Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang banyak
dimanfaatkan manusia. Hewan pun bergantung pada tumbuhan sebagai
sumber energi. Dalam klasifikasi, makhluk hidup, yang tergolong tumbuhan
adalah semua organisme eukariotik multiselulerfotosintetik yang memiliki
klorofil dan menyimpan karbohidrat yang biasanya berupa tepung, dan
embrionya dilindungi oleh jaringan tumbuhan parental.
Dunia tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan tidak berpembuluh
atau non-traecheophyta dibagi dalam dan tumbuhan berpembuluh atau
tracheophyta (yunani, trachoia = Saluran Kecil, phyton = Tumbuhan).
Tumbuhan non-tracheophyta adalah kelompok lumut sedangkan kelompok
tracheophyta adalah tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji. Dengan
mempelajari taksonomi tumbuhan, kita dapat membedakan berbebagai jenis
tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat
tinggi.
Plantae telah ada sejak sejak masa Ordovician (450 juta tahun yang lalu),
tetapi tidak berupa tumbuhan seperti sekarang sampai masa Silurian (420 juta
tahun yang lalu). Mendekati masa Devonian, sekitar 360 juta tahun lalu,
terdapat beragam varietas tumbuhan baik dari segi bentuk dan ukurannya.
Kemudian muncul tumbuhan berbunga pada masa Triassic (200 juta tahun
lalu). Rumput-rumputan baru muncul pada pertengahan masa Tertiary (40 juta
tahun lalu).
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon
(410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada
saat itu, Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang
sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara :
Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan
Cordaitophyta. Anggota-anggotanya yang lain dapat
melanjutkan keturunannya hingga sekarang. Angiospermae
yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah
satu kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku
biji).
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana deskripsi dan karakteristik divisi spermatophyta ?
2 Bagaimana deskripsi dan karakteristik sub divisi gymnospermae ?
3 Bagaimana pembagian sub divisi gymnospermae ?
4 Bagaimana sistem reproduksi dari gymnospermae ?
C. Tujuan Penulisan
1 Untuk memahami bagaimana deskripsi dan karakteristik divisi spermatophyte
2 Untuk memahami bagaimana deskripsi dan karakteristik sub divisi
gymnospermae
3 Untuk mengetahui pembagian sub divisi gymnospermae
4 Untuk mengetahui sistem reproduksi dari gymnospermae
BAB II
ISI

A. Deskripsi Dan Ciri-Ciri Divisi Spermatophyta


Ukuran dan bentuk tubuh Tumbuhan berbiji berukuran makroskopik
dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tumbuhan biji tertinggi berupa pohon
dengan tinggi melebihi 100 m. masalnya pohon konifer Sequoiadendron
giganteum di taman Nasional Yosemite California, dengan tinggi sektar 115 m
dan diameter batang sekitar 14 m. Habitus atau perawakan tumbuhan berbiji
sangat bervariasi, yaitu Pohon, misalnya jati, duku, kelapa, beringin, cemara;
Perduk, misalnya mawar, kembang merak, kembang sepatu; semak, misalnya
arbei; dan Herba, misalnya sayur-sayuran, bunga lili, serta bunga krokot. Ciri
umum Spermatophyta:
1. Disebut tumbuhan berbiji karena menghasilkan biji, dan termasuk tumbuhan
kormophyta (memiliki akar, batang, dan daun sejati), dan menghasilkan bunga
sehingga disebut Anthophyta.
2. Memiliki plastida yang mengandung klorfil a dan b, sehingga bersifat autotrof.
3. Termasuk sel eukariotik dan mempunyai dinding sel yang tersusun dari
selulose, hemiselulose, lignin.
4. Merupakan organisme bersel banyak (multiseluler).
5. Memiliki berkas pengangkut, berupa xylem (mengangkut air dan mineral dari
tanah) dan floem (mengangkat zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh).
6. Makroskopis dengan ketinggian bervariasi.
7. Bentuk tubuhnya bervariasi.
8. Cara hidup fotoautotrof.
9. Habitatnya kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai).
10. Reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi)

