Berikut uraian perbedaan kontrak konstuksi berdasarkan aspek pembagian tugas para pihak yang
berkontrak:
ditandatangani semua penyedia jasa yang punya keahlian khusus, di sini tak ada
penyedia jasa utama. Hal yang ingin dicapai dengan menggunakan bentuk kontrak
ini, yaitu:
i. Mutu pekerjaan lebih andal
ii. Hemat waktu
iii. Hemat biaya
iv. Keleluasan dan kemudahan mengganti penyedia jasa
b. Robert D. Gilbreath menamakan kontrak ini Few Primes. Dalam hal ini pengguna
jasa memberikan banyak kontrak terpisah kepada beberapa peyedia jasa. Pekerjaan
seperti sipil, mekanikal dan elektrikal dibagi kepada para penyedia jasa. Pengguna
jasa boleh terlibat langsung dalam memilih peralatan dan material dari pemasok
kepada penyedia jasa dalam proses konstruksi dan menetukan hubungan tanggung
jawab untuk koordinasi. Pendekatan penyedia jasa umum bergantung pada:
1. Lingkup, pembagian kerja yang jelas antara penyedia jasa
2. Kualifikasi saksama dari para penyedia jasa
3. Pengawasan biaya, jadwal, aspek teknis dari setiap kontrak
4. Keterlibatan untuk mengelola dan mengawasi setiap pekerjaan penyedia jasa
3. Bentuk Kontrak Rancang Bangun (Design Construct/Build, Turnkey)
a. Dikenal dengan kontrak turnkey, secara teknis lebih tepat rancang bangun. Sistem
kontrak FIDIC membedakan pembayaran rancang bangun per termin sesuai kemajuan
pekerjaan, sedangkan pembayaran turnkey dilakukan sekaligus setelah pekerjaan
selesai. Dari aspek penugasan rancang bangun maupun turnkey sama-sama
melaksanakan perencanaan sekaligus membangun. Penyedia jasa membuat
perencanaan proyek lengkap dan melaksanakannya dalam satu kontrak konstruksi.
Dalam kontrak ini, konsultan perencana menerima tugas dari penyedia jasa, perintah-
perintah ditetapkan dari awal. Dalam kontrak ini tuntutan dari turnkey builder yaitu
jaminan pembayaran dari pengguna jasa senilai harga kontrak, sehingga pengguna
jasa harus berhati-hati dalam memilih turnkey builder karena seluruh aspek
pembangunan proyek dipercayakan kepada satu perusahaan.
b. Robert D. Gilbreath mengupas kontrak design build, di mana pengguna jasa
melimpahkan tanggung jawab penyelesaian proyek secara dominan. Pengguna jasa
memilih perusahaan untuk merencanakan dan membangun fasilitas. Penyedia jasa
bertanggung jawab untuk perencanaan, memimpin dan mengkoordinasikan semua
tugas untuk menghasilkan fasilitas. Risiko komersial utama mengenai pengguna jasa
kurang luwes untuk mencabut kontrak proyek, tanpa biaya besar, jadwal, dan dampak
teknis begitu sesuatu tidak memuaskan.
4. Bentuk Kontrak Engineering, Procurement & Construction (EPC)
Kontrak EPC dimaksudkan untuk pembangunan dalam industri minyak, gas bumi, dan
petrokimia, dimana yang dinilai bukan selesainya pekerjaan melainkan kinerja dari
pekerjaan tersebut. Penyedia jasa mendapat pokok-pokok acuan tugas dari pabrik dan
bertanggung jawab. Bentuk kontrak ini disinggung dalam UU No. 18 tahun 1999 pasal 16
ayat (3) tentang jasa konstruksi yang berbunyi Layanan jasa perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran
pekerjaan, biaya penggunaan teknologi canggih, serta risiko besar bagi para pihak
ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi.