Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Price,
2006)
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat
2005).
Fraktur Radius adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan
normal dan patologis, pada anak-anak tulang lebih lentur karena proses
kalsipikasi, sebaliknya pada orang dewasa terutama pada wanita menopause
tulang lebih lemah karena proses penuaan.( E. Oswari 2000)
B. ETIOLOGI
Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010), penyebab fraktur dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur patologik

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 1


Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit
nyeri.
3) Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas di kemiliteran (Jitowiyono dkk, 2010).
Menururt Armis (2000) Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam
fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh
dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut
usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba
menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan
bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada
anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius
distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham
Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis
pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah
fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi
berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien
biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 2


yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm
dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius
terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering
menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi
bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan subluksasi sendi
radioulnar distal. Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu
tetapi kadang-kadang siku atau tangan. Dua hal yang harus terus menerus diingat:
a. pada pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi
berkonsentrasi pada pengembalian gerakan
b. apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara terapinya, jari harus
mendapatkan latihan sejak awal. (Apley & Solomon, 1995)
Penyebab paling umum fraktur adalah :
a. Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
b. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti
osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.
C. KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer & Bare, 2002 terdapat beberapa jenis fraktur diantaranya
adalah :
1. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran (beregeser dari posisi normal).
2. Fraktur tidak komplet (incomplete) adalah patah hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.
3. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.
4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan
luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur
terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
1) Derajat I
Fraktur dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya dan kerusakan
kulit otot.
2) Derajat II
Fraktur dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif, memar kulit dan otot.
3) Derajat III

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 3


Fraktur yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, saraf, otot, dan kulit.
5. Jenis khusus fraktur
1) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi
lainya membengkok.
2) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang ( lebih tidak
stabil dibanding transversal).
4) Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang.
5) Komunitif: fraktur dengan menjadi beberapa fragmen.
6) Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
8) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit pager, mestastasis tulang, tumor).
9) Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada
perlekatanya.
10) Epifisieal: fraktur melalui epifisis.
11) Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainya.
12) Bergeser/tidak bergeser
Menurut Black dan Mattasarin dalam Musliha (2010), fraktur diklasifikasikan
berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
1. Tidak ada dislokasi
2. Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi :
1) Dislokasi at axim yaitu membentuk sudut
2) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
3) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
4) Dislokasi at lotuscum controtinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan
memendek.
Menurut Purnawan Junaidi, et al (dalam Yuda 2011) fraktur radius
terbagi:
1. Fraktur colles
Tanda-tanda:

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 4


a. Fraktur radisu 1/3 distal dengan jarak kurang lebih 2, 5 cm dari
permukaaan radisu .
b. Dislokasi pragmen distalnya kearah poterior / dorsal.
c. Avulasi prosessus stiloideus ulna.
d. Subluksasi radioulnar distal.
Secara klinik bentuk permukaan tangan seperti garpu makan, mekanisme
terjadinya fraktur colles yakni penderita jatuh dalam tangan terbuka, tubuh
berserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbaka yang terviksir
ditanah berputar keluar (eksorotasi / supinasi), biasanya pada orang tua fraktur
sering bersifat kominitif.
Reposisi mudah , yang sulit mempertahankan kedudukan yang telah
tereposisi, imobilisasi dengan gifs di atas siku, siku flexi 90 derajat, lengan
bawah prorasi maximal , pergelangan tangan dalam kedudukan devinasi ulnar
dan semi flexi. Mutlak dilakukan pengecekan terhadap kedudukan karena
mudah terjadi redislokasi oleh tarikan otot-otot.
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya Trauma yang
menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan trauma
langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh
pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur
sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 5


dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu. Benturan mengena di
sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. Tulang
mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk
ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal. Garis fraktur berada kira-kira 3 cm
proksimal prosesus styloideus radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal,
overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan seperti
garpu terbalik (Armis, 2000)
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
2. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
3. Spasme otot.
4. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.
5. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
6. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh
fragmen tulang.
7. Krepitasi jika digerakkan.
8. Perdarahan.
9. Hematoma.
10. Syok
11. Keterbatasan mobilisasi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Jitowiyono, 2010 ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat
diberikan diantaranya adalah :
1. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Skan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 6


4. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada
sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel, atau cidera hati
G. KOMPLIKASI
Menurut Suratun (2008) Komplikasi fraktur adalah :
1. Komplikasi awal
1). Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema
2). Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam
3). Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan
4). Infeksi dan tromboemboli
5). Koagulopati intravaskular diseminata
2. Komplikasi lanjutan
1). Mal-union/ non union
2). Nekrosis avaskular tulang
3). Reaksi terhadap alat fiksasi interna
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat
menangani fraktur :
a. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat
dilakukan misalnya pemasangan bidai.
b. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Cara penanganan secara
reduksi : Pemasangan gips Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang
yang fraktur. Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan
posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang
dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah
1-12 bulan dengan pembedahan.

