Anda di halaman 1dari 15

Pencegahan serta Patalaksanaan Masalah pada Perawatan Saluran Akar

2.4.1 Masalah dalam Mendiagnosis


Dalam mendiagnosis dan menentukan rencana terapi, diperlukan
pengambilan radiograp yang akurat terutama untuk pemilihan instrumen dan
teknik yang tepat dalam perawatan saluran akar. Masalah anatomis dapat
divisualisasikan dalam dua dimensi seperti lokasi dan perluasan kamar pulpa,
jumlah dan letak salauran akar, drajat kelengkungan saluran akar, dan kualitas
perawatan saluran akar sebelumnya.
CBCT (cone beam Computed Tomography) dapat digunakan dalam
diagnosis preoperatif endodontik karena hasilnya jauh lebih signifikan
dibandingkan dengan radiograp periapikal. Kelebihan menggunakan CBCT
antara lain dapat:
Mendeteksi periodontitis apikal
Mendeteksi lesi kecil periapikal dan lesi yang baru terbentuk
Mengidentifikasi saluran akar tambahan
Menganalisa anatomi saluran akar
Mendeteksi resorpsi internal
Mendeteksi masalah intrakanal
Penggunaan CBCT dalam penentuan diagnosis masih dipertimbangkan
karena tingginya radiasi yang dihasilkan, umumnya direkomendasikan jika
pemeriksaan secara radiografi biasa dan pemeriksaan klinis tidak dapat
memberikan informasi yang cukup dalam mendiagnosis.1

2.4.2 Masalah dengan Anastesi


Terapi tidak dapat dilaksanaan sebelum anastesinya berjalan.
Kegagalan anastesi dapat terjadi karena masalah anatomis ( lokasi nervus yang
tidak biasanya dan secondary innervation oleh nervus yang berbeda), atau
yang paling sering terjadi karena inflamasi pulpa atau jaringan periradikular.
Hal ini dapat diatasi dengan mengulang kembali injeksi anastetikum
dengan cara intraligamen, intrapulpal, atau intraoseus. Dalam beberapa kasus
inflamasi pulpa harus menggunakan kortikosteroid yang lebih rendah sampai
jaringan teranastesi. Penggunaan anastesi dapat dipertimbangkan untuk gigi
dengan nekrosis pulpa pada pasien dengan rasa takut dalam menjalankan
perawatan.1
2.4.3 Preparasi Akses
Sebelum memulai preparasi akses kavitas, perlu dipertimbangkan
untuk mempertahankan ataupun membuang restosi sebelumnya. Keuntungan
mempertahankan restorasi sebelumnya antara lain:
Tidak perlu restorasi sementara
Tidak ada masalah saat mengaplikasikan rubber dam
Menghemat waktu dan biaya
Sedangkan keuntungan untuk membuang restorasi sebelumnya yaitu:
Kontrol yang baik saat preparasi akses dan dasar kamar pulpa dapat
terlihat dengan baik (bila ada fraktur, karies, atau perforasi)
Kodisinya menguntungkan untuk mencari saluran akar tambahan

akses kavitas dipersiapkan sesuai ukurannya dengan mengangkat


seluruh jaringan atau bahan pengisi, kamar pulpa harus diperiksa apakah
masih ada jaringan yang overhang atau tersisa, crack, perforasi, pulp stone,
perubahan warna (adanya sekunder atau tersier dentin), dan orifis saluran akar.
Hal ini disertai irigasi kamar pulpa dengan sodium hipoklorit. Intrumentasi
saluran akar tidak dapat dilakukan hingga preparasi dan pembersihan kamar
pulpa selesai. Terdapat kontraversi mengenai ukuran saluran akar, seperti
pembuangan jaringan yang tidak perlu harus dihindari, tetapi ukuran saluran
akar harus mampu untuk mengidentifikasi saluran akar, intrumentasi yang
lurus, preparasi, desinfeksi, dan obturasi seluruh saluran akar yang baik.
Intrumentasi saluran akar sebelum akses kavitas selesai dipreparasi
dan didesinfeksi dengan baik dapat menyebabkan terdorongnya
mikroorganisme, debris, dan sisa jaringan ke ujung apeks, sehingga dapat
terjadi ekstrusi apikal, blockage apikal, yang mengakibatkan hilangnya
panjang kerja, ledging, ataupun perforasi. Oleh karena itu, masalah didaerah
apikal dapat dipengaruhi kesalahan yang terjadi dibagian koronal.1

