Disusun Oleh
Novi Aristianti
34403515097
AKADEMI KEPERAWATAN
2017
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringanmengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita
dandroplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin
dan cairantenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentree utama
pada penularanpenyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain
melalui pertukaran udaradari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang
masuk secara hematogen(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal
dan memperbanyak dirididalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada
selaput otak dan otak.
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001). Askep Meningitis Meningitis adalah peradangan pada selaput
meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak
dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).
2. Etiologi
Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa 2.Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma
gondhii dan Ricketsia 3.Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita 4.Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi
maternal pada minggu terakhir kehamilan 5.Faktor imunologi : defisiensi
mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. 6.Kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan.
3. Epidemiologi
a. Orang/ Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya
meningitis.Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan dandistribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta
lebih sering terjadi padabayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
belum terbentuk sempurna.Puncak insidensi kasus meningitis karena
Haemophilus influenzae di Negaraberkembang adalah pada anak usia kurang
dari 6 bulan, sedangkan di AmerikaSerikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.
Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanyavaksin untuk Haemophilus
influenzae tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000kasus meningitis Hib
dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.9 Insidens Rate padausia < 5 tahun
sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah 10 tahun penggunaan vaksin,Insidens
Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda (2001-2002) Insidens
Ratemeningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.
b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-
ekonomirendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara
dan jemaah haji),dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi
pada negara yang sedangberkembang dibandingkan pada negara
maju.Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the
AfricanMeningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal
sampai ke Ethiopiameliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara
sporadis dengan InsidensRate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi
dengan KLB besar secara periodik.Di daerah Malawi, Afrika pada tahun
2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkanoleh Haemophilus influenzae
20-40 per 100.000 penduduk.
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana
kasuskasusinfeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika
utarainsidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan
musim semisedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim
kering.Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika
seringterjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agenpengantar virus. Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens
Rate meningitis virussebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar
kasus terjadi pada musimpanas.
d. Penyebab/faktor predisposisi
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing
danprotozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis
yangdisebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis
penyebab lainkarena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang
disebabkan oleh bakterimaupun produk bakteri lebih berat.
Infectious Agent meningitis purulentamempunyai kecenderungan pada
golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatuspaling banyak disebabkan
oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeriamonositogenes. Golongan umur
dibawah 5 tahun (balita) disebabkan olehH.influenzae, Meningococcus dan
Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahundisebabkan oleh Haemophilus
influenzae, Neisseria meningitidis dan StreptococcusPneumococcus, dan
pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh
Meningococcus,Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria.
Penyebab meningitisserosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman
Tuberculosis dan virus.Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai
prognosis yang lebih baik,cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.
Penyebab meningitis virus yang palingsering ditemukan yaitu Mumpsvirus,
Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkanHerpes simplex, Herpes zooster,
dan enterovirus jarang menjadi penyebabmeningitis aseptic(viral).
4. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organatau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen
sampai keselaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis,
Pneumonia,Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus
dapat pula secaraperkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada
di dekat selaput otak,misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis
sinus kavernosus danSinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat
trauma kepala dengan frakturterbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-
kuman ke dalam ruangsubaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan
araknoid, CSS (CairanSerebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalamihiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel
leukositpolimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk
eksudat. Dalambeberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan
dalam minggu kedua selselplasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua
lapisan, bagian luar mengandungleukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan
di lapisaan dalam terdapatmakrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks
dandapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuronneuron.Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-
purulenmenyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh
virus, cairanserebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.
Pathway Meningitis
Hiperterm
i
5. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadipada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosaditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai
cairan serebrospinalyang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah
kuman Tuberculosis danvirus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri
adalah meningitis yang bersifatakut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta
bukan disebabkan oleh bakterispesifik maupun virus. Meningitis
Meningococcus merupakan meningitis purulentayang paling sering terjadi.
