PENDAHULUAN
1
kematian maternal menurun menjadi 307 kematian per
100 000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 dan 228
kematian per 100 000 kelahiran hidup pada SDKI 2007.
Namun, angka ini meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359
kematian per 100 000 kelahiran hidup ( SDKI 2012 hal
221).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
2
III Di Ruang IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang Tanggal 16
Februari 2017 melalui pendekatan pola pikir
manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif
dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
3
P2A0H2 Parturien Kala IV Dengan Laserasi Jalan
Lahir Derajat III Di Ruang IGD RSUP Dr.M.Djamil
Padang Tanggal 16 Februari 2017.
f. Mahasiswa mampu melaksanakn asuhan yang
telah direncanakan baik secara mandiri, kolaborasi
ataupun rujukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Ny R P2A0H2 Parturien Kala IV Dengan
Laserasi Jalan Lahir Derajat III Di Ruang IGD RSUP
Dr.M.Djamil Padang Tanggal 16 Februari 2017.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan
yang telah dilakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Ny R P2A0H2 Parturien Kala IV Dengan
Laserasi Jalan Lahir Derajat III Di Ruang IGD RSUP
Dr.M.Djamil Padang Tanggal 16 Februari 2017.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan
manajemen asuhan yang telah dilaksanakan
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny R
P2A0H2 Parturien Kala IV Dengan Laserasi Jalan
Lahir Derajat III Di Ruang IGD RSUP Dr.M.Djamil
Padang Tanggal 16 Februari 2017.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
spekulum juga perlu dilakukan setelah
persalinan(sarwono,2010 hal 526).
b. Laserasi perineum
c. laserasi serviks
2.1.3 Etiologi
6
Menurut saifudin,dkk (2000 hal 170)
beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya laserasi perineum sebagai berikut :
Faktor ibu :
1) Partus presipatus ( persalinan cepat <3 jam)
2) Mengejan terlalu kuat
3) Jaringan parut pada perineum dan oedema
4) Kesempitan pintu bawah panggul
5) Primipara
6) Perineum kaku
Faktor janin :
1) Janin besar
2) Presentasi defleksi
3) Letak sungsang
4) Kepala janin besar (hidrosefalus)
7) Kepala janin terlalu cepat lahir
Faktor penolong persalinan
1) Cara memimpin mengejan dan dorongan
pada fundus uteri
2) Keterampilan menahan perineum pada saat
ekspulsi kepala
3) Anjuran posisi meneran
4) Perluasan jalan lahir ( episiotomi)
5) Ekstraksi vakum
2.1.4 Tingkatan Laserasi Perineum
Laserasi perineum terjadi pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya (wikjosastro
dkk 2006 hal 665 ).
Laserasi perineum di bagi kedalam 4
tingkatan yaitu :
1) Derajat I : laserasi pada kulit
perineum dan mukosa vagina
2) Derajat II : laserasi pada mukosa
vagina dan perinea transversalis, dan
mengenai otot perineum
3) Derajat III : laserasi mengenai
perineum sampai otot sfngter ani
7
4) Derajat IV : laserasi mengenai
perineum sampai bagian otot sfngter
ani dan mukosa rectum
a. pucat
b. lemah
2.1.6 Pencegahan
8
Laserasi spontan pada perineum dapat
terjadi ketika bayi dilahirkan, terutama pada
saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian
laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan
terlalu cepat dan tidak terkendali. Kelahiran
kepala yang terkendali dan perlahan memberi
waktu kepada perineum untuk melakukan
penyesuaian dan akan mengurangi
kemungkinan terjadinya robekan
(djuwitaningsih dkk, 2011 hal 642 ).
Laserasi ini juga dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai
dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir
jangan ditahan terlalu kuat dan lama, karena
akan menyebabkan asfksia dan pedarahan
dalam tengkorak dan melemah kan otot-otot
dan fasia pada dasar panggul karena
diregangkan terlalu lama (wikjosastro dkk 2006
hal 665 )
2.1.7 Penatalaksanaan
Tindakan yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut (sarwono 2009 hal 181 ):
1) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifkasi
lokasi laserasi dan sumber perdarahan
2) Lakukan irigasi pada tempat luka dan
bubuhi larutan antiseptik
3) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan
kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap
4) Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian
yang paling distal terhadap operator
5) Khusus pada laserasi perineum komplit
( hingga anus atau sebagian rektum)
9
dilakukan penjahitan lapis demi lapis
dengan bantuan busi pada rektum,sebagai
berikut:
a. Setelah prosedur aseptik dan antiseptik ,
pasang busi rektum hingga ujung
robekan
b. Mulai penjahitan dari ujung laserasi
dengan jahitan dan simpul submukosa
dengan benang kromik no. 2/0
(dexon/vicryl) hingga ke sfngter ani.jepit
kedua sfngter ani dengan klem dan jahit
dengan benang 2/0
c. Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot
perineum dan submukosa dengan
benang yang sama (atau kromik 2/0)
secara jelujur
d. Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit
secara submukosal dan subkutikuler
10
darah sambil menilai luasnya
luka.periksa jauh kedalam untuk
memastikan tidak terjadi laserai derajat
III dan IV.
