BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pergerakan makanan dan cairan dari rongga mulut ke lambung. Proses ini
kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan timbul
terjadi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Disphagya.
2. Tujuan Khusus
antara lain :
Defenisi Disphagya
Etiologi Disphagya
Patofisiologi Disphagya
Diagnosis dan penanganan Disphagya
Asuhan keperawatan pada pasien Disphagya
D . Manfaat
Disphagya
Institusi : Sebagai referensi tambahan dalam proses pembeajaran mata
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
orofaring dan esofagus. Bila tidak diamati dengan seksama, maka gejala ini
sangat mirip. Hewan tidak bisa bicara, beda dengan manusia yang dengan
tersebut.
minum, kalaupun bisa maka seringkali dalam keadaan yang tidak normal,
mulut. Keluarnya makan dari mulut biasanya bersifat segera setelah makan
adanya discharge nasal. Gejala odynofagia bisa disertai namun tidak selalu
regurgitasi. Hipersalivasi tidak pernah atau jarang terjadi dan bila ada
hewan masih bisa makan dan minum secara normal, namun hewan tampak
ada pada daerah kranial esofagus dan makanan yang dikeluarkan belum
lambung tanpa disertai oleh rasa mual maupun kontraksi otot perut yang
terjadi tanpa usaha atau tanpa adanya proses yang rumit dan tidak disertai
tanda-tanda prodormal meski kadang disertai adanya hipersalivasi. Bahan
berupa bahan solid ataupun cair bila terjadi striktura pada esofagus,
tercampur darah segar bila terjadi ulserasi, adanya rasa sakit saat menelan
segera setelah makan atau menelan. Bila terjadi agak lama setelah makan
B. Etiologi
Stroke
Pembedahan kepala
C. Anatomi Patologi
Rongga mulut
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis
oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara mukosa pipi
bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk oleh tulang
dari palatum durum di bagian depan dan sebagian besar dari otot palatum
mole di bagian belakang. Dasar mulut di antara lidah dan gigi terdapat
lidah. Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga depan
Faring
sirkuler terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-
otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian
otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu
satu sama lain dan di bagian belakang bertemu pada jaringan ikat yang
disebut rafe faring. Batas hipofaring di sebelah superior adalah tepi atas
Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum
faringealis. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faringeal dari n. vagus, cabang
Esofagus
yang terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebra
pertama yang bersifat sfingter terletak setinggi tulang rawan krikoid pada
batas antara esofagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat
bagian tengah, akibat tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri.
D. Patofisiologi
menelan saliva atau mukus yang dihasilkan tubuh beratus-ratus kali setiap
hari. Proses menelan ini mempunyai empat tahap: tahap pertama persiapan
kontrol voluntair, tahap tiga dan empat terjadi dengan sendirinya tanpa
a.Penyebab
otot yang tidak terkoordinasi, seperti yang terjadi pada kelainan akalasia
bisa ringan sehingga tidak begitu disadari oleh penderita, sampai gejala
dalam jalan nafas (aspirasi paru). Lebih lanjut akan menimbulkan infeksi
amandel yang besar, radang atau tumor pada lidah, tenggorokan atau jalan
makanan).
b.Gejala
Kantong yang besar dapat terisi dengan makanan yang kemudian bisa
c. Etiologi
- Trauma
- Benda asing
- Penyakit degenerative
F. Terapi
a. Medikamentosa
disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti pada gangguan disfagia
diberikan.
mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih
Pembedahan
o Pembedahan gastrostomy
CPM.
b. Gizi
Cairan dapat dikentalkan dengan sereal kering bayi, bubur kentang atau
serpihan kentang, pati jagung, atau yogurt. Cairan juga dapat disajikan
dalam bentuk beku, sebagai contoh, sherbet atau es buah. Speech therapist
tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak
dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus
makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja
normal.
dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan dengan
posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan.