2.4.4 Penentuan panjang kerja


Penentuan panjang kerja yang tidak tepat dapat mengakibatkan
tertinggalnya sejumlah besar jaringan nekrotik dan mikroorganisme di dalam
saluran akar. Sehingga dapat mempengaruhi hasil perawatan dan
mempertahankan peradangan periradicular.1
Dalam prakteknya, penentuan panjang kerja dan kontrol masih menjadi
tantangan. Penilaian panjang bekerja dengan metode tactile sense saja tidak
Dianjurka. pemeriksaan radiografi yang sesuai untuk tujuan diagnostik dan
evaluasi morfologi akar, tetapi tidak mampu menentukan panjang kerja secara
konsisten karena variasi anatomi antara gigi. Apex locator elektronik
merupakan alternatif untuk penentuan panjang kerja yang benar.2
Penentuan panjang kerja yang optimal dapat menggunakan apex locator
elektrik dan dikonfirmasi kembali dengan menggunakan pengukuran panjang
kerja secara radiografi. Jika pengukuran dengan apex locator menunjukkan
panjang kerja lebih pendek 3 mm, pengukuran tersebut mungkin salah, karena
konstriksi apikal dengan tingkat tinggi probabilitas terletak 3 mm dari apeks.
Beberapa praktisi lebih memilih untuk mengontrol panjang kerja secara
radiografi. Pada dasarnya, radiografi ini akan mengontrol panjang kerja yang
telah didapat dan juga ekstensi apikal saat menentukan panjang kerja yang
optimal.1

2.4.5 Ledge dan Blockages


Pembentukan Ledge mudah dikenali karena instrumen endodontik
tidak bisa lagi dimasukkan ke dalam saluran akar dengan panjang kerja penuh.
Pada waktu bersamaan, sensasi taktil karakteristik dari instrumen mencapai
bagian tersempit pada saluran akar akan menghilang, dan yang terasa
instrumen seperti menabrak dinding saluran akar. Sebuah foto rontgen diambil
dengan instrumen yang diletakkan dalam saluran akar guna memberikan
informasi tambahan dari ledge dan memverifikasi pembentukannya ketika
instrumen tip diarahkan jauh dari lumen kanal. Perhatian khusus diperlukan
sehingga sinar X-ray diarahkan tegak lurus ke daerah dimana instrumen
ditempatkan.3
Dalam kasus dengan gigi sebelumnya telah dilakukan perawatan
endodontik, keberadaan legde dapat diketahui ketika bahan pengisian
setidaknya 1 mm lebih pendek dari yang diharapkan, terutama di gigi dengan
akar yang melengkung.
Ketika terjadi ledge, instrumentasi saluran akar harus segera dihentikan dan
upaya harus terkonsentrasi untuk mendapatkan akses ke ujung apeks
menggunakan stainless-steel hand instrument berukuran kecil. Dengan cara:
Sebuah rontgen berkualitas tinggi diperoleh dengan instrumen yang dibuat
langkan di tempat untuk memverifikasi dan mengungkapkan lokasi.
Irigasi dengan sodium hipoklorit dan pemberian agen chelating (EDTA)
secara berulang dibutuhkan dalam prosedur ini.
Pembesaran koronal dari saluran akar pada ledge diperoleh dengan
menghilangkan kelengkungan atau penghalang. Hal ini sangat penting
karena akan meningkatkan sensasi taktil yang dibutuhkan.
Ledge pertama diperiksa dengan precurved K-file ukuran 08 atau 10.
Hand instrument ISO menyediakan sensasi taktil yang lebih baik dan
mengarah ke instrumen rotary. Sifat-sifat instrumen NiTi memungkinkan
mereka untuk tetap lebih terpusat dan menjaga sumbu akar secara
signifikan lebih baik daripada instrumen stainless-steel bila digunakan
secara manual atau dalam mode rotary, tetapi instrumen ini tampil kurang
efisien ketika melewati ledge. Dalam rangka untuk melalui ledge dan
mendapatkan akses ke apeks, instrumen terpendek yang dapat mencapai
ledge harus digunakan dengan gerakan 'watch-windingdan gerakan
sepertimengambilsecara pendek atau singkat.
Instrumen yang lebih pendek memiliki tingkat kekakuan yang lebih dan
memungkinkan klinisi untuk diposisikan lebih dekat ke apeks,
menghasilkan sensasi taktil yang lebih tinggi dan kontrol instrumen yang
lebih baik. Jika instrumen telah berada di ujung apeks saluran akar, maka
sebaiknya hentikan instrumentasi dan mengambil radiografi untuk
memverifikasi arahnya. Hal ini akan memberikan informasi penting
berharga tentang posisi instrumen dalam kaitannya dengan saluran akar
dan akan mencegah kesalahan iatrogenik seperti transportasi debris atau
mikrroorganisme dan perforasi.
Jika panjang instrumen tidak memadai atau mencapai panjang yang
diinginkan, rontgen diambil dengan file ditempatkan untuk menegaskan
kembali dan menentukan kembali panjang kerjanya. Hal ini juga dapat
dengan mudah, akurat, dan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
sebuah apeks elektronik locator, terutama dalam kasus di mana panjang
kerja radiografi diperoleh sebelumnya.
Setelah K-file mencapai estimasi panjang kerja, file yang lebih besar
kemudian digunakan dalam yang sama cara. Untuk melanjutkan ke ukuran
berikutnya, penggunaan file yang sama dengan mengurangi 1 mm bagian
ujungnya juga direkomendasikan. Instrumentasi selesai dengan anti-
curvature filling untuk menghaluskan ledge dalam preparasi saluran akar
Obturasi saluran akar dilakukan. Bahkan jika kanal sepenuhnya siap,
penting untuk melakukan tes cone gutta-percha yang dipilih mencapai
panjang kerja. kerucut getah perca yang bahan lembut dan mereka
kadang-kadang gagal untuk by-pass langkan. Precurving kerucut untuk
mencocokkan kanal kelengkungan dapat membantu.3