6. Gejala Klinis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak,letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairanserebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih
sertarasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang
disebabkanoleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise,
kemudian diikutioleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke
susunan saraf pusat. Padameningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai
dengan keluhan sakit kepala,muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan
disertai dengan timbulnya ruammakopapular yang tidak gatal di daerah wajah,
leher, dada, badan, dan ekstremitas.Gejala yang tampak pada meningitis
Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler padapalatum, uvula, tonsil, dan lidah
dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakitkepala, muntah, demam, kaku
leher, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasandan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara
akut dengangejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,
nafsu makanberkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai
dengan fontanella yangmencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak
dengan penyebabHaemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae,
21 % olehStreptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak
dan dewasabiasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,
penyakit jugabersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat,
malaise, nyeri otot dannyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur,
keruh atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau
stadiumprodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti
gejala infeksibiasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering
tanpa demam,muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan
turun, mudahtersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan
kesadaran berupaapatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,
nyeri kepala,konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangatgelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu
dengangejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala
yang hebat dankadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-
tanda rangsanganmeningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku,
terdapat tanda-tandapeningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah
lebih hebat. Stadium IIIatau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampaikoma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
dunia dalam waktu tiga minggubila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Umumnya terjadi penurunan kesadaran, nadi 100-140 x/mnt, suhu 37-39C,
pernafasan 20-40 x/mnt teratur.
b. Kepala dan Leher
1) Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya
merata,ubun-ubun besar masih belum menutup, teraba lunak dan
cembung, tidaktegang. Lingkar kepala 36 cm.
2) Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak
terdapat subkunjungtival bleeding.
3) Telinga tidak ada serumen.
4) Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
5) Mulut bersih, tidak terdapat moniliasis.
6) Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.
c. Dada dan Thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak terdapat
retraksi ototbantu pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di
midclaviculasinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.
d. Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus, bising
usus+normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba. Kandung kemih teraba
kosong.
e. Ekstremitas
Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada kelainan
dalamsegi bentuk, uji kekuatan otot tidak dilakukan. Klien mampu
menggerakkanekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi. Ekstrimitas kanan
sering terjadispastik setiap 10 menit selama 1 menit.
f. Reflek
Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +
g. Tanda Rangsang Meningeal
1) Tanda rangsang meningeal kaku kuduk
Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor
tekuk. Bila hebat, terjadi opistotonus yaitu tekuk kaku dalam sikap
kepala tertengdah dan pungguang dalam sikap hiperekstensi.
(Mansjoer, Arif, 2000; 437-439)
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang singkirkan
penyangga kepala lakukan gerakan anterofleksi leher secara pasif
sampai dagu menyentuh dada. Bila terasa ada tekanan sehingga dagu
tidak bisa menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat berarti
kaku kuduk positif.
2) Tanda rangsang meningeal Brudzinski
Brudzinski sign, tanda leher
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang kemudian gerakan
antreofleksi leher secara pasif. Positif bila disusul secar reflektorik
oleh gerakan fleksi pada kedua tungkai sendi lutut dan panggul
3) Brudzinski sign, tanda tungkai kontralateral
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang salah satu tungkai
diangkat dalam sikap lutut lurus di sendi lutut, dan fleksi di sendi
panggul. Positif bila tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik
fleksi di sendi lutut dan panggul.
4) Brudzinski sign, tanda pipi
Cara pemeriksaan : dilakukan penekanan pada kedua pipi tepat
dibawah os zigomatikum. Positif bila disusul gerakan reflektorik
fleksi kedua sikudan gerakan reflektorik keatas sejenak kedua lengan.
5) Brudzinski sign, tanda simfisis pubis
Cara pemeriksaan : dilakukan penekana pada simfisis pubis. Positif
bila disusul gerakan reflektorik fleksi pada kedua tungkai di sendi
lutut dan panggul.
6) Tanda rangsang meningeal Kernig
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang satu tungkai
difleksikan pada sendi lutut dan panggul hingga 90 0, kemudian
ekstensikan tngkai bawah pada sendi lutut sampai membentuk sudut
> 1350 trehadap paha. Positif bila pada tungkai kontralateral timbul
gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel
dan proteincairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekananintrakranial.
1). Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, seldarah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
2). Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlahsel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur
(+) beberapajenis bakteri.
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
EndapDarah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
1). Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu,ada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan
LED.
2). Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
c. Pemeriksaan Radiologis
1) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkindilakukan CT Scan.
2) Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinusparanasal, gigi geligi) dan foto dada.
9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis meningitis bakteri tidak dapat dibuat berdasarkan gejala klinis.
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan serebrospinal
melalui lumbal pungsi. Tekanan cairan diukur dan cairannya diambil untuk
kultur, pewarnaan gram, hitung jenis, serta menetukan kadar glukosa dan
protein. Diagnostik kultur dan pewarnaan gram seringkali dibutuhkan untuk
menentukan kuman penyebab. Tekanan cairan serebrospinal biasanya
meningkat, tetapi interpretasinya seringkali sulit bila anak sedang menangis.
Umumnya dijumpai leukositosis dengan predominan leukosit PMN, tetapi
bisa sangat bervariasi. Warna cairan biasanya opalesen dan keruh, reaksi nonne
dan paddy biasanya akan positif. Kadar klorida biasanya menurun, kadar
glukosa akan berkurang sesuai lama dan beratnya infeksi. Hubungan antara
glukosa dalam cairan serebrospinal dengan glukosa dalam darah sangat penting
dalam mengevaluasi kadar glukosa dalam cairan serebrospinal, oleh karena itu
sampel glukosa darah diambil kira-kira 30 menit sebelum lumbal pungsi.
Konsentrasi protein biasanya meningkat.Kultur darah dilakukan pada anak-anak
yang dicurigai menderita meningitis. Biasanya dijumpai leukositosis yang
bergeser ke kiri dan anemia megaloblastik.
1. Dexamethason
Diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb./hari intravena atau
intramuscular. Dosis diturunkan pelan-pelan bila setelah
beberapa hari pasien menunjukkan perbaikan
2. Manitol
Dosis 1,5-2,0 mg/kg intravena dalam 30-60 menit dapat
diulang setiap 8-12 jam dengan menggunakan larutan 15-20 %
3. Gliserol
Dosis 0,5-2,0 gram/kg dengan sonde hidung, diencerkan 2 kali
dan dapat diulang setiap 6 jam.
4. Glukosa 20%
Glukosa 20% sebanyak 10ml intravena beberapa kali sehari,
dimasukkan ke dalam pipa
3) Pengobatan suportif
a. Pemberian cairan intravena (glukosa 10%), pemberian cairan ini
dimaksudkan untuk mempertahankan keseimbangan air-
elektrolit,mencukupi kalori dan pemberian obat-obatan
b. Pemberian vitamin
c. Pemberian O2 untuk mencegah kerusakan jaringan otak akibat
hipoksia
11. Komplikasi
Komplikasi dari Meningitis adalah sebagai berikut;
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Ganguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000).
j. Selain itu meningitis juga menimbulkan komplikasi berupa edema otak dan
perdarahan serebral (Erny, Darto Saharso, 2006).
12. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yangmenimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitisdan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anakdan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkancacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitispurulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami
sequelle (akibatsisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan sepertiketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan
mental, dan 5 10%penderita mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada
umumnyatinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian
meningitis TBCdipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita
mencari pengobatan.Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis
yanglebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral
memilikiprognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2
minggu dandengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien adalah :
a) Data diri
Merupakan identitas diri pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal
masuk rumah sakit dan dokumentasi pengkajian.
b) Keluhan utama
Merupakan dorongan penyebab klien masuk rumah sakit. Keluhan utama
pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan
kesadaran, demam dan kejang.
c) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh
ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi
lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem
kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga
mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak.
Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir
contohnya BBLR.
d) Pemeriksaan fisik.
Pada klien meningitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan padapemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi:
1). Keadaan umum penderita
Biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau
penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan
oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan
kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
2). Gangguan sistem pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan.
