Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan global yang dapat menyebabkan kematian
dan kecacatan. Menurut WHO, 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia setiap
tahunnya dan 5 juta diantaranya mengalami kematian serta 5 juta orang lainnya
mengalami kecacatan yang permanen.1 Sedangkan di Indonesia, stroke merupakan
penyebab kematian sebesar 12,1%. 88% dari seluruh kejadian stroke diakibatkan oleh
stroke iskemik atau non hemoragik.2
Stroke merupakan suatu penyakit kegawatan yang membutuhkan
penatalaksanaan segera karena dapat mengancam jiwa.Selain dapat menyebabkan
kematian, stroke juga dapat menyebabkan kecacatan sehingga penderita tidak dapat
bekerja seperti sediakala yang berdampak besar pada permasalahan sosial dan
ekonomi penderitanya.
Stroke merupakan suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi
neurologis yang terjadi secara mendadak dan berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan aliran darah
otak.Gangguan aliran darah pada otak dapat berupa berkurangnya suplai darah
maupun pecahnya pembuluh darah otak secara spontan.
Penegakan diagnosis stroke memerlukan data yang lengkap dimulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan
penunjang stroke adalah dengan pencitraan berupa CT Scan yang berguna untuk
membedakan infark serebri atau perdarahan sehingga berguna dalam menentukan tata
laksana awal.3 Pemeriksaan ini juga dapat menyingkirkan diagnosis banding yang
penting. CT Scan kepala tanpa kontras merupakan baku emas pemeriksaan penunjang
pada kasus stroke karena ketersediaan, akuisisi yang cepat dan kemudahan
interpretasinya.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Definisi
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi
otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain
gangguan vaskular.2
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai kematian jaringan otak karena
pasokan darah yang tidak adekuat. Iskemi jaringan otak timbul akibat 2 sumbatan
pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai
faktor seperti aterotrombosis, emboli atau ketidakstabilan hemodinamik.2
2 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab neurologis utama pasien datang ke rumah sakit dan
penyebab kematian tertinggi ketiga di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan
kanker.Setiap tahunnya 500.000 orang di negara ini mengalami stroke dan 150.000
meninggal.Prevalensi secara keseluruhan adalah 750 per 100.000. Di Indonesia,
penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke (15,4%), yang disusul oleh
TB (7,5%), hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%). Hasil Riskesdas 2007, prevalensi
stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000. Prevalensi stroke tertinggi
Indonesia dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan
terendah di Papua (3,8 per 1.000 penduduk).3
3 Etiologi
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya stroke non hemoragik
diantaranya:
1 Non modifiable risk factors:
a Umur
b Jenis kelamin
c Keturunan atau genetik
2 Modifiable risk factors
a Behaviour
Merokok
Diet tidak sehat
Peminum alkohol
Pemakaian obat-obatan
b Physiological risk factors
Hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Infeksi, arteritis, trauma
Gangguan ginjal
Obesitas
Polisitemia
Kelainan pembuluh darah
Adapun faktor risiko utama penyebab stroke iskemik adalah:
1 Hipertensi
2 Merokok
3 Diabetes mellitus
4 Kelainan jantung
5 Kolesterol.3
4 Klasifikasi
Secara garis besar stroke dibagi menjadi 2 golongan yaitu stroke yang terjadi
karena pembuluh darah di otak pecah yang diakibatkan tidak kuat menahan tekanan
yang terlalu tinggi yang disebut stroke perdarahan dan stroke yang paling banyak
dijumpai yaitu stroke non hemoragik disebut stroke non hemoragik karena tidak
ditemukanya perdarahan otak.
1 Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang interstitial
otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan mengganggu
vaskularisasi jaringan sekitarnya.Stroke hemoragik terjadi apabila susunan pembuluh
darah otak mengalami ruptur sehingga timbul perdarahan di dalam jaringan otak atau
di dalam ruang subarakhnoid.
5 Patofisiologi
Stroke iskemik terjadi akibat oklusi trombotik atau embolik pembuluh darah
otak.Trombosis biasanya mengenai a. Carotis interna, a. Cerebri media, atau a.
