A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Abu adalah:
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu
dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Penentuan abu
total digunakan untuk berbagai unttuk berbagai tujuan yaitu (1) untuk mementukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, misalnya pada proses penggilingan gandum diharapkan
dapat dipisahkan antara baguan endosperm dengan kulit atau katul dan lembaganya. (2)
untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan, penentuan kadar abu dapat digunakan
untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly atau
marmalade. (3) Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan
makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi
menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain (Sudarmadji dkk, 1989).
Kadar abu akan dipengaruhi oleh adanya kandungan mineral-mineral awal dalam bahan
baku. Kadar abu suatu bahan menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar
menjadi zat yang dapat menguap. Semakin besar kadar abu suatu bahan makanan,
menunjukkan semakin tinggi mineral yang terkandung oleh makanan tersebut (Pratama
dkk, 2014).
Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah
(wet digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat anorganik yang ada
dalam bahan. Mineral yang ada dalam bahan akan dianalisa serta sensitifitas cara yang
digunakan. Pengabuan kering membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa
bahan lebih banyak dari pada pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk
menganalisa kandungan Ca, P dan Fe, akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu
yang digunkan terlalu tinggi (Anton dalam Kartika, 2009).
Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.Mineral yang terdapat dalam
suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam
anorganik.Yang termasuk dalam garam organic misalnya garam-garam asam mallat,
oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat,
karbonat, khlorida, sulfat dan nitrat (Sudarmadji dkk, 1989).
Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganik tidak. Air
yang digunkana harus memenuhi syarat jika tidak memenuhi persyaratan maka dapat
meningkatkan kadar abu. Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa
mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550C.Untuk menentukan
kandungan mineral bahan makanan, bahan dihancurkan atau didestruksikan dulu(Anton
dalam Kartika, 2009).
Mineral adalah zat anorganik, terdapat disemua tubuh jaringan dan cairan dan kehadiran
mereka diperlukan untuk pemeliharaan proses fisikokima tertentu yang sangat penting
untuk kehidupan. Mineral biasanya diperlukan dalam jumlah kecil kurang dari 1-2500 mg.
Persyaratan mineral lainnya berbeda dengan spesies hewan, misalnya, manusia dan
vertebrata lainnya memerlukan kalsium yang besar untuk konstruksi dan pemeliharaan
tulang dan fungsi normal syaraf dan otot (Soetan dkk, 2010).
Zat besi merupakan salah satu zat mikronutrien yang sangat diperlukan oleh tubuh.Zat
besi dibuutuhkan oleh lebih dari 300 reaksi metabolism dalam. Beberapa keterlambatan
perkembangan yang terjadi dapat diperbaiki setelah pemberian zat besi, tetapi pada defisiensi zat
besi yang telah terjadi sejak usia lebih dini sering bersifat permanen (Prawitasari, 2012).
Fosfor merupakan elemen pembentuk tulang yang penting, pasokan fosfor yang cukup
untuk tulang diperlukan sepanjang hidup.Kalsium dan fosfor diperlukan untuk mineralisasi yang
tepat dari kerangka.Magnesium terlibat dalam tulang dan mineral homestatis dan penting dalam
pertumbahan Kristal tulang dan stabilisasi (Prentice, 2004).
Zink berperan sentral dalam sistem kekebalan tubuh, seseorang yang kekurangan zink
akanlebih rentan terserang berbagai mikroba patogen.Zink sangat penting untuk perkembangan
normal dan fungsi sel mediasi kekebalan yang tidak spesifik.Zink juga berfungsi sebgai
antioksidan dan dapat mensabilkan membran (Shankar, 1998).