B. Deskripsi Dan Ciri-Ciri Sub Divisi Gymnospermae


Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang
dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai
tumbuhan berbiji terbuka. Tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok
tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium).
Secara harfiah, Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae = tumbuhan
yang menghasilkan biji. Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae atau
Magnoliphyta), biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah
sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji nampak (terekspos)
langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau runjung.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta
tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak
diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara
yaitu Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggota-
anggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang.
Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu
kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses evolusi biji.
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada. Selanjutnya
Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji.
Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara
Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini menghasilkan spora,
tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder seperti pada
Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium
berpembuluh yang bifasial yang mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder.
Kambium berpembuluh merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji.
Salah satu contoh Progymnospermae adalah tipe Aneurophyton yang hidup
pada jaman Devon, sudah menunjukkan sistem percabangan tiga dimensi dengan
stelenya yang bertipe protostele. Contoh lainnya adalah tipe Archaeopteris yang
juga hidup di jaman Devon. Kelompok ini dianggap lebih maju karena sudah
menunjukkan adanya sistem percabangan lateral yang memipih pada satu bidang
dan sudah mempunyai struktur yang dianggap sebagai daun. Batangnya
mempunyai stele yang bertipe eustele yang menunjukkan adanya kekerabatan
dengan tumbuhan berbiji yang sekarang.
Mempunyai sistem akar tunggang dan batang tegak lurus atau bercabang-
cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga selalu mengadakan pertumbuhan
menebal sekunder. Strobilus atau kerucut mengandung 2 daun buah (tempat
menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium yang
terpisah satu sama lain. Penyerbukan hampir selalu dengan bantuan angin
(anemogami). Serbuk sari langsung jatuh pada bakal biji, dengan jarak waktu
penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin jantan umumnya
berupa spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.
Gymnospermae memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
2. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba. Batang dan
akar berkambium sehingga dapat tumbuh membesar. Akar dan batang tersebut
selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Berkas pembuluh
pengangkutan kolateral terbuka. Xilem pada gymnospermae hanya terdiri atas
trakeid saja sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring.
3. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
4. Bentuk perakaran tunggang.
5. Daun sempit, tebal dan kaku.
6. Tulang daun tidak beraneka ragam.
7. Tidak memiliki bunga sejati.
8. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur
terdapat dalam strobilus betina.
9. Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan bunga
ataupun runjung. Setiap biji mengandung bakal tumbuhan , yaitu embrio
yang terbentuk oleh suatu proses reproduksi seksual. Sesudah bertunas embrio
ini tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
10. Sperma atau sel kelamin jantan menuju kesel telur atau sel kelamin betina
melalui tabung serbuk sari hanya terdapat pada tumbuhan berbiji.
11. Tumbuhan biji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini
merupakan saluran menghantar untuk mengangkut air, mineral, makanan dan
bahan bahan lain.
12. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang penting
untuk fotosintesis yaitu suatu proses dasar pembuatan makanan pada
tumbuhan.
13. Gymnospermae memiliki batang yang tegak lurus dan bercabang-cabang.
Daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang yang bersifat majemuk, dan
system pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda
dengan karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem
pertulangannya beraneka ragam.
C. Klasifikasi Divisi Gymnospermae
Gymnospermae terdiri dari beberapa divisi baik yang sudah punah maupun
yang masih ada sampai sekarang, yaitu mencakup 3 divisi yang telah punah dan 4
divisi yang masih bertahan. Tumbuhan Gymnospermae yang sudah punah antara
lain Bennetophyta, Cordaitophyta, dan Pteridospermophyta, sudah punah namun
dianggap sebagai moyang Angiospermae. Adapun, empat divisi Gymnospermae
yang masih bertahan antara lain:
1. Ginkgophyta
Anggota pada kelas ini telah tersebar luas pada zama Mesozoikum dan
Tersier. Ginkgo merupakan pohon besar, dapat mencapai ketinggian lebih dari 30
meter. Daun lebar berbentuk seperti kipas, dengan belahan yang berlekuk dalam.
Tulang daun berbentuk menggarpu. Ginko merupakan tumbuhan Gymnospermae
yang meranggas, berumah dua, biji keras berwarna kekuningan, berukuran sebesar
kelereng, berbau tidak enak. Strobilus terpisah-pisah dalam ketiak sisik-sisik pada
tunas pendek, mikrosporofil (benang sari) tidak seberapa banyak dan duduknya
tidak teratur dengan 2-4 kantong sari. Serbuk sari tanpa gelembung udara, pada
perkecambahan membentuk dua sel mikroprotalium. Makrosporofil tidak begitu
terang susunanya, mempunyai dua bakal biji yang terletak pada satu tangkai yang
panjang dan masing-masing pangkalnya dikelilingi oleh suatu tonjolan yang
melingkar. Ginkgo digunakan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik. Contoh:
Ginkgo biloba.

Gambar 2.1 Ginkgo biloba


2. Cycadophyta
Kelas ini hanya mempunyai satu suku, yaitu Cycadaceae. Ciri yang khas
untuk tumbuhan ini adalah batang yang tidak bercabang, daun majemuk, seperti
kulit, tersusun sebagai tajuk di puncak batang yang memanjang. Sporofil tersusun
dalam strobilus berumah dua (dalam satu strobilus terdapat 1 alat kelamin).
Strobilus jantan sangat besar, tersusun oleh sporofil-sporofil berbentuk sisik, dan
banyak mikrosporangium. Pada strobilus betina (megasporofil), sporofil berupa
sisik dengan 2 bakal biji. Contoh: Cycas rumphii (pakis haji).

