejala pendidikan yang
disususn secara sistematis sebagai hasil pemikiran kritis dengan menggunakan metode riset
tertentu.

2. Karakteristik Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan memiliki beberapa ciri tertentu yaitu ;

a. Landasan Ilmu Pendidikan


Ilmu pendidikan hanya akan berdiri kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandas
agama, pandangan hidup, filsafat hidup serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pendidikan merupakan ilmu yang normatif yang bersumber dari agama, masyarakat, filsafat
dan pandangan hidup.

b. Obyek Ilmu Pendidikan

Obyek ilmu pendidikan terdiri atas obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu
pendidikan adalah manusia, karena itu pendidikan bertolak dari pandangan bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan pada hakekatnya atau secara prinsipal berbeda dengan
kehidupan hewan, berbeda dengan tumbuhan dan berada denga benda mati.

c. Metode Ilmu Pendidikan

Metode ilmu pendidikan adalah prosedur yang menggunakan pola pikir dan pola kerja yang
sistematis untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang sah (valid) dan dapat dipercaya
(reliabel). Metode-metode penelitian yang dominan dalam pengembangan keilmuan dan
program pendidikan adalah survey, eksperimen, studi kasus, kaji tindak, dan penelitian
masadepan. Metode-metode tersebut penting sehingga ilmu pendidikan
dapatmengimplementasikan fungsi menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, dan
pengendalian terhadap fenomena dan gejala-gejala pendidikan.

d. Isi Ilmu Pendidikan

Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pengetahuan yang antara lain memuat pstulat,
asumsi, konsep teori, generalisasi, hukum, prinsip, dan model.

1) Postulat yaitu pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa pembuktian


secara empiris.
2) Asumsi yaitu pendapat/pandangan yang didasarkan pada kerangka berpikir tertentu,
yang kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa secara
empiris.
3) Konsep yaitu serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten yang dihasilkan
dari pemikiran atau pengalaman. Konsep dalam ilmu pendidikan bahwa pendidikan
meliputi bimbingan, pengajaran, dan juga latihan.
4) Teori adalah kumpulan konsep-konsep yang tersusun secara sistematis dalam bentuk
struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa sesuatu gejala
atau peristiwa itu terjadi, dalam pendidikan.
5) Generalisasi adalah kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-
pengalaman khusus, biasanya sebagai yang diperoleh dari penelitian ilmiah.
6) Hukum adalah pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
pernyataan if-then (jika-maka) yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu
sebagai hasil suatu generalisasi dari riset ilmiah.
7) Prinsip adalah hukum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok
gejala tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka (if-then).
8) Model adalah suatu bentuk teori atauserangkaian teori, hukum prinsip yang
menggambarkan atau memberi penjelasan tentang suatu sistem kegiatan sampai pada
panduan penggunaannya yang terdapat dalam suatu cabanf ili, misalnya mengajar
ekspositori, model mengajar pemrosesan informasi dari Bruce Joice, model mengajar
terprogram dan model mengajar discovery inquiry atau misalnya model cara belajar
siswa aktif dan lain sebagainya.
e. Fungsi Ilmu Pendidikan

Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi menjelaskan, memprediksi, dan


mengontrol gejala atau fenomena pendidikan. Dalam fungsi memberi penjelasan misalnya
tentang fenomena secara deduktif menjelaskan bahwa anak memiliki potensi yang perlu
diasah, sedangkan secara efektif misalnya kemampuan manusia untuk berkembang.
Sedangkan fungsi prediksi misalnya suatu hasil nilai UN berpengaruh dalam kelulusan
sekolah.

f. Cabang-cabang ilmu pendidikan

Cabang-cabang ilmu ada beberapa klasifikasi, berikut pendapat menurut beberapa ahli :
Menurut M.J. Lavengeld (1952)

1. Ilmu mendidik teoritis terdiri atas :


a) Ilmu mendidik sistematis
b) Sejarah pendidikan
c) Ilmu perbandingan pendidikan
2. Ilmu mendidik praktis terdiri dari :
a) Didaktik/metodik
b) Pendidikan keluarga
c) Pendidikan gereja (lembaga keagamaan)

E. Mendidik Sebagai Seni dan Teknik

Keberhasilan pendidik terletak khususnya pada perubahan yang dialami terdidik. Tujuan
pendidik bukanlah supaya pendidik mengalami perubahan, melainkan supaya anak atau orang
lain mengalami perkembangan ke arah baik. Pada prinsipnya pendidikan memang dapat
dianalisis dan seni didik dapat dipelajari secara ilmiah. Calon guru/pendidik antara lain perlu
mempelajari hasil-hasil yang telah dikumpulkan dalam ilmu pendidikan, tetapi harus belajar
menganalisis proses belaja mengajar. Terdapat dua kelompok kegiatan-kegiatan mengajar, yaitu
kegiatan sebelum mengajardimana guru bekerja secara sendirian dan kegiatan yang terjadi pada
waktu mengajar ketika guru menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam situasi senyatanya.

F. Memelajari Seni Didik dan Teknik Pendidikan Secara Ilmiah


Pengembangan teknologi pendidikan masih belum dapat membuktikan bahwa teknologi
pendidikan memang sungguh-sungguh lebih efektif menimbulkan proses belajar mengajar
daripada pendidikan tanpa teknologi yang baru. Kesanggupan guru untuk mengembangkan seni
didik masih terlalu bergantung pada bakat dan luasnya pengalaman pengajar. Sesungguhnya
pengajaran didalam kelas masih merupakan cara-cara yang paling luas dipraktekkan disekolah
dan di luar sekolah, karena walaupun cara ini relatif amat praktis, namun tak pernah dapat
dilaksanakan dengan mudah bagi peningkatan hasil belajar murid-murid.

KESIMPULAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu
praktek pendidikan. Namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan
mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi dengan
harus memperhatikan karakteristik anak didik. Esensinya bahwa praktek pendidikan hendaknya
merupakan perpaduan antara ilmu dan seni.

Suyitno, Y, dkk. (2014). Landasan Pendidikan. Bandung : Sub Koordinator MKDP


Landasan Pendidikan Departemen Pedagogik FIP UPI.

Syarifudin, Tatang. 2007. Landasan Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu.

Sadulloh, Uyoh. 2007. Pilsafat Pendidikan. Bandung : Cipta Utama.

Anda mungkin juga menyukai