Anda di halaman 1dari 11

STEP 2

1. Apa penyebab kesalahan yang terjadi pada skenario ?

2. Bagaimana penatalaksanaan kegagalan pada skenario ?

3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dapat dilakukan dokter gigi agar tidak terjadi kegagalan
?

STEP 3

1. Penyebab kegagalan pada skenario

a. Operator

Pada beberapa kasus, operator dapat melakukan kesalahan saat pemilihan abutment (gigi penyangga) bagi
gigi tiruan jembatan, misalnya sebaiknya gigi abutment masih baik (tidak dilakukan perawatan apa pun)
serta memenuhi hukum ante (luas periodonsium gigi pengganti minimal sama atau lebih dari luas gigi yang
hilang). Selain itu, pada kasus skenario tersebut, bisa saja terjadi kegagalan perawatan post endo pada gigi
25 yang digunakan sebagai abutment. Penyebab kesalahan operator lainnya adalah saat menentukan desain
yang kurang tepat, seperti pada kasus tersebut pasien memiliki OH buruk tetapi pontik yang digunakan
justru jenis pontik ridge lap dimana kelemahan dari pemilihan pontik tersebut adalah terdapat daerah yang
sukar dibersihkan. Preparasi gigi penyangga yang tidak rata dan tidak sesuai dengan kaedah preparasi akan
menyebabkan kebocoran yang berakibat terjadinya karies kemudian terjadilah resesi gingiva.

b. Pasien

Pasien tidak mampu menjaga kebersihan rongga mulutnya sehingga menyebabkan gigi tiruan menjadi
goyang.

c. Laboratorium

Petugas laboratorium bisa saja membuat hasil GTJ yang buruk karena tidak memiliki skill yang mumpuni
serta terkadang, tekhniker gigi membuat tepian servikal tidak baik sehingga menimbulkan kegagalan
perawatan.

2. Penatalaksanaan pada skenario adalah pencabutan pada gigi penyangga (gigi 25 dan 27). Pada gigi
25 terdapat daerah radiolusen maka gigi tersebut diindikasikan untuk diekstraksi karena granuloma yang
muncul merupakan salah satu ciri dari kegagalan perawatan endodontik. Pada gigi 27 dengan keadaan
fraktur akar, kehilangan tulang pendukung 2/3 panjang dari akar, resesi gingiva, serta ada kelainan jaringan
periodontal. Perawatan yang dilakukan ialah ekstraksi. hal ini dilakukan sebab gigi 27 sudah tidak
memenuhi syarat sebagai abutment. Jadi, setelah dilakukan ekstraksi rencana perawatan selanjutnya adalah
pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) untuk mengembalikan fungsi estetik, fonetik, dan
mastikasi pada pasien

3. Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras,
dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Perawatan pendahuluan meliputi:
a. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
b. Pencabutan.
c. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi
d. Kista dan tumor odontogenik
e. Bedah periodontal
f. Menghilangkan kalkulus
g. Menghilangkan pocket periodontal

h. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

i. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

j. Menghilangkan gangguan oklusal

k. Tindakan Konservasi

STEP 4

Kegagalan Perawatan Gigi


Tiruan Tetap

Pemeriksaan Klinis dan Analisis Kasus Tentang Diagnosa dan Rencana


Penunjang Kegagalan Perawatan

Penatalaksanaan Perawatan

STEP 5

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :

1. Penyebab kegagalan perawatan GTJ pada kasus tersebut

2. Bahan evaluasi pemeriksaan terdahulu yang akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
perawatan pada kasus tersebut
3. Perawatan pendahuluan yang akan dilakukan pada kasus tersebut

4. Pembuatan desain gigi tiruan pada kasus tersebut

5. Tahapan perawatan pada kasus tersebut

STEP 7

1. Penyebab Kegagalan

Biologis

A. Karies pada abutment (gigi penyangga)


Mungkin penderita tidak menyadarai adnya karies dibawah retainer. Pemeriksaan dilakukan pada semua
jembatan dengan mencari adanya lubang di retainer logam dan dilakukan sondasi untuk menemukan karies
yang sering terjadi. Juga sebagaimana biasa, perlu dilakukan sondasi disekeliling tepi perifer semua retainer.
Kadang kadang tambalan servical cukup dalam mengatasi masalah ini, terutamapada karies dpat terlihat,
tetapi biasanya jembatan memerlukan preparasi untuk jalan masuk
Karies pada abutment ini disebabkan karena :
a. Tepi retainer yang terlalu panjang
b. Tepi retainer terbuka
c. Kerusakan atau keausan pada retainer
d. Oral hygiene yang buruk
e. Kesalahan pemilihan retainer