Gambar 2.2 Cycas rumphii


3. Coniferophyta atau Pinophyta
Ciri utama anggota Coniferae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut
(Coniferae berasal dari kata conus yaitu kerucut dan ferein yaitu
mendukung). Anggotanya dapat berupa semak, perdu, atau pohon.
Daunnya berbentuk jarum, sehingga sering disebut pohon jarum. Tumbuhan ini
berumah dua, tetapi ada juga yang berumah satu. Kelas Coniferae terdiri dari
beberapa ordo, antara lain:
a. Ordo Araucariales
Pohon-pohon dengan daun tersebar seperti jarum atau lebar dengan
saluran-saluran resin didalamnya. Tumbuhan ini berumah satu atau berumah dua.
Suku araucariaceae terdiri atas 2 marga, yaitu: Araucaria misalnya A.
Cunninghamii dan Agathis misalnya Agathis alba

Gambar 2.3 Agathis alba


b. Ordo Podocarpales
Perdu dengan pohon berbentuk sisik, jarum, garis, atau lanset dan kadang-
kadang juga bulat telur, duduknya tersebar atau bersilang, dengan 1-3 saluran
resin didalamnya. Tumbuhan ini berumah dua dan jarang berumah satu.
Contohnya: Podocarpus imbricata

Gambar 2.4 Podocarpus imbricata


c. Ordo Cupressales
Perdu atau pohon dengan daun berbentuk jarum atau sisik yang duduk
tersebar, berhadapan atau berkarang. Terdiri dari suku taxodiaceae yaitu pohon-
pohon dengan daun berbentuk jarum yang duduk tersebar berhadapan terkadang
terdapat daun berbentuk jarum. Contoh: Sequoia gigantean dan suku cupressaceae
yaitu pohon atau perdu bercabang banyak berbentuk sisik, duduknya bersilang
merupakan karangan yang terdiri dari 3 daun. Contoh: Juniperus communis.

Gambar 2.5 Sequoia gigantean dan Juniperus communis


d. Ordo Pinales
Terdiri dari suku pinaceae yaitu tumbuhan berkayu, daun berbentuk jarm,
duduknya tersebar pada sirus panjang. Tumbuhan ini selalu berumah satu. Contoh:
Pinus silvetris, Abies nordmanniana, dan Pinus merkusii.

Gambar 2.6 Pinus silvetris dan Abies nordmanniana


4. Gnetophyta
Divisio ini memiliki strobilus jantan yang tersusun majemuk, daun
berhadapan atau melingkar, seluruh pembuluh terdapat pada kayu sekunder dan
tidak terdapat saluran resin. daun muda, biji dan bunganya dapat disayur. Bijinya
dibuat menjadi emping,kulit kayunya digunakan sebagai bahan pembuatan benang
atau kertas. Terdiri dari beberapa ordo antara lain:
a. Ordo Ephedrales
Perdu yang bercabang banyak dengan cabang-cabang yang berwarna hijau
dengan daun berbentuk sisik yang duduk bersilang. Ordo ini terdiri dari dari satu
suku yaitu Ephedraceae contoh: Ephedra altissima.

Gambar 2.7 Ephedra altissima


b. Ordo Gnetales
Pohon-pohon yang lurus, banyak bercabang-cabang. Daun tunggal,
duduknya berhadapan. Batang berkambium, floeterma dan buluh-buluh kayu
tanpa saluran resin. Bunga majemuk. Contoh: Gnetum gnemon.

Gambar 2.8 Gnetum gnemon


c. Ordo Welwitschiales
Terdiri dari satu suku yaitu Welwitschiaceae merupakan tumbuhan dengan
batang hipokotil yang menebal seperti umbi dan akar tunggang yang menembus
tanah sampai di bagian bawah. Bunga majemuk terdapat pada tepi batang
hipokotil, bercabag seperti anak payung menggarpu. Contoh: Welwitschia bainesii
Gambar 2.9 Welwitschia bainesii