Pengabuan kering adalah metode yang murah untuk beberapa analisis unsur dalam satu
sampel tanpa penambahan interferrentskimia. Secara khusus, pengabuan kering digunakan
untuk menganalisis sampel biologis tanpa mengguakan instrumentasi mahal. Pengabuan kering
ini umumnya merupaka teknik pretreatment valid yang digunakan sebagai patokan untuk
metode lain (Bragg dan Zi-Ling, 2011)
2. Tinjauan Alat dan Bahan
Pemijaran dan pengabuan dengan menggunakan muffle, yang bias mencapai suhu 1.000C.
Bila ingin diketahui beratnya, maka krus porselin yang dipakai harus dipijrajan terlebih dahulu
sebelum digunakan, didinginkan sampai kira-kira 100C, lalu didinginkan terlebih dahulu dalam
eksikator, akhirnya ditimbang. Bahan yang sudah kering disimpan di eksikator yang kedap udara,
dalamnya ditaruh zat yang dapat menyerap uap air sehingga pengaruh uap air selama
penyimpanan bisa diabaikan (Sudarmadji dkk, 1997).
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tak larut asam dilakukan dengan pengabuan ekstrak
dalam krus dalam tanur. Disini terjadi pemanasan bahan pada temperature dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral
dan anorganik. Tujuannya adalah untuk member gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Selain itu penetapan kadar
abu juga dimaksudkan untuk mengontrol jumlah pencemar benda-benda organik seperti, tanag,
pasir yang seringkali terikut dalam sediaan nabati (Azizah dan Nina, 2013).Komponen mineral
Mn saat pengabuan kering menguap pada suhu 550-600C (Friel dan Chau, 1986).
Penentuan kadar abu pada sampel dengan menggunakan timbangan kemudian dilakukan
perhitungan % kadar abu, timbangan yang digunakan di laboratorium terdiri dari bermacam-
macam jenis maupun merek, yang penting diketahui adalah kapasitas timbangan-timbangan yang
akan digunakan yaitu apakah timbangan kasar, sedang atau halus. Timbangan halus mempunyai
ketelitian sampai 0,1 mg bahkan 1g (1g= 0,001mg) (Sudarmadji dkk, 1997).
Penentuan kadar abu atau kadar air menggunakan neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
penimbangan kadar abu tentunya menggunakan alat-alat wadah yang harus bersih dan sudah
kering dalam oven bersuhu 110C kemudian didinginkan pada suhu kamar dalam eksikator
selama 15 menit demikian pula bila akan menimbang sesuatu yang panas harus didinginkan
terlebih dahalu dengan cara yang sama. Selama penimbangan dalam menaruh atau mengambil
wadah menggunakan alat seperti penjepit atau pinset untuk menaruh, sedangkan dalam
mengambil atau menaruh bahan dengan menggunakan sendok tanduk, spatula, atau pipet
(Sudarmadji dkk, 1997).
Makanan pendamping ASI (MPASI) harus segera diberikan bagi bayi diatas 6 bulan, dan
dipilih makanan yang banyak mengandung zat besi sehingga kebutuhan zat besi dapat tetap
tercukupi dengan optimal.Berikut kandungan zat besi pada produk MP-ASI usia 6 bulan ke atas
dipasaran:
Produk Takara Energy Zat %
n saji (g) per saji besi AKG
(kalori) (mg)
Cerelac beras merah 50 210 4 50
Cerelac beras putih 50 210 3,6 45
Cerelac tim ayam dan 50 200 3,6 45
sayur
Milna cah daging 50 210 3,6 45
kacang polong
Promina beras merah 40 160 4,4 55
SUN beras merah 40 160 4 50
SUN sari buah 40 160 4 50
*Berdasarkan teori Prawitasari
C. Metodologi
1. Alat
a. Cawan porselin
b. Eksikator
c. Timbangan analitik
d. Penjepit
e. Tanur
f. Sendok
g. Kompor listrik
h. Oven
2. Bahan
a. Cerelac
b. Ceremix
c. Energen
d. Milna
e. Oatmeal
f. Promina
g. Sun
E. Kesimpulan
Dari percobaan Acara II Abu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mineral yang terdapat pada ketujuh sampel adalah kasium, fosfor, besi, zink, iodium dan
magnesium
2. % abu (wb) terbesar pada sampel caremix shift 2 sebesar 3,608% dan % abu (wb) terkecil
pada sampel sun shift 2 sebesar 0,273%, sedangkan % abu (db) terbesar pada sampel ceremix
shift 2 sebesar 3,737% dan % abu terkecil pada sampel sun shift sebesar 0,282%.