Ledge pada saluran akar dan penatalaksanaan.3

Penyumbatan saluaran akar (Blockage) dikoreksi dengan


instrumentasi saluran akar. Untuk tujuan ini, precurved stainless-steel K-file
ISO ukuran 08 atau 10 dimasukkan ke dalam saluran diikuti dengan irigasi
NaOCl dan agen chelating dan dengan gerakan rotasi sirkumferensial untuk
mendeteksi debris. Setelah terdeteksi, dengan hati-hati file diputar dalam
gerakan singkat secara watch-winding, keluar masuk saluran akar, hingga
mencapai panjang kerja yang diinginkan. Diikuti oleh gerakan melingkar dari
file yang sama dan diulang dengan ukuran lebih besar hingga pembesaran
optimal. Jika penyumbatan terjadi di kurva atau bagian akar yang melengkung,
lengkukngkan instrumen agar dapat melakukan instrumentasi. Harus
diperhatikan bahwa dalam kasus ini ledge atau perforasi lateral yang dapat
terjadi, terutama jika menggunakan instrumen endodontik ukuran besar.3

2.4.6 Perforasi
Menggunakan alat khusus memungkinkan berhasilnya terapi perforasi
pada dasar kamar pulpa dengan MTA (Mineral Trioxide Aggregate) atau
bahan Bioceramic sebagai repair material (bahan perbaikan). Perawatan yang
tepat harus dilakukan untuk menghindari pemblokiran atau bahkan penutupan
saluran akar dengan bahan perbaikan.1 Persyaratan untuk bahan perbaikan
yang ideal antara lain yaitu:
Kedap terhadap udara udara
Non resorbable dan tidak larut
Tidak terkontaminasi oleh perdarahan
'Dikendalikan untuk mencegah ekstrusi'
Biokompatibel
Menginduksi osteogenesis dan cementogenesis
Non-karsinogenik, tidak beracun
Mudah diperoleh
Sebaiknya tidak menyebabkan ketidaknyamanan kepada pasien atau
dokter gigi
Murah.