B. Pulpa (Endodontik)
Perawatan endodontik mungkin diperlukan pada gigi yang sebelumnya vital sewaktu jembatan dibuat.
Sebaliknya, jika struktur gigi masih sehat, seringkali dimungkinkan untuk melakukan perawatan endodontik
dengan baik, melalui jalan masuk kavitas pada retainer jembatan (dan bahkan digunakan pasak penguat bila
diinginkan). Jika terjadi nekrosis pulpa karena karies, jembatan perlu dikeluarkan dnan dilakuakan
pembuangan semua jaringan karies.

C. Struktur pendukung (periodontik)


Sebaiknya hal ini ditelusuri dalam hubungannya dengan keadaan umum periodontal. Jika baik, berarti
jembatan menahan beban terlalu besar karena oklusi taumatis atau kekuatan yang tidak memadai pada
pemilihan gigi gigi abutment. Biasanya perlu mencari tamabahan gigi gigi abutment yang lebih sesuai
atau mempertimbangkan protesa lepasan.
D. Perasaan tidak nyaman (discomfort )
Perasaan tidak nyaman saat menggunakan GTJ dapat ditimbulkan karena adanya :
1. Kontak prematur oklusi yang tidak sesuai
2. Penimbunan sisa makanan di bagian retainer ataupun pontik (pada celah celah gigi atau
embrasur)
3. Tekanan yang terlalu berat atau tidak ada kontak
4. Penyemenan yang dilakukan pada GTJ yang kurang tepat dapat mengakibatkan tarikan atau
dorongan pada gigi penyangga.
5. shock termis maupun rasa sakitpada daerah servikal gigi

E. GTJ lepas dari gigi penyangga


GTJ yang terlepas dari penyangga dapat terjadi karena :
1. Torsi atau ungkitan
2. Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen yang kurang baik atau pengadukan yang kurang
sempurna)
3. Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi
4. Gigi penyangga goyah
5. Gigi penyangga mengalami karies
6. Kesalahan dalam pemilihan retainer
7. Restorasi tidak akurat

Mekanis

Kegagalan mekanis anatara lain dapat disebabkan karena fraktur konektor dan retainer yang longgar.

A. Fraktut konektor

Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti pertutan yang disolder dapat patah. Mobilitas tiap
bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut, tetapi perlu diperiksa juga gangguan oklusi dengan palpasi
jari (selagi oklusi), kertas artikulasi, atau malam indicator oklusal. Untuk memperbaiki hal ini, mungkin
jemabatan harus dibuat kembali

B. Retainer yang longgar


Jika salah satu retainer longgar pada abutment, kemungkina hal ini telah dirasakan penderita, atau
jika gigi abutment vital, mungkin penderita meras tidak enak, karena adanya kebocoran cairan. Jembatan
dpata digerakkan secara manual ke atasa dan ke bawah, dan terlihat saliva keluar masuk pada sambungan.
Maslah ini memerlukan pengeluaran jembatan dan analis kegagalan.

Estetis

A. Hilangnya facing (porcelen)


Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena :
1. Kurangnya retensi
2. Perubahan bentuk dari kerangka logam
3. Maloklusi
4. Pengolahan bahan pelapis yang salah dan keausan bahan
Hilangnya facing ini dapat diperbaiki dengan cara :
a. Retainer atau pontik. Apabila facing telah terkikis atau hilang, sebaiknya oklusi diperiksa dengan
cermat. Malam untuk mengganti bagian yang hilang dapat membantu memperlihatkan gangguan
oklusi yang terjadi. Komposit merupakan bahan utama untuk perbaikan tambahan dan tersedia
screw pin repair kit.
b. Hanya pontik. Kadang kadang rangka pontik yang ada dapat diasah menjadi bentuk bar yang
bebas dari gigi oklusi sekurang kurangnya 1 mm. Kemudian dibuat mahkota lapis porcelen
dengan kunci yang melewati mesial ke distal yang tepat masuk pada bar dan disemen dengan
semen fosfat.