DAFTAR PUSTAKA
Andarina, Dewi dan Sri Sumarni. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan
Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Blita Usia 13-36 Bulan. The Indonesian
Journal Of Public Health, Vol. 3, No. 3, Juli 2006: 19-20.
Ardhianditto, Decca., R. Baskara Katri A., Ir. Nur Her R P, dan Dian Rahmawati,
2013. Kajian Karakteristik Bubur Bayi Berbahan Dasar Tepung Millet Kuning
(Panicum sp) dan Tepung Beras Merah (Pryza nivara) dengan Flavor Alami
Pisang Ambon (Musa X Paradisiaca L) Sebagai Makanan Pendamping Asi (MP-
ASI). Jurnal Teknosains Pangan, Vol. 2, No. 1, Januari 2013. ISSN: 2302-0733.
Azizah, Barokati dan Nina Salamah. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik
dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 3, No. 1, 2013: 21-28.
Bragg, Stefanie. A dan Zi-Ling Xue. 2011. Optimization of Dry Ashing of Whole
Blood Samples for Trace Metal Analysis. American Journal of Analytical Chemistry,
2011, 1, 979-983.
Fitriani, Ni Luh dkk. 2012. Penentuan Kadar Kalium (K) dan Kalsium (Ca) dalam
Labu Siam (Sechium Edule) Serta Pengaruh Temperatur Tempat Tumbuhnya.
J. Akad Kim 1(4):174-175 ISSN 2302-6030.
Friel, James. K dan Chau D. Ngyuen. 1986. Dry- and Wet-Asing Techniques
Compared in Analyses for Zinc, Copper, Manganese, and Iron in Hair. Clinical
Chemistry, Vol. 32, No. 5, 1986.
Kartika, Eka Yulli. 2009. Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu Pada Biskuit. Jurnal
Kimia Analitik 2.
Pratama, Rusky Intan., Iis Rostini, dan Evi Liviawaty.2014. Karakteristik Biskuir
dengan Penambahan TepungTulang Ikan Jangilus (Istiophorus Sp). Jurnal
Akuatika, Vol. 5, No. 1, Maret 2014 (30-34) ISSN 0853-2532.
Prawitasari, Titis. 2012. Kandungan Zat Besi pada Produk Makanan Bayi Siap
Saji.Sari Pediatri, Vol. 14, No. 4, Desember 2012.
Prentice, A. 2004.Diet, Nutrion and The Prevention of Osteoporosis. Public Health
Nutrition 7(1A), 227, 234.
Sandjaja, Atmarita. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT
Kompas Medida Nusantara.
Shankar, Anuraj H dan Ananda S. 1998.Zinc and Immune Function: The Biological
Basis of Altered Resistance To Infection. Am J Clin Nutr 1998; 68 American Society for
Clinical Nutrition.
Soetan, K.O., C.O Olaiya, dan O.E Oyewole. 2010. The Importance of Mineral
Elements for Humans, Domestic Animals and Plant: A review. African Journal of
Food Science, Vol. 4(5) pp. 200-222, May 2010.
Sudarmadji, Slamet., Bambang Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian.Liberty Yogyakarta. Yogyakarta
Sudarmadji, Slamet., Bambang Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis untuk
Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty Yogyakarta.Yogyakarta.
Widhyari, Sus Derthi. 2012. Peran dan Dampak Defisiensi Zinc (Zn) terhadap
Sistem Tanggap Kebal. Wartazoa, Vol. 22, No. 3. Th. 2012.