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 7


c. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d. Rehabilitas
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
e. Perlu dilakukan mobilisasi Kemandirian bertahap.
2. Keperawatan
Tindakan yang harus diperhatikan agar ektremitas dapat berfungsi sebaik-
baiknya maka penanganan pada trauma ektremitas meliputi 4 hal (4 R) yaitu :
a. Recognition
Untuk dapat bertindak dengan baik, maka pada trauma ektremitas
perlu diketahui kelainan yang terjadi akibat cedernya. Baik jaringan lunak
maupun tulangnya dengan cara mengenali tanda-tanda dan gangguan
fungsi jaringan yang mengalami cedera. Fraktur merupakan akibat dari
sebuah kekerasan yang dapat menimbulkan kerusakan pada tulang
ataupun jaringan lunak sekitarnya. Dibedakan antara trauma tumpul dan
tajam. Pada umumnya trauma tumpul akan memberikan kememaran yang
diffuse pada jaringan lunak termasuk gangguan neurovaskuler yang
akan menentukan ektremitas.
b. Reduction
Tindakan mengembalikan ke posisi semula, tindakan ini diperlukan
agar sebaik mungkin kembali ke bentuk semula agar dapat berfungsi
kembali sebaik mungkin . Penyembuhan memerlukan waktu dan untuk
mempertahankan hasil reposisi (retaining) penting dipikirkan tindakan
berikutnya agar rehabilitasi dapat memberikan hasil sebaik mungkin.
c. Retaining
Tindakan imobilisasi untuk memberi istirahat pada anggota gerak yang
sehat mendapatkan kesembuhan. Imobilisasi yang tidak adequat dapat
memberikan dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabillitasi
Mengembalikan kemampuan dari anggota/alat yang sakit/cedera agar
dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi ialah suatu

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 8


tindakan setelah kuratif dan hanya mengatasi kendala akibat sequaele atau
kecacatan; padahal untuk mengembalikan fungsi sebaiknya rehabilitasi,
yang menekankan pada fungsi, akan lebih berhasil bila dapat dilaksanakan
secara dini, mencegah timbulnya kecacatan.
Dislokasi sendi perlu dilakukan reposisi segera karena akibat dari
penundaan akan dapat menimbulkan keadaan avaskuler nekrosis dari bonggol
tulang yang menyebabkan nyeri pada persendian serta kekakuan sendi. Dalam
fase shock lokal (antara 5-20 menit) dimana terjadi relaksasi dari otot sekitar
sendi dan rasa baal (hypestesia) reposisi dapat dilakukan tanpa narkose, lewat
dari fase shock lokal diperlukan tindakan dengan pembiusan untuk
mendapatkan relaksasi waktu melakukan reposisi. Apabila tidak berhasil maka
perlu dipikirkan terjadi button hole ruptur dari kapsul (simpai) sendi yang
dapat mencekik sirkulasi perdarahan daerah bonggol sendi, hal ini
memerlukan tindakan reposisi terbuka. Untuk mendapatkan lingkup gerak
sendi yang baik, maka selama dilakukan imobilisasi diberikan latihan
isometrik kontraksi otot guna mencegahdisuse Athrophy.
I. PROGNOSIS
Prognosis dari kasus fraktur femur tergantung tipe dan tingkat keparahan
fraktur. Semakin kompleks fraktur yang terjadi, semakin jelek prognosisnya. Pada
umumnya terapi yang sesuai akan memberikan hasil yang baik pada pasien.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ Istirahat
Tanda: keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secarasekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri).
2. Sirkulasi

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 9


Tanda: hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).Takikardia (respons stres,
hipovolemia). Penurunan/ tidak ada nadi bagian distal yang cedera; pengisian
kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau
massa hematoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/ sensasi, spasme otot.
Kebas/ kesemutan (parestesis)
Tanda: deformitas lokal; angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas atau trauma lain).
4. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/ kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi): tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf.
Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi).
5. Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

6. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: lingkungan cedera
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata dirawat: femur 7,8 hari; panggul/
pelvis: 6,7 hari; lainnya4,4 hari bila memerlukan perawatan di rumah sakit.
Rencana pemulangan: memerlukan bantuan dengan transport, aktivitas
perawatan diri dan tugas pemeliharaan/ perawatan rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
3. Ketidakmampuan beraktivitas berhubungan dengan pemasangan gips atau
fiksasi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan pada otot lengan.

