DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
NIM : C1013014
Jl. Cut Nyak Dhien No.16, Desa Kalisapu. Kec., Slawi Tegal
2016
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial
yang baik.Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala
yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang
kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul:
tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-
kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik
dan pucat.
Komplikasi dari sasio sesaria
a. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
D. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
involusi. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
E. PATHWAYS
Sacio secaria
Resti infeksi
pendarahan
HB
O2 kurang
Kelemahan
Resiko kurang perawatan diri
Pemeriksaan medis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut false labor pains.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur
darah (bloody shoe).
10. Komplikasi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasie sesio sesaria adalah seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.
1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang, berkurang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang
- Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
a. Kaji karakteristik, skala nyeri a. untuk mengetahui skala nyeri dan
memberikan tindakan selanjutnya
b. Motivasi untuk mobilisasi sesuai
b. memperlancar pengeluaran
indikasi
lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.
c. Anjurkan penggunaaan teknik c. Untuk mengatur rasa nyeri luka
relaksasi. post op
d. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ibu tidak mengalami
gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat
BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
a. Kaji dan catat cairan masuk dan a. mengetahui balance cairan pasien
keluar tiap 24 jam. sehingga diintervensi dengan tepat.
b. melatih otot-otot perkemihan.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post c. agar kencing yang tidak dapat
partum. keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak
c. Berikan teknikmerangsang ada retensi.
d. mengurangi distensi kandung
berkemih seperti rendam duduk, alirkan
kemih.
air keran.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan ibu dapat
memenuhi ADLnya dengan mandiri
Kriteria hasil :
- Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
- Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
a. Bimbing dan demonstrasikan pada
a. Bimbingan dan demonstrasi yang
ibu tentang bagaimana cara melakukan benar dapat memberi contoh bagi ibu
perawatan diri untuk dapat melakukannya dengan baik
bila telah pulang dari rumah sakit
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui.
Kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervensi Rasional
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan a. membantu dalam mengidentifikasi
pengalaman ibu tentang menyusui kebutuhan saat ini agar memberikan
sebelumnya. intervensi yang tepat.
b. posisi yang tepat biasanya mencegah
b. Demonstransikan dan tinjau ulang
luka/pecah putting yang dapat merusak
teknik menyusui
dan mengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Istyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea. Diakses pada
www.ilmukeperawatan.com tanggal 20 februari 2014