Perforasi pada saluran akar.4

MTA Memiliki banyak kentungkan termasuk karakteristik


penyegelan yang baik, biokompatibilitas, efek bakterisida, radiopacity, dan
potensi induksi osteogenesis dan cementogenesis. Perforasi akar yang diterapi
dengan MTA menunjukkan lapisan jaringan non-inflamasi dan kurangny
terjadi kebocoran bila dibandingkan dengan perforasi diperbaiki dengan
amalgam, zinc oxide eugenol, dan SuperEBA.4

Pasca pengisian daerah perforasi dengan MTA.4

2.4.7 Instrumen patah

Setiap dokter gigi yang melakukan perawatan saluran akar memiliki


berbagai pengalaman mulai saat obturasi hingga terjadinya kecelakaan
prosedural yang tidak diinginkan seperti patahnya instrumen di dalam saluran
akar. Fraktur instrumen yang terjadi saat perawatan saluran akar merupakan
kecelakaan prosedural yang paling sering ditemui sepanjang karir seorang
dokter gigi. Risiko patahnya instrumen beberapa tahun ini meningkat seiring
dengan meningkatnya penggunaan rotary instrument pada preparasi saluran
akar.5 Pengangkatan instrumen yang patah dipengaruhi oleh anatomi gigi,
derajat kemiringan saluran akar, dan lokasi patahan instrumen. Faktor yang
mempengaruhi pengambilan instrumen patah harus dapat diidentifikasi.
Kemampuan untuk mengakses serta menyingkirkan instrumen patah secara
non bedah dipengaruhi oleh diameter saluran akar, panjang saluran akar,
kelengkungan saluran akar serta posisi obstruksi dalam saluran akar.5
Patahan
lentulo dalam saluran akar.5

Ketika terjadi patah instrumen dalam saluran akar, akan menimbulkan


kecemasan dan berharap instrumen dapat dikeluarkan tanpa melakukan
prosedur bedah.5 Upaya pengambilan instrumen yang patah sebaiknya tidak
dilakukan segera setelah instrumen fraktur dalam keadaan mental tidak stabil.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menginformasikan pasien tentang
kejadian tersebut dan mengambil radiografi terlebih dahulu (penting untuk
alasan medikolegal, serta untuk perencanaan perawatan lebih lanjut). Tutup
akses kavitas dan perawatan dilanjutkan dalam janji baru.6

Banyak teknik dapat digunakan untuk pengambilan instrumen patah


dalam saluran akar, dan pilihan teknik harus didasarkan pada lokasi dari
instrumen yang patah. Sebelum dilakukan pengambilan instrumen patah, perlu
dilakukan radiografi untuk memperkirakan ketebalan dinding dentin,
kedalaman dan kelengkungan dari saluran akar. Jika pengambilan fragmen
istrumen akan dilakukan, semua saluran akar harus diblokir (dengan kapas
atau gutta-percha) untuk mencegah fragmen jatuh ke saluran akar lain.
Selanjutnya akses kavitas dipreparasi untuk mendapatkan akses yang lurus
diatas fragmen instrumen yang tertinggal dalam saluran akar. Ketika fragmen
tidak dapat dilihat dengan jelas, upaya pengambilan atau pengangkatan
fragmen harus dihentikan karena berisiko besar terjadi perforasi. 5,6

Akses koronal adalah tahap awal pada pengambilan instrumen patah.


Bur high speed, friction grip, dan surgical length burs diperlukan untuk
meluruskan preparasi akses pada orifis saluran akar, selain itu diperlukan
pelebaran dinding aksial pada saluran akar tempat patahnya instrumen. Akses
radikular adalah tahap kedua yang diperlukan dalam pengambilan instrumen
yang patah. Jika akses radikular terbatas, dapat diperbesar menggunakan file
dari ukuran kecil sampai file ukuran besar, dan obstruksi korona untuk
mendapatkan tempat yang aman dan cukup dalam penggunaan gates gliden.
Saat ini instrumen yang patah dapat dikeluarkan dengan menggunakan
instrumen ultrasonik, selain diperlukan akses dan visibiliti yang baik sehingga
memudahkan operator untuk mengeluarkan instrumen yang patah tersebut.
Pengambilan lentulo yang patah dapat dilakukan menggunakan jarum Miller
yang dihubungkan dengan tip ultrasonic endodontic dengan gerakan
berlawanan arah jarum jam, dikombinasi dengan Hedstroem file no 25.
Sebelumnya dilakukan coronal flaring menggunakan Heroshaper dari
mikromega untuk memperjelas akses dan visibiliti ke dalam saluran akar.
Sebuah rontgen akhir diambil untuk melihat setelah intrumen diambil dari
saluran akar untuk memastikan tidak ada fragmen yang masih tertinggal.5,6