Bila ada kerusakan esofagus atau refluks atau disfagia sangat parah,
Modifikasi diet
pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki
Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat
menyebabkan malnutrisi.
yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat,
Hidrasi
hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terdapat
dehidrasi
G. Penatalaksanaan
Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia.
menelan.
beberapa orang harus makan denan posisi kepala menengok ke salah satu
dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus
normal.
Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum
pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki
sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat
menyebabkan malnutrisi.
yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat,
Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan
hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat
dehidrasi
Pembedahan
Pembedahan gastrostomy
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari
CPM.
Bolus: suatu massa makanan, yang bulat atau suatu preparat farmasi yang
siap untuk ditelan, atau massa yang sedemikian yang melalui saluran
pencernaan
utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot
Endoskopi: suatu cara untuk melihat bagian dalam tubuh manusia secara
saluran tsb dll); juga sering kali dapat digunakan untuk mengambil contoh
rongganya
kerusakan jaringan
aktivitas
Regurgitasi: aliran balik, seperti aliran ke atas makanan yang tidak dicerna
beberapa bagian tubuh, termasuk kulit, jantung, esofagus, ginjal, dan paru.
abnormal
FORMAT PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A.
Umur : 40
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
II. Data
P : Stroke
Q : Dehidrasi
S : Sedang
Komentar :
Meninggal
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Kekurangan cairan
Intoleransi aktivitas
Nyeri di tenggorokan
Gelisah/cemas
Mudah letih
V. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Pernapasan : 18 kali/menit
Inspeksi
- Edema pharynx
- Pembesaran tonsil
- Ovula simetris
- Leher simetris
- Permukaan leher mormal
- Pembesaran tiroid
Palpasi
- Edema pharynx
- Pembesaran tiroid
Uji nervus
- Fasial cranial (pengecapan 1/3 anterior lidah) normal
mampu menelan.
- Sternokledomastoideus normal
KLASIFIKASI DATA
Data subyektif :
Nyeri di tenggorokan
konstipasi
Data obyektif :
Dehirasi
Gelisah/cemas
Pembesaran tonsil
Pembesaran tiroid
Letih
Kesulitan menela
menegakkan mengunya
kepala. secara
- Letakkan perlahan.
duduk/tegak mampu
makan makanan
bibir/dibawah sedotan.
dagu
- Letakkan
makanan pada
tidak
sakit/terganggu
- Sentuh
dalam dengan
spatel untuk
mengetahui adanya
kelemahan lidah
- Berikan
makan dengan
perlahan pada
lingkungan yang
tenang
- Mulai
dengan
memberikan
setengah cair,
makanan lunak
menelan air
- Bantu
pasien untuk
memilih makanan
tidak perlu
mengunyah dan
mudah ditelan
- Anjurkan
pasien
menggunakan
sedotan untuk
meminum cairan
- Anjurkan
untuk
berpartisipasi
dalam program
latihan
FORMAT IMPLEMENTASI
Hari/tangga
Jam Implementasi Evaluasi
l
Selasa 07.15 - Tingkatkan 09.00
kepala
09.30 - Mulai 11.15
memberikan
P : Lanjutkan intervensi
11.30 - Menganjurkan 13.00
intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bentuk dan suhu makanan berdasarkan pada hasil evaluasi makanan yang
lain. Penggunaan makanan lain seperti cereal bayi, tak berasa gelatin, atau
kemajuan dalam dua sampai tiga minggu atau jika pasien mengalami
B. Saran
kerjasama dengan ahli gizi sangat penting untuk pemilihan dan penyediaan
%20Disorder.htm
E:dysphagia.htm 21/2/06
Mary Courtney Moore. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II.
Slamet Suyono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 1990. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
William F. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. 2001. Penerbit
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid I. 2009. Interna Publishing:
Jakarta
http://downxpress.blogspot.com/2008/10/gangguan-esofagus-gaster.html
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/62/disfagia
September 2011)
http://www.detikhealth.com/read/2009/06/30/115105/115631/770/ben