2. Bahan Evaluasi

3. Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras,
dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Tujuan perawatan pendahuluan
selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang
menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya. Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima
gigitiruan ada 2 (dua) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.


b. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.
Perawatan pendahuluan meliputi:
a. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang memerlukan waktu penyembuhan
yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan. Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin
sempurna penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil.
b. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi diperiksa apakah cukup penting dan masih
dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup
kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan
dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut.

c. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau palatal tanpa
mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat
mencegah infeksi akut dan kronis.

d. Kista dan tumor odontogenik


Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita harus diyakinkan tentang keadaan
mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir patologis.

e. Penonjolan tulang

Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus disingkirkan. Misalnya torus palatinus
yang meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror palatal seal, torus
palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan akan menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan,
torus palatinus yang menyebabkan penumpukan debris.
f. Bedah periodontal
Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang sehat sebagai pendukung gigitiruan.
Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical. Misalnya gingivectomy,
reposisi flap.

Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung. Hal ini berguna untuk
mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang
baik untuk gigitiruan, antara lain:
a. Menghilangkan kalkulus

b. Menghilangkan pocket periodontal

c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

e. Menghilangkan gangguan oklusal

f. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada, antara
lain :

a. Penambalan

b. Pembuatan inlay, dsb

c. Kedudukan rest

Tindakan-tindakan ortodonti. Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan
perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.
4. Pembuatan Desain

5. Tahapan Perawatan

a. Klasifikasi pembongkaran crown dan bridge


Ada beberapa mekanisme untuk pembongkaran crown dan bridge, yang dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa grup untuk memudahkan dokter gigi memilih mekanisme yang tepat sesuai dengan situasi klinis
pasien yang bersangkutan. Sistem pembongkaran ini dapat dibagi menjadi 3 grup yaitu:

1. Conservative disassembly
Prosthesis yang tinggal tetap utuh. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gaya perkusi dan
traksi untuk membongkar semen sehingga prosthesis dapat dibuka dari gigi abutment. Alat-alat yang
dapat digunakan pada teknik ini adalah:

a. Richwill crown and bridge remover


Pembongkaran crown dan bridge yang menggunakan resin thermoplastic.
Resin dilunakkan didalam air panas kemudian diletakkan pada crown atau bridge yang akan
dibongkar secara interoklusal.
Setelah itu pasien diminta untuk menggigit resin tersebut hingga 2/3 bagian resin tertekan
Kemudian dinginkan resin dengan air, lalu lakukan gerakan membuka mulut yang tajam
sehingga membuat crown terlepas. Dalam melakukan metode ini perlu diperhatikan apakah gigi
antagonisnya gigi tiruan atau gigi asli, sehingga tidak menyebabkan restorasi di rahang yang
berlawanan ikut terlepas.

Gambar 1:
Richwill crown
and bridge
remover

b. U
l
t
r
asonics
Penggunaan energi ultasonik dapat membongkar crown dan bridge dengan menghancurkan semen.
Penggunaan energi ultrasonik ini biasanya berhasil dalam pembongkaran restorasi crown dan bridge

c. Pneumatic(KaVo)CORONAflex
Teknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan menggunakan brass wire yang diulirkan
melalui embrassure space pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan memberikan gaya
untuk mengangkat bridge.

Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard dental handpiece hoses via KaVos
MULTIflex coupler. Alat ini bekerja dengan memberikan kontrol low amplitude pada ujungnya
sepanjang sumbu axis dari gigi abutment. Loop diulirkan dibawah konektor dan ujung dari crown
remover diletakkan pada bar. Dampaknya dapat diaktifasi dengan memindahkan finger index dari
pipa udara pada handpiece.

Peralatan ini juga dilengkapi dengan clamps yang dapat dipasangkan pada crown menggunakan
autopolymerization resin, sehingga dapat melepaskan crown.
Gambar 2: Pneumatic(KaVo)CORONAflex

d. Sliding hammer
Prinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan ujung yang tepat untuk digunakan
pada margin crown dan kemudian tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat
melonggarkan restorasi . Variasi dari sliding hammer banyak tersedia dipasaran. Penguunaan sistem
ini terkadang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pasien dan penggunaannya terkadang tidak selalu
berhasil. Rusaknya margin porselen juga dapat terjadi karena penggunaan teknik ini.