Pengambilan patahan
lentulo dengan Headstroem file no
25 dan jarum Miller
yang dihubungkan dengan tip ultrasonic endo.5
2.4.8 Obturasi Saluran Akar
Dalam kasus obturasi tidak sempurna, yaitu terminasi bahan obturasi lebih
dari 2 mm dari apeks (terlihat ruang kosong dilateral bahan pengisi) harus
mempertimbangkan hasil perawatannya. Dalam hal ini ada perbedaan antara
menentukan panjang kerja, panjang preparasi sebenarnya dan panjang
obturasi, pengambilan bahan pengisi akan menjadi pengobatan yang optimal,
selama sealar belum mengeras. Mengambil rontgen baru untuk memperjelas
panjang kerja endodontik yang benar dan dapat membantu untuk mencegah
kegagalan obturasi kembali. Tergantung pada waktu yang tersedia, segera
lakukan reobturation bila memungkinkan, pemberian medikasi juga
dianjurkan.
Jika terjadi overextension dari bahan obturasi, pembuangan guttap
perca dapat dilakukan dengan menggunakan file headstrom. Apabila hanya
sedikit yang keluar dari ujung apeks, penanganan secara konservatif dengan
kontrol secara radiograpik dapat dilakukan selama tidak ditemukan gejala
inflamasi secara klinis ataupun radiograpik. Jika terjadi inflamasi di apikal,
dapat dilakukan pembuangan secara bedah.6

BAB III

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun dirujuk ke Departemen


Konservasi Gigi dan Endodontik, Goa Dental College and Hospital dengan
keluhan utama nyeri pada gigi insisivus sentralis kanan maksila. Pasien
memiliki riwayat perawatan saluran akar ditempat lain sebelumnya, sekitar
tiga bulan yang lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi insisivus sentralis
kanan rahang atas berubah warna dan ditambal sementara(Fig. 1 dan 2).

Temuan radiografi menunjukkan akses kavitas pada gigi dengan perforasi


iatrogenik pada aspek disto-lateral pada pertengahan akar disertai kehilangan
tulang yang ditandai dengan radiolusen disekitar periapikal (fig.3). Diagnosis
pasien tersebut yaitu periodontitis periapikal akut dengan pembentukan abses
disertai perforasi saluran akar akibat kesalahan iatrogenik. Dengan persetujuan
pasien dan keinginan untuk mempertahankan gigi, diputuskan untuk
melakukan terapi perforasi non-operasi dengan menggunakan Pro Root MTA.
Pada tahap pertama, gigi diisolasi dengan Rubber dam dan tambalan
sementara dibuang dengan diamond bur bulat. Setelah penentuan kerja
panjang 1 mm lebih pendekg dari apeks (fig. 4), persiapan kemomekanis
dilakukan dengan ProTaper hand file sampai ukuran F3 menggunakan 2,5%
natrium hipoklorit diikuti oleh irigasi akhir dengan 17% larutan EDTA.
Selanjutnya, pasta kalsium hidroksida diaplikasikan sebagai obat intra-kanal
selama 15 hari, koronal ditutup dengan kapas steril dan Cavit dan diganti dua
kali dalam 1 bulan (fig. 5).
Sebelum saluran akar diobturasi, pasta kalsium hidroksida dibuang dengan
larutan EDTA 17%. Pengambilan radiografi dari cone gutta perch utama yang
diletakkan pada saluran akar sampai batas perforasi menggunakan AH-26
sealer, dengan teknik kondensasi lateral pada saat yang sama (fig. 6).
matriks internal dalam bentuk gelfoam telah tepat ditempatkan pada daerah
perforasi, kondensasu dengan plugger untuk hingga matriks mengeras. Daerah
perforasi diirigasi dengan saline dan dikeringkan. Pro Root MTA dimasukkan
dengan sedikit tekanan ke daerah resorpsi dengan menggunakan amalgam
carrier dan pluggers Schilder (fig. 7). Setelah penempatan MTA, pelet kapas
direndam dalam saline ditempatkan untuk merangsang pengerasan (setting)
material lalu kavitas ditutup dengan Cavit. Pada sesi berikutnya, 24 jam
kemudian, setting MTA diperiksa dan gigi ditambal atau direstorasi dengan
resin light-cured (fig. 8).
Dalam tiga bulan, pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa pasien
sudah tidak memiliki keluhan. Dalam pemeriksaan radiografi gigi terkait dan
jaringan sekitarnya tidak menunjukkan perubahan patologis. Pasien disarankan
untuk perlunya mengembalikan mahkota gigi dan gigi restorasi dengan
mahkota logam-keramik. (Gbr.9, 10 dan 11)