D. Sistem Reproduksi Divisi Gymnospermae


Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau strobilus.
Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga, sporofil terpisah-pisah atau
membentuk srobilus jantan dan betina. Makrosporofil dan makrosporangium yang
tampak menempel pada strobilus betina. Letak makrosporofil dan mikrosporofil
terpisah. Sel kelamin jantan berupa spermatozoid yang masih bergerak aktif.
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung
sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk
terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap. Pada strobilus betina terdapat banyak
arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang
bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup
sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
Pada Gymnospermae sering terjadi poliembrioni, walaupun hanya ada satu
embrio yang terus berkembang karena adanya pembelahan beberapa arkegonia.
Air sudah tidak digunakan sebagai media fertilisasi karena adanya pembentukan
buluh serbuk pada serbuk sari yang berkecambah. Pada Coniferophyta dan
Gnetophyta spermanya tidak mempunyai flagel, sehingga buluh serbuk
menghantarkannya langsung ke mulut arkegonia.
Serta pada Cycas dan Gingko fertilisasinya merupakan bentuk antara
kondisi pada paku-pakuan dan tumbuhan tanpa biji lainnya, yaitu spermanya
mampu berenang bebas dan bentuk pada tumbuhan berbiji yaitu spermanya tidak
mampu bergerak bebas. Gametofit jantan umumnya bersifat haustorial, yaitu
menyerap makanan dari ovulum ketika tumbuh, walaupun dibutuhkan buluh
serbuk tetapi tidak langsung masuk ke arkegonium. Buluh serbuk tersebut tumbuh
dan menetap di dalam nuselus selama berbulan-bulan sebelum menuju gametofit
betina. Setelah sampai di mulut gametofit betina, buluh serbuk robek dan
melepaskan sel sperma yang berflagel banyak. Sperma tersebut kemudian menuju
ke arkegonium dan membuahi telur.
Dengan adanya buluh sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak ada
lagi yang bergantung pada ketersediaan air pada fertilisasinya. Penyerbukan yang
terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara anemogami
(penyerbukan dengan bantuan angin). Serbuk sari jatuh langsung pada bakal biji.
Selang waktu antara penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Pembuahan
yang terjadi pada gymnospermae disebut pembuahan tunggal (setiap inti generatif
melebur dengan inti sel telur). Mikropil terdedah ke udara bebas. Pembuahan pada
gymnospermae disebut pembuahan tunggal, karena tiap-tiap inti sperma
membuahi satu sel telur.
Tumbuhan Gymnospermae menghasilkan heterospora yaitu berupa
mikrospora dan megaspora. Mikrospora berkembang menjadi mikrogametofit
(gametofit jantan) dan berisi serbuk sari. Sementara itu, megaspora berkembang
menjadi megagametofit (gametofit betina). Pada bakal biji (megaspora) terdapat
struktur liang biji (mikrofil) dan kantong serbuk sari (pollen chamber) yang
mengganti fungsi bunga sebagai organ reproduksi betina. Setelah serbuk sari
dilepas, butir serbuk sari berkembang menjadi sperma. Pada saat penyerbukan,
serbuk sari melekat pada bakal biji. Selanjutnya, sperma bergerak menuju sel telur
melalui buluh sebuk sari. Jika terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot yang
berkembang menjadi embrio dan biji. Jika biji tersebut jatuh pada tempat yang
sesuai, biji akan tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan baru. Penyerbukan
pada Gymnospermae dilakukan dengan perantara angin (anemokori). Skema daur
hidup tumbuhan Gymnospermae digambarkan pada bagan berikut ini.
Gambar 2.10 Skema Daur Hidup Tumbuhan Gymnospermae
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang
dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai
tumbuhan berbiji terbuka. Mempunyai sistem akar tunggang dan batang tegak
lurus atau bercabang-cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga selalu
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Strobilus atau kerucut mengandung
2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium
dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Penyerbukan hampir selalu
dengan bantuan angin (anemogami). Serbuk sari langsung jatuh pada bakal biji,
dengan jarak waktu penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang.
Sel kelamin jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak
dengan aktif. Gymnospermae terdiri dari beberapa divisi baik yang sudah punah
maupun yang masih ada sampai sekarang, yaitu mencakup 3 divisi yang telah
punah dan 4 divisi yang masih bertahan. Tiga divisi yang sudah punah adalah:
Bennetophyta, Cordaitophyta dan Pteridospermophyta. Empat divisi
Gymnospermae yang masih bertahan adalah Ginkgophyta, Cycadophyta,
Coniferophyta dan Gnetophyta. Organ reproduksi pada gymnospermae disebut
konus atau strobilus. Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga, sporofil
terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan betina. Makrosporofil dan
makrosporangium yang tampak menempel pada strobilus betina. Penyerbukan
yang terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara anemogami
(penyerbukan dengan bantuan angin). Manfaat gymnospermae: tanaman hias,
bahan industri, sumber makanan dan lain-lain

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat membantu pembaca untuk menambah ilmunya
mengenai materi Gymnospermae. Semoga untuk penyusun makalah selanjutnya,
referensi yang kami dapatkan bisa diperbanyak sehingga dasar dari penyusunan
makalah akan lebih akurat dan lebih sempurna. Apabila ada kesalah yang tidak
disengaja baik dalam penulisan maupun dari segi isinya, kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA

Tjirosoepomo, Gembong. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM

Sinaga, Meity. 1993. Budidaya Tumbuhan Biji Terbuka. Jakarta: Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai