Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang populasinya sangat besar


dan kompleks. Spesiesnya yang berjumlah ratusan terdapat di bagian-bagian
tubuh manusia, makanan, hewan dan lain-lain. Bukan hanya terdapat pada
mahluk hidup, mikroorganisme juga terdapat ditanah, air dan udara. Dalam
kehidupan terkadang kita membutuhkan suatu mikroorganisme tertentu untuk
diisolasi atau dibiakkan. Misalnya, bila hendak mengisolasi bakteri dari tanah/
benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair lain, maka
dilakukan serangkaian pengenceran (dilution series) terhadap zat tersebut. Sumber
isolat dari bakteri benda yang liat atau padat, misatnya daging maka zat tersebut
dihancurkan terlebih dahulu. Tehadap bakteri yang hanya terdapat dipermukaan
maka pengenceran dilakukan terhadap air tempat zat tersebut dicelupkan/
direndam. Dan jika bakteri hendak diisolasi dari udara, cukup dengan membuka
cawan petri yang berisi media agar steril beberapa saat. Di dalam laboratorium
mikrobiologi, populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang
terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan
biokimiawinya.
Isolasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari suatu lingkungan, sehingga diperoleh kultur
murni atau biakkan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya
berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Salah satu jenis mikroba yang
diisolasi adalah bakteri termofilik. Bakteri termofilik merupakan salah satu
mikroorganisme yang saat ini memiliki nilai komersial. Bakteri termofilik mampu
hidup pada suhu diatas 45C dan hidup optimal pada kisaran 55C - 65C.
Kemampuan hidupnya pada lingkungan bersuhu tinggi menyebabkan mikroba ini
unggul dari mikroba lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengisolasi bakteri dari sumber air panas?
2. Bagaimana mengidentifikasi bakteri hasil isolasi dari sumber air panas?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara mengisolasi bakteri dari sumber air panas
2. Mengetahui cara mengidentifikasi bakteri hasil isolasi dari sumber air panas

1.4 Manfaat
Dengan adanya penulisan makalah ini, dapat memberikan pengalaman
serta pengetahuan bagi penulis tentang isolasi bakteri dari sumber air panas

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Bakteri

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat


kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar
sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan
terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil,
maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan.
Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk
prokaryotae yang bersel satu, berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-
bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. Pada umumnya bakteri
tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa species tertentu yang mempunyai
pigmen fotosintesis. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 m, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 m, yaitu Thiomargarita.
Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian yaitu
dinding sel, protoplasma (di dalamnya terdapat membran sel, mesosom, lisosom,
DNA dan endospora), dan bagian yang terdapat di luar dinding sel seperti kapsul,
flagel, pilus. Di antara bagian-bagian tersebut ada yang selalu didapatkan pada sel
bakteri, yaitu membran sel, ribosom dan DNA. Bagian-bagian ini disebut sebagai
invarian. Sedangkan bagian-bagian yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri,
misalnya dinding sel, flagel, pilus, dan kapsul.
Bakteri mudah ditemukan di air, udara dan tanah. Mereka hidup dalam
suatu koloni, baik bersimbiose, bebas ataupun parasit pada makhluk hidup.
Jumlah bakteri di alam sangat melimpah dengan keragaman yang sangat tinggi.
Untuk mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha
untuk mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan

3
ini dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah,
udara, sisa makanan, dan lain-lain, dalam media yang mengandung nutrisi. Media
pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media penyubur,
media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi berbeda dan
digunakan tergantung tujuan dari praktikan. Dalam mempelajari sifat
pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka mikroorganisme
tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga didapatkan kultur
murni yang disebut isolat. Kultur murni merupakan suatu biakan yang terdiri dari
sel-sel dari satu species atau satu galur mikroorganisme. Kultur murni diperoleh
dengan cara isolasi menggunakan metode tuang maupun gores (Pelczar dan Chan,
1986).

2.2 Bakteri Termofilik


Bakteri termofilik menghasilkan enzim yang bersifat termostabil sangat
dibutuhkan diberbagai bidang industri seperti industri pertanian, makanan,
detergent, hingga farmakologi (Haki and Rakshit, 2003). Bakteri termofilik dapat
tumbuh pada suhu yang relatif tinggi yaitu kisaran suhu 45-55 C dengan kisaran
pH (10>x>2). Kelompok bakteri termofil tergolong dalam kelompok
Archaebacteria yang secara umum struktur selnya memiliki beberapa kelebihan
dibanding kelompok bakteri lainnya. Kelompok ini umumnya memiliki daya
adaptasi yang sangat tinggi terhadap kondisi lingkungan yang bersifat ekstrim
seperti temperatur, kadar garam, pH, tekanan dan oksigen dimana mikroorganisma
lain tidak dapat mempertahankan aktivitas.
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan bakteri termofilik mampu
bertahan hidup dan berkembang biak pada suhu tinggi, yaitu kandungan enzim
dan protein yang lebih stabil dan tahan terhadap panas, molekul pensintesis
protein yang stabil terhadap panas, dan membran lipid sel termofil mengandung
banyak asam lemak jenuh yang membentuk ikatan hidrofobik yang sangat kuat.
Bakteri termofilik, contohnya Thermus aquaticus memiliki membran termostabil
yang akan memproduksi lemak yang memiliki titik cair yang lebih tinggi ketika
temperatur lingkungan naik.

4
Mikroorganisme termofilik lebih hidup pada suhu yang tinggi terutama
pada air panas dan organisme ini tidak hanya bertahan, tetapi bahkan mungkin
berkembang dalam air mendidih.

2.3 Bakteri dari Sumber Air Panas


Di alam, lingkungan dengan suhu yang tinggi terdapat di area panas bumi
dan berhubungan dengan kegiatan tektonik seperti sumber air panas, daerah
solfatarik, kawah gunung berapi dan hidrotermal laut dalam (Madigan., et al,
2000). Sumber air panas terjadi karena adanya aktivitas gunung merapi. Aktivitas
ini disebabkan adanya aliran magma dari perut bumi, yang bersentuhan dengan
aliran air atau sungai di bawah tanah. Air tanah yang merembes hingga kedalaman
300 m dipanasi oleh magma. Pengembangan panas mendorong air ke permukaan,
sehingga terbentuk habitat sebagai sumber air panas.
Sebaran sumber air panas hampir merata di seluruh dunia, namun ada
wilayah-wilayah tertentu dimana sumber air panas itu terkonsentrasi seperti di
Jepang, Amerika Serikat Bagian Barat, Selandia Baru, Islandia, Indonesia dan
Afrika Selatan (Madigan et al., 2000). Berbagai penelitian yang telah berhasil
mengisolasi bakteri termofilik dari sumber air panas yaitu salah satunya yaitu
jurnal mengenai isolasi bakteri termofilik dari sumber air panas alami yang ada di
Pacet Mojokerto

2.4 Isolasi Bakteri


Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur
murni atau biakan murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk
mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan
dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar
(spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (the
micromanipulator method) (Lim, 1990).
Menurut Jutono (1980), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengisolasi bakteri, yaitu :
1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi

5
2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut

3. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai

4. Cara menanam mikrobia tersebut

5. Cara inkubasi mikrobia tersebut

6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni
dan sesuai dengan yang dimaksud

7. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan


biakan murni

Bakteri merupakan organisme prokariota yang banyak tersebar di


lingkungan. Secara alami bakteri hidup berasosiasi dengan jenis lainnya, sehingga
dalam sekelompok bakteri yang berada pada habitat yang sama memiliki jenis
yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan teknik khusus dalam memisahkan
kultur campuran untuk mendapatkan kultur murni. Teknik ini dinamakan dengan
isolasi. Isolasi memungkinkan didapatkannya kultur biakan murni bakteri yang
hanya terdiri dari satu spesies saja (Pelczar, dkk., 1988).
Dalam mengisolasi bakteri dikenal beberapa cara yaitu:

a. Pengenceran yaitu dengan mengambil kira-kira 1ml sampel dari suatu suspensi
ke dalam suatu tabung tersendiri yang berisi akuades steril 9ml untuk
diencerkan. Ini dilakukan beberapa kali dengan tetap mengambil suspensi
sampel pada tabung sebelumnya kedalam akuades steril yang sama banyaknya,
hingga nantinya akan didapatkan satu koloni sebagai biakan murni,
b. Penuangan yaitu dengan mengambil sedikit suspensi sampel bakteri untuk
disebar di dalam sebuah medium. Cara ini dapat dilakukan berkali kali hingga
didapatkan koloni bakteri sebagai biakan murni

2.5 Prosedur Penelitian


2.5.1. Isolasi Bakteri dari Air Panas

6
Diambil air panas dari termos yang berisi air panas dari sumber mata air pacet
Mojokerto. Air panas sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang
berisi 90 mL CMC broth (Pengenceran 10-1) kemudian diinukubasi dalam
inkubator pada suhu 50oC selama 24 jam, selanjutnya dilakukan pengenceran
bertingkat sampai 10-10 dengan mengambil 1 mL dari pengenceran sebelumya lalu
diencerkan dengan 9 mL akuades. Pengenceran 10-1 sampai 10-10 diambil dan
dimasukkan kedalam cawan petri untuk ditanam secara pour plate menggunakan
media CMC agar, kemudian diinkubasi dalam incubator suhu 50oC selama 48 jam.

2.5.2 Uji Bakteri Selulotik Secara Kualitatif


Isolate-isolat bakteri diinokulasikan kedalam media CMC agar. Kultur kemudian
diinkubasi dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 50 oC. Visualisasi zona
bening dilakukan dengan menambahkan congo red (1 mg/mL) selama 15 menit
kemudian dicuci dengan NaCl 1 M. Koloni yang tumbuh diamati dan diukur zona
beningnya sebagai selisih diameter total koloni zona bening dengan diameter
koloni. Zona bening menunjukkan bahwa koloni bakteri tersebut menghasilkan
enzim selulolitik dan mendegradasi selulosa yang ada disekitarnya. Hasil isolat-
isolat yang memiliki kemampuan degradasi selulosa dilakukan peremajaan pada
media agar miring kemudian diambil satu ose untuk ditumbuhkan dalam media
CMC cair yang mengandung substrat CMC 1% dengan diinkubasi suhu 50 oC
selama 24 jam.

2.5.3 Identifikasi Isolasi Bakteri


Isolat bakteri murni dikarakterisasi dan diidentifikasi yang dilakukan secara
biokimia. Karakterisasi yang dilakukan meliputi:
a. Pengamatan makroskopis
Pengamatan karakterisasi koloni bakteri hasil isolasi pada media CMC
agar datar yaitu berdasarkan bentuk koloni, permukaan, tepi koloni dan
warna koloni.
b. Pewarnaan gram
Pengamatan mikroskopis dilakukan untuk melihat bentuk sel bakteri
dan untuk melihat kemurnian dari isolat serta pengidentifikasian isolat hingga

7
mencapai genus. Pengamatan mikroskopis yang dilakukan adalah pewarnaan
gram karena pengidentifikasian spesies isolat bakteri dengan microbact.

c. Identifikasi dengan menggunakan microbact


Pengidentifikasian isolat bakteri hingga tingkat spesies dibantu dengan
microbact. Prinsip kerja dari microbact yaitu dengan mereaksikan suspensi
isolat kedalam sumur-sumur yang telah berisi sumber karbon dan senyawa-
senyawa biokimia lain yang berjumlah 12 dan 24 jenis (Oxoid, 2004).

2.5.4 Produksi Ekstrak Kasar Enzim Selulase


Isolat bakteri selulolitik termofilik diinokulasikan sebanyak 2 ose dalam
50 mL media CMC Broth dan diinkubasi pada shaker inkubator dengan kecepatan
125 rpm pada suhu 50 oC selama 18 jam, inokulum kemudian diambil sebanyak 5
mL medium CMC Broth dan diinkubasi pada shaker inkubator pada suhu 50 oC
selama 24 jam (Hartanti, 2010). Ekstrak kasar enzim diperoleh dengan
mensentrifugasi kultur pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit pada suhu 4 oC,
supernatan yang diperoleh adalah ekstrak kasar enzim selulase.

2.5.5 Pembuatan Kurva Standar Glukosa


Untuk membuat kurva standar terlebih dahulu dibuat larutan glukosa
dengan konsentrasi 0, 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm. Setelah itu diambil 1 mL
dari masing-masing konsentrasi dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan ke dalam tabung reaksi 1 mL reagen DNS dan
dihomogenkan. Ditutup mulut tabung dengan aluminium foil dan dipanaskan
dalam air mendidih selama 5-15 menit sampai larutan berwarna merah-coklat.
Kemudian ditambahkan 1 mL larutan KNa-Tartrar 40%. Tabung reaksi
didinginkan dan ditambahkan dengan akuades hingga volumenya menjadi 10 mL
dan dihomogenkan. Selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 540 nm.

2.5.6 Pengukuran Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase Berdasarkan


Kadar Glukosa

8
Sebanyak 1 mL ekstrak kasar enzim selulase dicampur dengan 1 mL
substrat (CMC 1% dalam buffer pH 7) lalu diinkubasi pada suhu 50 oC selama 40
menit. Dari campuran larutan diambil 1 mL dan ditambahkan dengan 1 mL reagen
DNS dan dihomogenkan. Ditutup mulut tabung reaksi dengan aluminium foil dan
dipanaskan dalam air mendidih selama 5-15 menit sampai larutan berwarna
merah-coklat. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan KNa-Tartrat 40%. Tabung
reaksi didinginkan dan ditambahkan dengan akuades hingga volumenya menjadi
10 mL dan dihomogenkan. Selanjutnya diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Satu unit aktivitas selulosa didefinisikan sebagai jumlah enzim yang
menghasilkan 1 m mol glukosa per menit pada kondisi tertentu (Dybkaer, 2001).
Aktivitas selulase ditentukan dengan mengkonversi nilai absorbansi yang
diperoleh dari konsentrasi glukosa standart, kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus (Kombong, 2004):
C H
AE = BM glukosa x t x E

Keterangan:
AE = Aktivitas Enzim
C = Konsentrasi Glukosa
BM = Berat Molekul Glukosa
t = Waktu Inkubasi (menit)
H = Volume total enzim-substrat (mL)
E = Volume enzim (mL)

2.6 Hasil Penelitian


2.6.1 Isolasi Bakteri
Hasil isolasi bakteri yang dilakukan dengan menggunakan media Carboxil
Methil Cellulosa (CMC) agar diperoleh 6 isolat yang memiliki karakteristik
koloni yang berbeda satu sama lain setelah dilakukan tahap pemurnian.

2.6.2 Uji Bakteri Selulase Secara Kualitatif

9
Uji Bakteri selulolitik secara kualitatif dengan CMC agar dilakukan pada 6
isolat bakteri yang telah berhasil diisolasi sebelumnya, dari hasil pengujian
didapatkan 6 isolat yang mempunyai aktivitas selulolitik berupa visualisasi zona
bening disekitar koloni. 6 zona tersebut memiliki lebar zona bening yang hamper
sama besar. Tapi terlihat bahwa isolate PS 4 memiliki lebar zona bening yang
sedikit lebih lebar daripada isolat-isolat yang lainnya (Gambar 1)

Gambar 1. Zona bening isolat 4. Ket: B: Zona Bening, K: Koloni Bakteri

Tabel 1. Hasil Pengujian dan Pengukuran zona bening bakteri selulolitik secara
kualitatif
No. Kode Isolat Diameter Zona Bening (mm)
1. PS 2 27
2. PS 3 24
3. PS 4 30
4. PS 5 17
5. PS 6 20
6. PS 8 20

2.6.3 Pewarnaan Gram


Pengujian gram menunjukkan gram positif pada semua isolat bakteri selulolitik
hasil isolasi dari sumber air panas Pacet Mojokerto (Gambar 2)

10
Gambar 2. Pewarnaan gram isolate bakteri
2.6.4 identifikasi isolat bakteri selulolitik dengan microbact 12A/E
Berdasarkan perbedaan karakteristik koloni, morfologi sel dan zona
bening yang dihasilkan maka terpilih empat isolat bakteri selulolitik termofilik
yang dilakukan pengujian lanjutan identifikasi bakteri dengan menggunakan
Microbact 12 A/E. Berdasarkan hasil identifikasi maka isolat bakteri PS 2 dan PS
3 teridentifikasi sama sebagai spesies Bacillus megaterium, isolate bakteri PS 4
teridentifikasi sebagai spesies Bacillus stearothermophyllus dan isolate bakteri PS
8 teridentifikasi sebagai spesies Bacillus laterosporus.

2.6.5 Identifikasi Bacillus megaterium


Bacillus megaterium dalam penelitian ini memiliki kemampuan
menghasilkan enzim selulase. Bacillus megaterium tersebut memiliki suhu dan pH
pertumbuhan pada 45 oC dan 7.

2.6.6 Identifikasi Bacillus stearothermophyllus


Bacillus stearothermophyllus termasuk bakteri gram positif yang
berbentuk batang atau basil kurus. Bakteri ini memproduksi endospore dalam
siklus hidupnya. Isolat bakteri ini mempunyai endospore terminal, yaitu
endospora yang letaknya ditengah sel. Pada uji fermentasi gula-gula bakteri
Bacillus stearothermophyllus terdeteksi positif mampu memfermentasi xylosa,
mannitol dan arabinose sedangkan pada glukosa, laktosa, sukrosa dan maltose
terdeteksi negatif. Bacillus stearothermophyllus memiliki panjang sel 0,6- 1,0 m
dan lebar sel 2 - 3,5 m, endospore berbentuk lonjong, sel motil, hidup antara
suhu 37- 65 oC dan pH 6,0 - 8,0. Sering tersusun atau membentuk rantai.

11
2.6.7 Identifikasi Bacillus laterosporus
Bacillus laterosporus terdeteksi menghasilkan endospora dalam siklus
hidupnya. Endospora dari bakteri ini termasuk jenis endospora subterminal artinya
endospora berada didekat ujung sel vegetatifnya. Pada hasil uji fermentasi gula-
gula bakteri ini positif memfermentasi glukosa, mannitol, sukrosa dan maltosa.
Bakteri ini mampu tumbuh pada suhu 25-55 oC.

2.6.8 Aktivitas enzim selulase yang dihasilkan bakteri selulolitik secara


kuantitatif
Aktivitas selulase dapat diukur dengan menggunakan metode asam 3,5
dinitrosalisilat (DNS) yang berfungsi untuk mereduksi glukosa dalam keadaan
basa yang dibantu oleh NaOH, garam Rochelle agar warna tetap stabil.

Table 2. Hasil Perhitungan Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase


No. Kode Isolat Aktivitas Ekstrak Kasar (U/mL)
1. PS 2 (Bacillus megaterium) 3.9 x 10-3
2. PS 3 (Bacillus megaterium) 1.9 x 10-3
3. PS 4 (Bacillus stearothermophyllus) 7.8 x 10-3
4. PS 8 (Bacillus laterosporus) 4.2 x 10-3

Berdasarkan hasil perhitungan aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dapat


diketahui bahwa isolate PS 4 memiliki aktivitas enzim yang paling tinggi yaitu 7.8
x 10-3, sedangkan pada isolate PS 8, isolat PS 2 dan isolate PS 3 yang memiliki
aktivitas enzim sebesar 4.2 x 10-3; 3.9 x 10-3; dan 1.9 x 10-3 U/mL. Aktivitas
enzim yang dimiliki oleh keempat isolate tersebut masih kecil. Hal ini disebabkan
karena isolate bakteri tersebut masih merupakan tipe liar (wild type).

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Isolasi bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan media Carboxil Methil


Cellulosa (CMC).
2. Identifikasi bakteri dari hasil isolasi dilakukan dengan cara kualitatif dan
kuantitatif. Dimana pada uji kualititatif dilakukan pengamatan terhadap
bentuk dan ciri dari bakteri yang diidentifikasi, sedangkan pada uji
kuantitatifnya dilakukan dengan menghitung nilai ekstrak kasar pada masing-
masing isolat-isolatnya.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam meneliti harus lebih banyak referensi yang digunakan
lagi, agar pengetahuan lebih luas dan bertambah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dybkaer, R., 2001, Unit Katal for Catalitic Activity. J Pure Appl Chem, 73: 927-
931.

Haki, G. D. and S. K. Rakshit. 2003. Developments In Industrially Important


Thermostable Enzymes A Review. Bioresourse Technology 89: 17-34.

Hartanti, 2010, Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Termofilik dari Kawah Air
Panas Gunung Pancar, Bogor, Skripsi : Departemen Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

http://muhammadfirdauss.blogspot.co.id/2013/11/makalah-bakteri.html

Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikroiologi Umum Untuk Perguruan


Tinggi. Penerbit Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

Lim,D. 1998. Microbiology. McGrow-hill book, New york.

Mukminin, A., Isolasi Bakteri Selulolitik dari Sumber Air Panas Pacet Mojokerto
dan Pengujian Aktivitas Enzim Selulase, Jurusan Biologi, UIN Malang.
Oxoid, 2004. Microbact Identification Kits.http://www.oxoid.com/fst/Val.ka
ne@oxoid.com.pdf. tanggal akses 02 Maret 2017

Pelczar. M.J., dan Chan, E. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

Madigan, T. M., Brock. 2000. Biology of Microorganism. Sixth edition, Prentice


Hall, International Inc

14

Anda mungkin juga menyukai