PEMBAHASAN LAPORAN KASUS


Menjaga integritas gigi penting untuk fungsi dan estetika. Terapi endodontik dapat
memainkan peran penting dalam mencapai tujuan ini. Kadang masalah teknis yang
terjadi selama perawatan endodontik seperti perforasi dinding atau dasar kamar pulpa
dan saluran akar, selama pembuangan karies ataupun saat melakukan preparasi akses
kavitas, menentukan letak saluran akar dan juga debridement secara mekanik. Hal ini
secara signifikan dapat mengganggu prognosis jangka panjang gigi.

Perforasi iatrogenik di sepertiga tengah akar umumnya disebabkan oleh file


endodontik atau Gates Glidden Dril. Idealnya, saluran akar diinstrumentasi mendekati
bentuk dan ukuran apikal akhir. Sehingga perlu diperhatikan bahwa intrumen
diletakkan tepat pada saluran akar dan bukan pada daerah perforasi. Untuk penutupan
daerah perforasi, pada dasarnya terdapat dua teknik dapat direkomendasikan. Yang
pertama yaitu obturasi 3 dimensi saluran akhara dari ujung apeks hingga tepat
dibawah daerah perforasi, dan iikuti dengan obturasi daerah perforasi menggunakan
MTA. Pilihan lainnya adalah dengan menggunakan Space-maintainer setelah
hemostasis telah dicapai dan bentuk akhir saluran akar didapatkan, beberapa material
(Gutta percha) kemudian ditempatkan ke dalam saluran akar dan digunakan untuk
mempertahankan bentuk dan outline saluran akar yang asli dan harus ditempatkan
lebih dalam dari daerah perforasi.
Dalam kasus ini, perforasi hadir pada aspek disto-lateral di daerah
pertengahan akar yang kemungkinan terjadi saat preparasi akses. Karena perforasi
terjadi di wilayah pertengahan akar yang dapat diakses melalui kamar pulpa, maka
penatalaksanaan secara non-bedah menggunakan MTA dapat dilakukan. Hasil yang
dilaporkan dengan menggunakan MTA menjanjikan dan mendukungan penggunaan
bahan ini untuk sebagai bahan untuk mengatasi perforasi. Pada 16 kasus menunjukkan
jaringan yang normal disekitar daerah perforasi pada kunjungan berikutnya.
Penyembuhan jelas terlihat pada daerah perforasi dan tidak ada edema, fistula atau
nyeri yang dilaporkan oleh pasien. Pada pemeriksaan pasien tidak memiliki keluhan
dan radiografi menunjukkan tanda-tanda normalitas.4

DAFTAR PUSTAKA
1. Hlsmann, Michael. Prevention and management of problems during root canal
treatment A problem-based approach to root canal treatment. Part I. ENDO
(Lond Engl) 2016;10(3):127140
2. M. J. Altenburger, Y. C enik, J. F. Schirrmeister, K.-T. Wrbas & E. Hellwig.
Combination of apex locator and endodontic motor for continuous length control
root canal treatment. International Endodontic Journal, 42, 368374, 2009
3. LAMBRIANIDIS, THEODOROS. Ledging and blockage of root canals during
canal preparation: causes, recognition, prevention, management, and outcomes.
Endodontic Topics 2009, 15, 5674
4. Kharangate,Nupur, et all. Non-surgical endodontic perforation repair using MTA
A case report. Journal of Indian Dental Association - Vol 8 - Issue 3 - March 2014
5. Syafri, Muhammad., Nugraheni, Tunjung. Pengambilan Lentulo Patah Pada
Perawatan Saluran Akar Gigi Molar Satu KiriBawah Nekrosis Pulpa. Maj Ked Gi.
Juni 2013; 20(1): 78-84
6. Hlsmann, Michael. Prevention and management of problems during root canal
treatment A problem-based approach to root canal treatment. Part II.ENDO(Lond
Engl)2016;10(3):141151

Anda mungkin juga menyukai