3). Gangguan sistem kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada
daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
4). Pengkajian tumbuh dan kembang
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Pengkajian pertumbuhan dan
perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal penanganan
dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format
DDST dan pengukuran antropometri.
Intervensi :
Cerebral Perfusion Promotion
1) Pantau tingkat kerusakan perfusi jaringan serebral, seperti status neurologi
dan adanya penurunan kesadaran.
Rasional: kegagalan perfusi jaringan serebral dapat mempengaruhi status
neurologi dan tingkat kesadaran klien.
2) Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan posisi kepala yang tepat (0,
15, atau 30 derajat) dan monitor respon klien terhadap posisi tersebut.
Rasional : posisi yang tepat dapat membantu memperlancar aliran darah ke
otidak sehingga nutrisi dan O2 ke otidak adekuat.
3) Monitor status respirasi (pola, ritme, dan kedalaman respirasi; PO 2, PCO2,
PH, dan level bikarbonat)
Rasional : status respirasi dapat menjadi indikator keadekuatan perfusi
oksigen ke otidak.
4) Monitor nilai lab untuk perubahan dalam oksigenasi
Rasional: oksigenasi yang tidak adekuat dapat menurunkan perfusi oksigen
ke otidak.
Oxygen Therapy
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas.
Rasional: mempertahankan kepatenan jalan napas bertujuan untuk
mencegah terputusnya aliran oksigen ke otidak sehingga mencegah
terjadinya hipoksia jaringan otidak.
2) Monitor aliran oksigen.
Rasional: untuk mempertahankan masukan oksigen adekuat sesuai dengan
kebutuhan.
Vital Signs Monitoring
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: memonitor tanda-tanda vital penting untuk mengetahui keadaan
umum dan status keefektifan perfusi jaringan.
2) Ukur tekanan darah setelah klien mendapatkan medikasi/terapi.
Rasional: pengukuran tekanan darah setelah mendapatkan terapi/medikasi
penting untuk mengetahui keefektifan terapi.
Seizure management
1) Monitor secara langsung mata dan kepala selama kejang
Rasional: pada stroke hemoragik pemantaun mata dan kepala penting apa
adanya perburukan kondisi pasien
2) Monitor status neurologik
Rasional: satus neurologik pasien membrikan gamabran seizure dan dapat
memberikan intervensi yang tepat
3) Monitor TTV
Rasional: perubahan TTV menunjukan adanya perbaikan atau perburukan
kondisi pasien
4) Dokumentasikan informasi tentang kejadian kejang
Rasional: pendokumentasian penting untuk memantau status perkembangan
neurologi pasien
5) Berikan antikonvulsan Phenytoin 3x100 mg/IV dan neuroprotektorCiticolin
3x250 mg/IV
Rasional: Phenytoin cenderung menstabilkan ambang kejang terhadap
kepekaan yang berlebihan yang disebabkan oleh rangsangan berlebihan atau
perubahan-perubahan lingkungan yang dapat mengurangi derajat membran
terhadap Natrium termasuk pengurangan potensiasi pasca tetanik pada
sinap. Citicolin juga memperbaiki fungsi kognitif dengan cara
meningkatkan kadar kolin.
Seizure Precaution
1) Hindarkan barang-barang yang berbahaya dari sekitar pasien
Rasional: arang-barang yang berbahaya bisa digunakan untuk mencederai
diri pasien
2) Jaga ikatan disamping tempat tidur
Rasional: memberikan keamanan bagi pasien dan tidak menimbulkan risio
jatuh
3) Pasang tiang pengaman
Rasional: memberikan pengaman sehingga pasien tidak cedera
4) Gunkan paddle pada sisi tempat tidur
Rasional: menghidari timbulnya cedera pada pasien
d. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Intervensi dan Rasional :
1) Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya
Rasional : Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang
sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2) Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.
Rasional : Melindungi pasien bila kejang terjadi
3) Pertahankan bedrest total selama fase akut
Rasional : Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan
ataksia
4) Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, Phenobarbital
Rasional : Untuk mencegah atau mengurangi kejang