Basilaris. Embolus dari jantung, arcus aorta, atau a. Carotis biasanya menyumbat a.
Cerebri media karena pembuluh darah ini mengangkut lebih dari 80% alirah darah ke
hemisfer serebrum.1
Stroke iskemik melibatkan oklusi arteri-arteri kecil terjadi dilokasi tertentu,
tempat perfusi bergantung pada pembuluh-pembuluh kecil yang merupakan end-
artery.Sebagian besar terjadi akibat degenerasi pembuluh darah, yang secara patologis
disebut lipohialinosis yang disebabkan oleh hipertensi kronik dan mudah mengalami
oklusi.Oklusi pembuluh darah ini menyebabkan di daerah kecil otak yang dinamai
infark lakunar. Hal ini biasanya terjadi di putamen, caudatus, thalamus, pons dan
capsula interna.1
Beberapa penyakit vaskular, jantung, dan hematologis dapat juga menyebabkan
iskemia di otak.Yang tersering adalah aterosklerosis arteri besar dileher dan
otak.Aterosklerosis diperkirakan terjadi akibat jejas sel endotel vaskuler oleh
gangguan mekanis, biokimiawi, atau peradangan.Jejas endotel merangsang perlekatan
monosit dan limfosit darah yang bermigrasi kedalam dinding pembuluh darah dan
merangsang proliferasi sel otot polos dan fibroblas.Hal ini menyebabkan
terbentuknya plak fibrosa.Kerusakan sel endotel yang menyebabkan terbentuknya
nidus untuk agregasi dan pengaktifan trombosit.Trombosit yang aktif kemudian
mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mendorong proloferasi otot polos dan
fibroblas. Plak kemudian membesar dan akhirnya menyumbat pembuluh atau
mengalami ruptur atau melepaskan embolus.1
6 Gejala klinis
Arteri Gejala dan tanda
Cerebri anterior Paresis dan gangguan sensorik di tungkai dan kaki kontralateral
Basilaris (a. Cerebelli Nistagmus, vertigo, diplopia, juling, kelumpuhan otot mata,
inferior anterior, a. gangguan hemisensorik atau sensorik menyilang, disartria, hemi
Cerebelli superior) atau kuadriparesis, koma
7 Diagnosis
a Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan atau gejala defisit neurologik yang
mendadak tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
b Pemeriksaan Fisik
Gejala defisit neurologik yang sudah jelas mudah dikenali.Terutama
hemiparesis yang sudah jelas, setiap dokter pasti mengenalnya.Juga tanda-
tanda yang mengiringi hemiparesis mudah diingat. Adapun tanda-tanda
tersebut, yang dinamakan tanda-tanda gangguan upper motor neuron
(UMN):
Tonus otot pada sisi yang lumpuh meningkat
Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh
Refleks patologik positif pada sisi yang lumpuh
4 Refleks patologik
Pada sisi hemiparetik, dapat dijumpai refleks patologik.Refleks patologik yang
dapat dibangkitkan pada tangan ialah refleks Tromner-Hoffmann.Refleks Tromner-
Hoffmann yang positif tidak selalu menunjukkan adanya kelainan.Pada orang-orang
sehat pun dapat dijumpai refleks Tromner-Hoffmann yang positif.Refleks patologik
yang dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinski, Chadock, Oppenheim, Gordon,
Schaefer, Gonda. Bila refleks Babinski dan chadock sudah terbukti ada maka tidak
perlu untuk melakukan tindakan pemeriksaan untuk membangkitkan refleks patologik
lainnya. Refleks Babinski dan Chadock merupakan refleks yang dapat dipercaya
penuh.
Untuk mendapatkan diagnosis dan penentuan jenis patologi stroke, segera
ditegakkan dengan:
Skor Stroke: Algoritma Gajah Mada
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik
c Pemeriksaan Penunjang
a Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
scan tak jelas.
Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral
(PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
b Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi(EKG).1,4
8 Penatalaksanaan
1 Umum
Ditujukan terhadap fungsi vital:
Paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2 Khusus
Penderita stroke non hemoragik atau stroke iskemik biasanya diberikan:
a Anti agregasi platelet:
Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol, cilostazol
b Trombolitik:
Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator) (rt-PA)
Indikasi :
Terapi trombolitik pada stroke non hemoragik akut. Terapi harus
dilakukan selama 34,5 jam sejak onset terjadinya simptom dan
setelah dipastikan tidak mengalami stroke perdarahan dengan CT scan.
c Antikoagulan:
Heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
d Neuroprotektan.
3 Terapi komplikasi
a Antiedema : Larutan Manitol 20%
b Antibiotik, antidepresan, antikonvulsan : Atas indikasi
c Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
4 Penatalaksanaan faktor resiko
a Antihipertensi : Fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
b Antidiabetika : Fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
c Antidislipidemi : Atas indikasi.
5 Terapi non medikamentosa
a Operatif
b Phlebotomi
c Neurorestorasi (dalam fase akut) dan rehabilitasi medik
d Low Level Laser Therpahy (ekstravena/intravena)
e Edukasi (aktifitas sehari-hari, latihan pasca stroke, diet).2,4
9 Prognosis
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis
yang dihasilkan.Usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi
bersamaan juga mempengaruhi prognosis.2
BAB III
STATUS PASIEN MAHASISWA SMF ILMU NEUROLOGI RSUPM
I Anamnesa Pribadi
Nama : Mutia Farida
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Asahan no.8C, Belawan, Sumut
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk : 28 Februari 2017
No. RM : 01.02.31.57
II Anamnesa Penyakit
KeluhanUtama :Kelemahan tungkai atas dan bawah bagian kiri.
Telaah :Hal ini dialami os sejak 1 bulan ini secara tiba-tiba.
Pertama OS merasa kaki kiri nya susah digerakan dan
diikuti dengan tangan kiri. Riwayat jatuh di sangkal.
Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi
Riwayat Pemakaian Obat : Amlodipin
IV Anamnesa Keluarga
Faktor Herediter :Tidakdijumpai
Faktor Familial :Tidakdijumpai
VAnamnesa Sosial
Kelahiran dan Pertumbuhan : Tidak jelas
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Perkawinan : Menikah
VI PemeriksaanJasmani
PemeriksaanUmum
KeadaanUmum
Kesadaran :Compos Mentis (GCS: 15)
GCS : E4 V5 M6
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Frekuensi Nadi : 86 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
KepaladanLeher
Bentuk dan posisi : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
Kelainan panca indera : Tidak dijumpai
Rongga dan mulut : Dalam batas normal
VII PemeriksaanNeurologis
a Sensorium : Compos Mentis
b Cranium
Bentuk : Bulat, simetris
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c Rangsangan Meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Tanda Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Tanda Brudzinsky II: Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai
d Peningkatan Tekanan Intracranial
Muntah : Tidak dijumpai
SakitKepala : Tidak dijumpai
Kejang : Tidak dijumpai
e Saraf-Saraf Otak
a Nervus I (Olfactorius)
Normosmia
b Nervus II (Opticus)
OD OS
Visus Tidak dilakukan pemeriksaan
Melihat Warna Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Cahaya Dijumpai Dijumpai
c Nervus III (Oculomotorius)
OD OS
Gerakanbola matake:
Medial (+) (+)
Atas dalam dan luar (+) (+)
Bawah luar (+) (+)
d Nervus IV (Trochlearis)
Gerakan Bola
OD OS
Mata
Kearahbawah (+) (+)
Kearahmedial (+) (+)
e Nervus V (Trigeminus)
a Motorik
1 Membuka dan menutup mata : Dalam batas
normal
2 Palpasiotot masseter dan temporalis : Dalam batas normal
3 Kekuatan gigitan : Dalam batas normal
4 Menggerakkan rahang : Dalam batas normal
b Sensorik
1 Kulit : Dalam batas normal
2 Selaputlendir : Dalam batas normal
3 Reflekskornea : Positif
4 Refleksmasseter : Dalam batas normal
f Nervus VI (Abducens)
OD OS
Pergerakan bola mata
(+) (+)
kearah lateral
b Sensorik
1 Pengecapan 2/3 lidahdepan : Tidak dilakukan
2 Produksikelenjarludah : Positif
b Vestibularis
1 Nistagmus : Tidak dilakukan pemeriksaan
2 Reaksikalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
3 Vertigo : Tidak dilakukan pemeriksaan
4 Tinitus : Tidak dilakukan pemeriksaan
i Nervus IX (Glosofaringeus)
Palatum mole : Simetris
Uvula : Berada ditengah
Disartria : Tidak dijumpai
Pengecapan1/3 belakanglidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
j Nervus X (Vagus)
Disfagia : Tidak dijumpai
Refleksmuntah : Sulit dinilai
k Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Mengangkatbahu Dalam batas normal
Menolehkankepala Dalam batas normal
KekuatanOtot
Ekstremitas superior Kiri Kanan
Fleksi 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstensi 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstremitas Inferior
Fleksi 2/2/2/2/2 5/5/5/5/5
Ekstensi 2/2/2/2/2 5/5/5/5/5
Sikap
Duduk : Harus dengan bantuan
Berdiri : Harus dengan bantuan
Berbaring : Baik
IX Sistem Sensibilitas
TesSensibilitas Kanan Kiri
Eksteroseptik
Nyeri
Tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu
Raba
Propioseptik
Gerak
Posisi Tidak dilakukan pemeriksaan
Getaran
Tekanan
X Refleks
a RefleksFisiologis
Kanan kiri
Biceps (+) (-)
Triceps (+) (-)
KPR (+) (-)
APR (+) (-)
b Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinsky (-) (-)
Chaddok (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
HofmanTromner (-) (-)
KlonusLutut (-) (-)
c Koordinasi
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bicara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
d Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensidan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
e Vertebrae
Bentuk : Dalam batas normal
Pergerakan leher : Dalam batas normal
Pergerakan pinggang : Sulit dinilai
g Gejala-Gejala Serebellar
Ataksia : Tidak dijumpai
Disartria : Tidak dijumpai
Tremor : Tidak dijumpai
Nistagmus : Tidak dijumpai
Fenomena Rebound : Tidak dijumpai
Vertigo : Tidak dijumpai
h Gejala Ekstrapiramidal
Tremor : Tidak dijumpai
Rigiditas : Tidak dijumpai
Bradikinesia : Tidak dijumpai
i Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif : Compos mentis
Ingatan Baru : Baik
Ingatan Lama : Baik
Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Situasi : Baik
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Dayapertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
ReaksiEmosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia : Tidak dilakukan pemeriksaan
j Kesimpulan Pemeriksaan
Telah dating seorang pasien laki-laki bernama Pargaulan Sianturi,umur 62
tahunke RSUPM pada tanggal 14 Februari 2017 dengan keluhan kelemahan
kedua anggota gerak atas dan bawah. Hal ini sudah dialami os kurang lebih 1
bulan ini. Riwayat trauma pada kepala tidak dijumpai, riwayat hipertensi
dijumpai, riwayat DM tidak dijumpai, riwayat hiperkolestrolemia tidak jelas,
riwayat herediter dan familial tidak dijumpai.
b Pemeriksaan Neurologi
Nervus I : Normosmia
Nervus II : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Nervus III : Dapat menggerakkan bola matake superior daninferior
Nervus IV : Dapat menggerakkan bola matake medial
Nervus V : Dapat merasakan nyeri pada dahi dan pipi
Nervus VI : Dapat menggerakkan bola mata kearah medial
Nervus VII : Dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi
Nervus VIII : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX : Disartria (-)
Nervus X : Disfagia (-)
Nervus XI : Dapat mengangkat bahu dan menoleh kan leher
Nervus XII : Lidah deviasi (-)
c KekuatanOtot
Ekstremitas superior Kiri Kanan
Fleksi 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstensi 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstremitas Inferior
Fleksi 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
Ekstensi 1/1/1/1/1 5/5/5/5/5
d Refleks
Kanan Kiri
RefleksFisiologis
k SIRIRAJ SCORE
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100) (3 x 0) 12 = -2
l DIAGNOSA BANDING
1 Stroke Non-Hemorrhagic
Dd Hemorrhagic
m DIAGNOSA KERJA
Stroke Non-Hemorrhagic
n TERAPI
- IVFD NaCL 0,9% 20 gtt/menit
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Citicolin 500 mg/8 jam
- Amlodipin 10 mg 1x1
1 DarahRutin
Parameter 28-02-2017
WBC 12,41
x103/uL
RBC 4,74 x 106/uL
HGB 10,7 g/dl
HCT 34,4%
MCV 72,6 fl
MCH 22,6 pg
MCHC 31,1 g/dl
PLT 397.000/uL
NEUT 8,62 x103/uL
LYMPH 2,74 x103/uL
EOSINOFIL 2,8 x 103/uL
3 Elektrolit
Parameter 28-02-2017
Natrium 115 mmol/L
Kalium 3,80 mmol/L
Chlorida 98,00 mmol/L
4 Kadar Glukosa
Parameter 28-02-2017
Glukosa ad random 101,00mg/dl
b PemeriksaanPenunjang
1 Head CT-Scan (02 Maret 2017)
Tampak lesi multiple hypodense abnormal do temporal kanan.
Pons, Thalamus dan basal ganglia.
Cortical sulci, gyri tampak normal.
System ventricle dan cysterna normal.
Orbita, mastoid, sinus Frontal, Ethmoidalis, Sphenoid, Maxilaris
kanan dan kiri baik.
Tidak dijumpai deviasi mid line struktur
p PROGNOSA
Dubia ad bonam
q FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P
28-02-2017 Kelemahan anggota Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
TD : 150/100mmHg dd hemorhagic
gerak atas dan 20 gtt/menit
HR : 86 x/i
bawah bagian kiri RR : 20 x/i Inj. Ranitidine 1
T : 36,8oC
amp/12 jam
Citicolin 500 mg/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
01-03-2017 Kelemahan anggota Sens: CM Stroke non hemorhagic
IVFD NaCL 0,9%
TD : 150/80mmHg dd hemorhagic
gerak atas dan
HR : 84 x/i 20 gtt/menit
bawah bagian kiri RR : 20 x/i
Inj. Ranitidine 1
T : 36,7oC
amp/12 jam
Citicolin 500 mg/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
R/ Head CT-Scan
02-03-2017 Kelemahan anggota Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
TD : 150/100mmHg dd hemorhagic
gerak atas dan 20 gtt/menit
HR : 86 x/i
bawah bagian kiri RR : 20 x/i Inj. Ranitidine 1
T : 36,8oC
amp/12 jam
Citicolin 500 mg/8
jam
Piracetam 3 gr/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
03-02-2017 Kelemahan anggota Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
TD : 140/90mmHg
gerak atas dan 20 gtt/menit
HR : 82 x/i
bawah bagian kiri RR : 23 x/i Inj. Ranitidine 1
T : 36,7oC
amp/12 jam
Citicolin 500 2x1
Piracetam 3 gr/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
Hasil CT Scan =
Multiple Infark
Temporal kanan
04-03-2017 Kelemahan anggota Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
TD : 140/90mmHg
gerak atas dan 20 gtt/menit
HR : 88 x/i
bawah bagian kiri RR : 19 x/i Inj. Ranitidine 1
T : 36,6oC
amp/12 jam
Citicolin 500 2x1
Piracetam 1200
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
R/
Konsul rehabilitasi
05-03-2017 Kekuatan otot kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
TD : 140/80mmHg
anggota gerak atas 20 gtt/menit
HR : 83 x/i
dan bawah bagian RR : 20 x/i Inj. Ranitidine 1
T : 36,7oC
kiri mulai membaik amp/12 jam
Citicolin 500 2x1
Piracetam 1200
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
R/ PBJ
BAB IV
PENUTUP
1 Kesimpulan
Stroke Non Hemoragik dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun
thrombus pembuluh darah otak.Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau
bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses
edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Terapi medikamentosa pada stroke
non hemoragik diantaranya anti agregasi platelet, trombolitik, antikoagulan, dan
neuroprotektan.Selain itu, pengendalian faktor-faktor resiko secara optimal harus
dijalankan.
DAFTAR RUJUKAN