Gambar 3: Sliding hammer

e. Crown tractors
Crown tractors mencengkram restorasi dengan menggunakan pegangan rubber yang di desain untuk
melepaskan restorasi tanpa merusaknya. Teknik ini efektif untuk membongkar crown sementara yang
disementasi dengan sementasi sementara, atau untuk crown yang sulit untuk dilepaskan pada saat
proses try in. Pegangan halus pada teknik ini dapat mengurangi risiko rusaknya margin porselen

f. Matrix bands
Penggunaan Siqveland matrix band pada crown, yang dipasangkan pada undercut dan kemudian
ditarik secara vertikal, dapat menjadi salah satu teknik yang berhasil untuk pembongkaran crown dan
bridge.

Gambar 4: Siqveland matrix band

2. Semi-conservative disassembly
Kerusakan minor pada prosthesis dapat terjadi tetapi masih ada kemungkinan untuk restorasi dapat
digunakan kembali. Teknik ini dialkukan membuat celah kecil pada prosthesis, sehingga memungkinkan gaya
untuk diaplikasikan diantara preparasi dan bridge untuk merusak luting semen.

Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa percobaan pembongkaran tanpa merusak restorasi tidak selalu
berhasil dan terkadang juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, oleh karena itu dapat
digunakan teknik semi-conservative, dengan merusak sebagian restorasi untuk membongkar crown dan
bridge. Keuntungan teknik ini adalah trauma yang dialami pasien lebih sedikit dibandingkan pada teknik
conservative.

Alat-alat yang digunakan untuk pembongkaran crown dan bridge secara semi-conservative adalah:

a. Wamkeys
Wamkeys merupakan simple-narrow shanked cam yang tersedia dalam 3 ukuran. Ukuran wamkeys yang
tepat dimasukkan pada bagian restorasi yang sudah di buatkan celah menggunakan bur, kemudian
masukkan wamkeys pada celah kecil tersebut. Berikan gaya naik-turun berlawanan dan searah jalur
insersi serta gerakan ke kanan dan kekiri hingga crown lepas dari gigi abutment. Restorasi tersebut dapat
di sementasi kembali dan celah tadi dapat ditambal dengan plastic filling material.

Gambar 5: WAMKey

b. Metalift system
Sistem ini menggunakan prinsip jack-screw.Protesa metal-ceramic dapat di bongkar menggunakan
sistem ini, walaupun harus dilakukan dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area dimana
terdapat celah yang dibuat pada..

A. Gigi abutment I1 mandibula longgar, sedangkan gigi abutment posteriornya, yakni premolar, telah
disementasi
B. Pembuatan akses ke coping logam dengan menembus porselen menggunakan diamond bur
C. Pada restorasi metal dibentuk lubang kecil pada setiap gigi abutment sebagai panduan
pengangkatan gigi tiruan tersebut
D. Lubang tersebut dibentuk menggunakan bur khusus
E. Lubang tersebut harus berpenetrasi ke bagian metal, biasanya ditandai dengan terlihatnya semen
F. Dengan instrumen Metalift yang diulirkan masuk ke gigi tiruan cekat tersebut, maka akan merusak
perlekatan semen
G. Sehingga GTJ tersebut dapat diangkat
H. Periksa kondisi gigi abutment. Jika kondisi gigi abutment baik, maka dapat dilakukan sementasi
ulang.

3. Destructive disassembly
Destructive disassembly berarti melakukan pemotongan pada crown menggunakan bur tungsten carbide
diamond . Tahapannya adalah sebagai berikut:
A. Gigi tiruan jembatan jenis cantilevered partial ini ingin digantikan dengan gigi tiruan jembatan yang baru
karena alasan estetis dan periodontal.
B. Restorasi tersebut dibelah dengan hati-hati hingga memotong bagian porselen, yaitu lebih mudah
dilakukan pada sisi fasial dan insisal
C. Pemotongan ini dilakukan hingga mencapai bagian metal hingga semen, sehingga ujung bur pemotong
diposisikan dekat margin gingiva
D. Bagian gingiva dilepaskan menggunakan suatu instrument
E. Seluruh bagian gigi tiruan dipotong hingga ke margin gingiva
F. Gunakan instrument seperti semen spattle untuk ditempatkan pada bagian yang telah terpotong dan
dirotasi untuk mendorong bagian gigi tiruan agar terlepas dari gigi abutment
G. Setelah terlepas, periksa gigi abutment lalu pertimbangkan apakah perlu dilakukan perbaikan terhadap gigi
abutment dan jaringan periodontal.
H. Protesa yang telah dipotong

Anda mungkin juga menyukai