6) Anestesi daerah robekan dengan
menyuntikan 10 ml lidocaine 1% pada
Ujung robekan dan dorong jarum masuk
sepanjang luka, aspirasikan dan
kemudian masukan lidocaine kearah
bawah diantara mjkosa dan kulit
perineum,tunggu 2 menit agar anestesi
efektif
7) Jahit mukosa vagina secara jelujur
dengan catgut kromik 2/0 mulai dari
sekitar 1 cm diatas puncak luka di dalam
vagina sampai batas vagina
8) Lanjutkan jahitan pada daerah otot
perineum sampai ujung luka pada
perineum secara jelujur denganbenang
yang sama
9) Lihat kedalam luka untuk megetahui
letak otot nya,kemudian jahit agar tidak
ada rongga diantara otot-otot
tersebut.buat jahitan pertama 1 cm
diatas ujung laserasi di bagian bawah
vagina.
10) Tutup mukosa vagina dengan
jahitan jelujur, jahit kebawah ke arah
cincin hymen teruskan ke arah bawah
tapi tetap pada luka ,menggunakan
jahitan jelujur ,hingga mecapai bagian
bawah laserasi, pastikan bahwa jarak
setiap jahitan sama dan otot yang terluka
11
telah dijahit.jika laserasi meluas ke otot
mungkin perlu melakukan satu atau dua
lapis jahitan terputus putus untuk
menghentikan perdarahan dan atau
mendekatkan jaringan tubuh secara
efektif.
11) Setelah mencapai ujung laserasi ,
arahkan jarum ke atas dan teruskan
penjahitan , menggunakan jahitan jelujur
untuk menutup lapisan subkuticuler .
12) Ikat benang dengan simpul didalam
vagina. Potong ujung benang dan sisakan
sekitar 1,5 cm. jika ujung benag dipotong
terlalu pendek , simpul akan longgar dan
laserasi akan membuka.
13) Ulangi pemeriksaan vagina dengan
lembut untuk memastikan tidak ada kasa
atau peralatan yang tertinggal didalam
14) Masukkan jari paling kecil ke anus ,
untuk memastikan apakah ada jahitan
pada rektum
15) Bersihkan daerah genitalia ibu
dengan air DTT ,kemudian keringkan .
bantu ibu mencari posisi yang nyaman
16) Nasehati ibu untuk jangan
melakukan hal-hal berikut :
a. Menjaga perineum agar tetap bersih
dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obat
tradisional perineum
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan
air bersih yang mengalir tiga sampai 4
kali /hari.
Kembali dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu
12
harus kembali lebih awal jika ia
mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang berbau
busuk dari daerah lukanya atau jika
daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
2.1.8 Faktor Resiko
Universitas sumatera barat (USU) tahun 2013
menjelaskan beberapa hal yang menjadi faktor
terjadinya robekan perineum:
1) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang
dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup
maupun mati.Paritas mempunyai
pengaruh terhadap kejadian robekan
perineum.pada ibu dengan paritas satu
atau ibu primipara memiliki resiko lebih
besar untuk mengalami laserasi
perineum dari pada ibu dengan paritas
lebih dari satu.Hal ini dikarenakan jalan
lahir yang belum pernah dilalui kepala
bayi sehingga otot-otot perineum belum
meregang.
2) Jarak kelahiran
Jarak kelahiran adalah rentang waktu
antara kelahrian anak sekarang dengan
kelahiran anak sebelumnya. Jarak
kelahiran kurang dari dua tahun
tergolong resiko tinggi karena dapat
menimbulkan komplikasi pada persalinan
dibandingkan jarak kelahiran lebih dari 2-
3 tahun.begitupun dengan keadaan jalan
lahir mungkin pada persalinan dahulu
mengalami laserasi perineum ,sehingga
pemulihan belum sempurna.
13
3) Berat bayi lahir
Berat badan lahir dapat menyebabkan
terjadinya ruptur yaitu bayi lahir dengan
berat badan >3500 gram, karena resiko
trauma partus melalui vagina seperti
distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu
14