Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

D DENGAN POST PARTUM

DIRUANG VK RSI.PKU MUHAMMADIYAH TEGAL

DOSEN PEMBIMBING :

Lintang Dewi Saputri, S.Kep.Ns

DISUSUN OLEH:

NAMA: HANUNG LARASATI

NIM : C1013014

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

PRODI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

Jl. Cut Nyak Dhien No.16, Desa Kalisapu. Kec., Slawi Tegal

2016
1. DEFINISI

Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran


plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Post partum
adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam. . (Mansjoer, 2007)
Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram.Operasi caesarea
adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada
dinding perut dan rahim bagian depan. Seksio sesarria adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahaim
(Sarwono, 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan
kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa pemulihan
tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara
fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun
jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak
menutup kemungkinan akanterjadi keadaan patologis

2. ETIOLOGI

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:


a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).
Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).
d. Trauma jalan lahir
Epiostomi yang lebar
Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
Rupture uteri.
e. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia / hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai yaitu :
Perdarahan yang banyak,
Solusio Plasenta,
Kematian janin yang lama dalam kandungan,
Pre eklampsia dan eklampsia.
Infeksi, hepatitis dan syok septic.
f. Hematoma
g. Inversi Uterus

2. Penyebab umum sasieo sesaria


1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta
tingkat I II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas
permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan
perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).

2. Etiologi yang berasal dari janin


Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forseps ekstraksi.

5. Jenis-jenis sesio sesaria


Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus
uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
c.Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm. Kelebihan :
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b.Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial
yang baik.Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan :
a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala
yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang
kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul:
tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-
kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik
dan pucat.
Komplikasi dari sasio sesaria
a. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

Komplikasi - komplikasi lain seperti :


a. Luka kandung kemih
b. Embolisme paru - paru

Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.

D. PATOFISIOLOGI

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
involusi. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan


perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

E. PATHWAYS

Panggul sempit , plasenta previa, letak janin

Sacio secaria

Post anastesi luka post operasi post partum nifas

Penurunan kerja post jrgn trputus jrgn.trbuka progesteron &


esgosteron

otot eliminasi merangsang area sensori proteksi kurang konstrasi uterus


NYERI

peristaltik usus invasi bakteri


involusi
Gangguan eliminasi BAB konstipatsi

Resti infeksi

pendarahan

HB
O2 kurang
Kelemahan
Resiko kurang perawatan diri

Pemeriksaan medis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut false labor pains.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur
darah (bloody shoe).

10. Komplikasi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri

2) Retensi Plasenta

3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban

- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)

- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

4) Trauma jalan lahir

- Episiotomi yang lebar

- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim

- Rupture uteri

5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasie sesio sesaria adalah seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara


Riwayat penyakit keluarga

Keadaan klien meliputi :


a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op sc
b. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamana fisik
d. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri
pembedahan

3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang, berkurang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang
- Klien tampak tenang

Intervensi Rasional
a. Kaji karakteristik, skala nyeri a. untuk mengetahui skala nyeri dan
memberikan tindakan selanjutnya
b. Motivasi untuk mobilisasi sesuai
b. memperlancar pengeluaran
indikasi
lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.
c. Anjurkan penggunaaan teknik c. Untuk mengatur rasa nyeri luka
relaksasi. post op
d. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

d. Kolaborasi pemberian analgetik

b. Gangguan eliminasi urine

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ibu tidak mengalami
gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat
BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi Rasional
a. Kaji dan catat cairan masuk dan a. mengetahui balance cairan pasien
keluar tiap 24 jam. sehingga diintervensi dengan tepat.
b. melatih otot-otot perkemihan.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post c. agar kencing yang tidak dapat
partum. keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak
c. Berikan teknikmerangsang ada retensi.
d. mengurangi distensi kandung
berkemih seperti rendam duduk, alirkan
kemih.
air keran.

d. Kolaborasi pemasangan kateter.

c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan ibu dapat
memenuhi ADLnya dengan mandiri
Kriteria hasil :
- Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
- Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
a. Bimbing dan demonstrasikan pada
a. Bimbingan dan demonstrasi yang
ibu tentang bagaimana cara melakukan benar dapat memberi contoh bagi ibu
perawatan diri untuk dapat melakukannya dengan baik
bila telah pulang dari rumah sakit

b. Bantuan tindakan dapat membantu


ibu dalam memenuhi perawatan dirinya
yang tidak mampu dilakukan secara
b. Beri bantuan sesuai
dengan mandiri
kebutuhan (misalnya : perawatan
c. Untuk mempercepat proses
mulut, mandi dan vulva hygiene)
c. Jelaskan kepada ibu tentang penyembuhan dan mencegah terjadinya
pentingnya menjaga kondisi tubuh komplikasi
dengan mempertahankan nutrisi dan
kebersihan ibu

d. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, karakteristik


payudara.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui.

Kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.

Intervensi Rasional
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan a. membantu dalam mengidentifikasi
pengalaman ibu tentang menyusui kebutuhan saat ini agar memberikan
sebelumnya. intervensi yang tepat.
b. posisi yang tepat biasanya mencegah
b. Demonstransikan dan tinjau ulang
luka/pecah putting yang dapat merusak
teknik menyusui
dan mengganggu.

c. Anjurkan ibu mengeringkan puting


c. agar kelembapan pada payudara tetap
setelah menyusui
dalam batas normal.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta :


Mansjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Istyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea. Diakses pada
www.ilmukeperawatan.com tanggal 20 februari 2014

Anda mungkin juga menyukai