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 10


C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan Tujuan : Nyeri berkurang a. Kaji lokasi a. Mengetahui
dengan spasme otot, sampai hilang ditandai nyeri dan tindakan yang
kerusakan akibat dengan: Intensitas nyeri 2- intensitas dilakukan
fraktur. 3, Ekspresi wajah rileks, nyeri. selanjutnya.
b. Pertahankan b. Mengurangi
Tidak merintih
imobilisasi nyeri
KH:
c. Mengurangi
pada bagian
- Klien menyatajkan nyei
nyeri pada saat
yang sakitnya.
berkurang
c. Ajarkan nyeri timbul.
- Tampak rileks, mampu
d. Meminimalkan
teknik
berpartisipasi dalam
nyeri, mencegah
relaksasi.
aktivitas/tidur/istirahat
d. Beri posisi perpindahan
dengan tepat
yang tepat tulang.
e. Mengatasi nyeri.
secara berhati-

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 11


hati pada area
fraktur.
e. Kolaborasi
dalam
pemberian
terapi medik:
analgetik.

a. Pertahankan
a. Meminimalkan
immobilisasi
2. Resiko tinggi trauma Tujuan: resiko trauma tidak rangsang nyeri
pada tulang
berhubungan dengan terjadi akibat gesekan
radius
kerusakan mobilitas KH: klien mau akibat fragmen
b. Bila terpasang
fisik berpartisipasi terhadap tulang dengan
bebat, sokong
pencegahan trauma jaringan lunak di
fraktur dengan
sekitarnya
bantal atau
b. Mencegah
gulungan
perubahan posisi
selimut untuk
dengan tetap
mempertahank
mempertahankan
an posisi yang
kenyamanan dan
netral.
keamanan
c. Evaluasi
c. Menilai
tanda/gejala
perkembangan
perluasan
masalah klien
cedera
jaringan
(peradangan
dengan
lokal/sistemik,

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 12


seperti
peningkatan
nyeri edema).

a. Kaji a. Membantu dalam


kemampuan mengantisipasi dan
3. Ketidakmampuan Tujuan: perawatan diri klien dalam merenv\canakan
beraktivitas klien dapat teratasi beraktivitas pertemuan
berhubungan dengan KH: Klien dapat secara kebutuhan
pemasangan gips atau melakukan aktivitas secara mandiri. individual
b. Bantu dan b. Meningkatkan
fiksasi. bertahap sesuai
dorong kemandirian klien
kemampuan klien dan
perawatan diri dalam perawatan
sesuai program medik.
(kebersihan) diri sesuai kondisi
sesuai keadaan keterbatasan klien.
c. Meningkatkan
klien.
c. Libatkan latihan dan
keluarga dalam menolong
membantu mencegah
mengidentifika konstipasi.
si kebiasaan
BAB, anjurkan
minum dan
meningkatkan
aktivitas

a. Mengkaji

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 13


a. Kaji kemampuan pasien
kemampuan untuk melakukan
pasien untuk perawatan diri
4. Defisit perawatan diri Tujuan: Setelah dilakukan melakukan memudahkan
berhubungan dengan asuhan keperawatan perawatan diri. intervensi
b. Ganti pakaian
kelemahan selama 2 x 20 menit, selanjutnya.
yang kotor b. Mengganti pakaian
neuromuscular, Pasien dan keluarga
dengan yang melindungi pasien
menurunnya kekuatan
mampu merawat diri bersih. dari kuman dan
pada otot lengan.
sendiri c. Berikan pujian
meningkatkan rasa
pada pasien
nyaman.
tentang c. Memberikan pujian
kebersihannya. membuat pasien

d. Bimbing merasa tersanjung


dan lebih kooperatif
keluarga
dalam kebersihan.
pasien d. Membimbing
memandikan / keluarga dan pasien
menyeka agar keterampilan
dapat diterapkan
pasien

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 14


DAFTAR PUSTAKA
Armis, (2000). Trauma Sistem Muskuloskeletal. FK-UGM. Yogyakarta.
Black & Mattasarin dalam Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta, Salemba Medika
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporanpendahuluanfraktur.html#.
Jitowiyono S, (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Muha
Medika
Junaidi, Purnama, dkk dalam Yuda (2014). Kapitaselekta Kedokteran Edisi 2. Media
Asculapius. Jakarta.
Oswari, E. (2000). Bedah dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Brahm U. Pendit, Penerjemah. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002, Buku Ajar medical Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih
Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta.

Profesi NERS UIN Alauddin MakassarPage 15

Anda mungkin juga menyukai