Anda di halaman 1dari 5

Aditya Binowo

PSIK 2014

Itu Arah Gerak Seni

Seni sudah berakhir, kata Arthur Danto, Victor Burgin, Joseph


Kosuth, Hal Foster atau Adorno karena seni hanyalah sekedar desain,
siasat komunikasi pemasaran, ataupun strategi pembiusan demi
meraih berbagai keuntungan (keuntungan ekonomi, politik, sosial,
bahkan keagamaan). Sementara pada bentuk yang lebih serius yang
disebut Seni Kontemporer tidak lagi jelas bedanya mana karya yang
sungguh-sungguh seni dengan perilaku ganjil dari orang-orang yang
frustasi atau kehilangan identitas dan sakit jiwa, yang mencari
perhatian secara kekanakan. Seni masih ada pada adikarya-adikarya
zaman dahulu yang bercita rasa keindahan tinggi dan sublime.

Semua di atas merupakan pandangan pesimistis, kesan karikatural


yang naif dan terlampau sinis menunjukkan kedangkalan pemahaan,
kesempitan wawasan ataupun kebingungan.

Makna Pengalaman
Dunia tempat kita hidupi bukan merupakan dunia abstrak ala sains,
bukan dunia dogmatis ala agama, bukan pula dunia ideal-noratif ala
moralitas. Untuk memaknai pengalaman hidup kita secara real tidak
hanya membutuhkan pegangan normatif ideal (moralitas dan agama)
ataupun pegangan praktis untuk menyiasati kenyataan (sains), namun
yang paling terpenting adalah rekaman pengalaman kehidupan konkret
yang berasal dari perasaan ingatan, hastrat, dan gairah

Kita tinggal di dunia yang kompleks dan pelik, dalam dunia primer
yang disebut Husserlian, Fenomena Lebenswelt, yaitu dunia yang
langsung dialami. Misalnya, pemahaman air yang berganda (air suci
untuk wudhu, ludah kita mengandung air yang merupakan bagian dari
diri kita, dll). Pandangan sains bahwa air itu H 20 dan doktrin teologis
bahwa air perlambang pembersih dosa merupakan penkerdilan atau
pereduksian kompleksitas dan ambiguitas pengalaman real dari
fenomena Lebenswelt. Pengalaman mengenai air tidak bisa dijelaskan
(erklaren), melainkan dilukiskan untuk kemudian dipahami (verstehen)

Perbedaan Seni dengan Sains dan Teknologi


- Sains menyingkat realitas, Seni menyingkap kekayaan realitas.
Contohnya, ketika marmer masih merupakan bagian dari bukit-
bukit di Italia, orang tidak menyadari keindahan hakiki marmer
karena tersembunyi di bawah tanah. Namun, saat marmer
dijadikan patung David oleh Michaelangelo dan pilar basilika San
Aditya Binowo
PSIK 2014

Pietro oleh Bernini, terlihat keindahan hakiki (splendor) dari


marmer tersebut.
- Pendekatan sains dan iptek cenderung melihat realitas dari sisi
pola-pola abstrak. Seni melihat realitas yang nyata, kompleks,
ruit, tak terduga. Contoh, Sains hanya melihat manusia yang
memiliki gejala sama entah namanya beda-beda. Seni melihat
kehidupan masing-masing manusia tersebut dan dijadikan film.
Itulah mengapa dari film Romeo dan Juliet kita dapat memahami
lebih pelik konsep universal tentang cinta yang selain indah
dan menggebut, juga bisa menjadi sangat konyol.
- Sains menggunakan logika nalar, seni menggunakan logika
perasaan. Logika perasaan adalah permainan efek asosiasi
bentuk, dan metafora tentang esensi sesuatu. Permainan bentuk
dikelola seniman melalui citra pada lukisan, kata pada sastra,
gerak pada tarian, nada pada usik, alur pada cerita, dll. Yang
dimainkan sebenarnya adalah esensi-esensi atau makna hakiki
dibalik bentuk. Pada karya seni yang penting bukan what it
means tapi what it does, yakni dia melakukan apa pada kita,
kita merasakan efek apa darinya, barulah kita dapat menemui
maknanya
- Sains melihat realitas sebagai objek mati, sedangkan seni
melihat hidup. Semua benda dihidupkan oleh seni, seakan
bercerita. Contoh, kartun yang ada di televisi ataupun film
menggunakan berbagai benda sebagai karakternya, seperti
mobil, pesawat, peralatan sehari-hari, dll.
- Sains membutuhkan sikap berjarak dan kritis (kebanyakan anak
ITB), tapi seni bekerja menyatu dengan objeknya. Contohnya,
sutradara atau aktor hendak menggambarkan orang gila, ia
akan menghayati dunia orang gila itu.

Efek Seni pada Teknologi


Seringkali sains menempatkan perasaan sebagai unsur irasional yang
menggangu objektivitas dan membutakan penalaran. Kegiatan ilmiah
pun melibatkan unsur perasaan, gairah, dan hasrat yang berperan
dalam selektif, heuristik, dan persuasif. Selektif memberi isyarat apa
suatu penelitian berharga atau tidak. Heuristik artinya penelitian
membutuhkan keberanian untuk menciptakan model-model baru yang
tak lazim. Persuasif, artinya setiap temuan harus dikomunikasikan,
dibela, dan diperjuangkan agar dapat diterima dan diakui oleh
komunitas ilmuwan.

Efek Teknologi pada Seni


Teknologi dapat berperan ektensif, reflektif, dan politis. Ekstensif,
artinya teknologi dapat memperluas kemungkinan-kemungkinan yang
Aditya Binowo
PSIK 2014

dapat dilakukan dunia seni. Reflektif, artinya aneka kemungkinan baru


yang dibukakan teknologi akhirnya menantang dunia seni untuk
merumuskan kembali hakikat dirinya. Politis, artinya kini seni
dimungkinkan untuk berperan politis mellaui siasat desain dan
pencitraan digital.

Seni dan Agama


Apakah anda pernah gemetar atau merinding saat menonton film,
melihat lukisan, atau mendengar lagu? Seni adalah komunikasi
pengalaman ruh pribadi yang bersentuhan dengan alam semesta, saat
indra-indra kita terbuka pada dimensi yang lebih tinggi. Pada saat
seperti itu rupanya batin kita terdalam bersentuhan dengan batin
semesta. Pengalaman ini dialami oleh setiap orang setiap saat dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan orang saat melihat kecelekaan,
ketegangan penonton saat mengikuti permaianan bola, atau perasaan
aneh saat melihat api membesar ketika kita menyiramkan minyak ke
atas bara. Pengalaman estetika membuka indra mansuia pada kaitan-
kaitan halus terselubung antar kejadian, menggiring pada perenungan
mendalam misteri alam dan kehidupan, yang mendorong pada
pemikiran-pemikiran paling imajinatif dan brilian.

Surga adalah imajinasi, manusia adalah apa yang diimajinasikannya


sendiri juga. Penyatuan diri kembali dengan Tuhan dimungkinkan oleh
imajinasi dan cinta. Makanya simbol digunakan dalam agama karena
mengungkapkan kompleksitas dan kedalaman kebenaran. Imajinasi
menghubungkan kognisi dengan emosi menyatu menjadi ekspresi
(pikiran-hati manusia). Sebagaimana alam semesta merupakan karya
kreativitas imajinasi Tuhan, seni merupakan karya kreativitas imajinasi
manusia.

Seni menciptakan persepsi (dunia) dan saat dunia tersebut diubah


setiap kali, ada proses menjadi, pertumbuhan ruh ke tingkat lebih
halus dan tinggi. Oleh karena itu, jingkrak spontan jadi gerakan
terkorrdinasi dalam tarian, seruan rasa yang kacau menjadi bahasa,
penataan ulang sistem-sistem nilai, gerak komunikasi tubuh tanpa
bentuk menjadi perilaku santun terpolakan. Dalam evolusi keagamaan,
kekerasan dari simbol kekuatan berubah menjadi isyarat kelemahan.
Demikian, seni sebagai kepekaan terhadap misteri dan tendensi kreatif
untuk membentuk kehidupan agar menjadi lebih manusiawi. Dunia
manusia adalah dunia bentuk yang diciptakannya, yang biasa kita
sebut kebudayaan atau pada tingkat lebih kolosal, peradaban.
Peradaban tertinggi ada pada aestethic state, yaitu saat situasi hidup
bersama dikolela oleh rasa keindahan terdalam dimana kekuasaan
Aditya Binowo
PSIK 2014

berubah menjadi kepedulian, nafsu menjadi komitmen cinta, hasrat


serakah menjadi solidaritas. Ini bukannya yang diperjuangkan oleh
agama? Seni akhirnya adalah soal makin tajamnya kesadaran makna
dan nilai dibalik bentuk. Imajinasi kreatif melahirkan sains dan
teknologi, segala sistem kerpacaayaan dan gagasan filsafati yang
menjadi dasar kebudayan dan peradaban.

Pergerseran Paradigma
Istilah The End of Art yang dipicu Hegel pada abad ke-19 kembali kuat
pada akhir abad ke-20. Fine arts (seni rupa) terus berupaya
melepaskan diri dari keterbatasan material dan keterikatan pada
medan bentuk. Seni menjadi eksperientasi perusakan bentuk meulai
dari Impresionisme hingga Surealisme sampai akirnya Duchamp
meledakkannya dalam parodi benda pakai mempertanyakan kembali
Apa seni itu?. Sejak itu seni seperti mencari jati diri, fokus nilai dari
keindahan, ke teknis, ke makna, ke efek sensasi, kini lebih ke proses
signifikansi bersama antara seniman, karya, dan apresiatornya.
Lokusnya dari galeri pribadi, ke museum, ke medan institusi, kini
melebur ke wilayah sosio kultural sehari-hari, objek garapannya dari
olah rupa pada seni 2D, olah ruang pada seni instalasi, olah media
pada dunia mulmed, olah peristiwa pada happening, olah tubuh
pada performance art, dan olah konsep pada program sosiokultural.
Akhirnya seni kembali pada konteks kehidupan sehari-hari di mana
terkait erat pada ritual keagamaan, pemaknaan hidup seperti dunia
pra-modern. Sekarang bisa dilihat macam di Bali dan Afrika di mana
seni masih menyatu dengan ilmu, agama, dan filsafat. Seni seperti
sekarang merupakan perspektif dunia barat padahal Jawa menganggap
membatik, mewayang merupakan seni tinggi berbobot filsafat, Jepang,
Cina, dan Arab menganggap kaligrafi memiliki bobot spiritual
mendalam. Seni bersifat reflektif-kontemplatif, yakni mengaca pada
pengalaman untuk merubah bentuknya.
Ada seni murni dan seni terapan. Seni murni diciptakan untuk maksud
reflektif, sedangkan seni terapan untuk wilayah karya-karya desain
kounikasi, dekorasi, atau siasat persuasi yang utamanya diciptakan
untuk menunjang kepentingan praktis di luar karya itu sendiri.
Pada akhirnya yang penting pada seni bukan keindahan atau harmoni,
melainkan eksplorasi teknis dan filosofis. Seni bertualang ke alam
persepsi (estetik), lapisan terdalam jiwa akhirnya ke ambang-abang
batas rasa sakit, kegilaan, dan kematian.

Postmodernistik
Logika dunia sains telah dirusak oleh Teori relativitas Einstein, Teori
kuantum, Ketidakpastian Heisenberg. Hukum-hukum yang diterapkan
Aditya Binowo
PSIK 2014

oleh fisika klasik pada akhirnya runtuh jika dijalankan pada skala-skala
tertentu di mana imajinasi bermain dengan liar. 80% kehidupan kita
hayati dengan perasaan dan imajinasi, bukan dengan akal. Akal budi
kita bisa dikalahkan oleh AI, namun AI tidak dapat meniru perasaan
dan imajinasi. Oleh karena itu, selera dan reaksi orang berbeda-beda
yang disebabkan perasaan tersebut merupakan akumulasi pengalaman
yang personal yang dalam neuroscience disebut qualia. Seni
membantu mengamplfikasi kepekaan rasa dengan mengangkat lebih
eksplisit aneka qualia ini. Seni penting untuk mengimbangi perspektif
sains.

Kita telah melihat fenomena seni dengan banyak cara dan dari
bermacam sudut. Hasinya adalah berbagai definisi yang tiada
habisnya. Keluasan keungkinan definisi ini menunjukkan kompleksitas
makhluk bernama seni itu. Dan kompleksitas ini memerlihatkan
bahwa seni adalah fenomena yang demikian menyatu dengan bermaca
aspek kehidupan dan bahkan juga berubah dan berkembang bersama
evolusi kesadaran. Itu sebabnya, apa itu seni sebenarnya tak
mungkin dipenjarakan semata-mata dalam satu atau dua rumusan,
juga tidak bisa dipahami dalam kerangka Barat modern belaka. Namun
satu hal kiranya jelas : keyakinan klasik zaman Yunani maupun
Renaisans, bawa seni adalah salah satu bidang mendasar yang
membuat manusia lebih beradab dan manusiawi ketika agama
kehilangan kekuatan dari sains dan filsafat tidak bisa lagi menjawab
kebenaran.
Berdasarkan pada buku Apa itu Seni, Bambang sugiharto (ed),
Pustaka Matahari, Cet. I, 2013

Anda mungkin juga menyukai