Anda di halaman 1dari 38

RANFUSI DARAH

Posted on Januari 28, 2009 by idmgarut


A. Definisi

Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen
darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV. Meskipun tranfusi
darah penting untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan.
Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi
hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi demam.
Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh identifikasi pasien yang
tidak benar atau pembuatan label darah atau komponen darah yang tidak akurat,
menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel. Pemantauan pasien yang menerima darah
dan komponen darah dan pemberian produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama tranfusi yang dilakukan.
Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat insersi untuk
melihat tanda infeksi atau infilrasi.
Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien menggunakan kateter ukuran
besar (18-19). Komponen darah harus diberikan oleh personel yang kompeten,
berpengalaman dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
B. Tujuan

1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau


perdarahan

2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar


hemoglobin pada klien yang mengalami anemia berat.

3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal :


faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada
klien yang menderita hemofilia)

C. Golongan dan Tipe Darah


Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam terapi tranfusi
darah. Komponen ini meliputi antigen, antibody, tipe Rh, dan antigen HLA. Antigen adalah
zat yang mendatangkan respon imun spesifik bila terjadi kontak dengan benda asing. Sistem
imun tubuh berespon dengan memproduksi antibody untuk memusnahkan penyerang. Reaksi
Antigen (Ag) dan Antibodi (AB) ini diperlihatkan dengan aglutinasi atau hemolisis. Antibodi
dalam serum berespon terhadap antigen penyerang dengan mengelompokkan sel-sel darah
merah bersama-sama dan menjadikan mereka tidak efektif atau memusnahkan sel darah
merah. Sistem penggolongan darah didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan
kompabilitas darah.
Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO, yang meliputi
golongan berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya
antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah A mempunyai
antigen A yang terdapat pada sel darah merah; individu dengan golongan darah B mempunyai
antigen B, dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.
Aglutinin, atau antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut agglutinin anti
A dan agglutinin anti B. Aglutinin ini terjadi secara alami. Individu dengan golongan darah A
memproduksi aglutinin anti B di dalam plasmanya secara alami. Begitu juga dengan individu
dengan golongan darah B, akan memproduksi agglutinin anti A di dalam plasma secara alami.
Individu dengan golongan darah O secara alami memproduksi kedua aglutinin tersebut, inilah
sebabnya individu dengan golongan darah O disebut sebagai donor universal. Individu
golongan AB juga menghasilkan antibodi AB, oleh karena itu individu dengan golongan AB
disebut resipien universal. Bila darah yang ditranfusikan tidak sesuai, maka akan timbul
reaksi tranfusi.
Setelah system ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah dengan
kepentingan klinis besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi pada individu normal
dan tidak diimunisasi, antibody Rh tidak terbentuk tanpa stimulasi imunisasi. Individu
dengan antibodi D disebut Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki antibodi D disebut Rh
negatif, tidak menjadi soal apakah ada antibodi Rh lainnya. Antibody D dapat menyebabkan
destruksi sel darah merah, seperti dalam kasus reaksi tranfusi hemolitik lambat.
Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam donor darah.
Pencocoksilangan (crossmatching) kemudian menentukan kompatibilitas ABO dan Rh adalah
penting dalam pemberian terapi tranfusi darah.
System HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan dalam pemberian
tranfusi. System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat dalam leukosit, trombosit dan
sel-sel lainnya. Penggolongan dan pencocoksilangan HLA kadang-kadang diperlukan
sebelum tranfusi trombosit diulangi.
D. Indikasi

1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar,


perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan
kadar Hb atau penyakit kelainan darah).

2. Pasien dengan syok hemoragi.

E. Macam-macam Komponen Darah


Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,
maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan
volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-500
ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat
menoleransi masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah
besar.
Indikasi:
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari
volume darah total
Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian
plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2
sampai 4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari
menggunakan komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat.
Masa hidup komponen ini 21 hari.
Indikasi :
1. Pasien dengan kadar Hb rendah
2. Pasien anemia karena kehilangan darah saat pembedahan
3. Pasien dengan massa sel darah merah rendah
White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu
diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam
dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan
antibiotik.
Indikasi :
1. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien
dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia)
Leukosit poor RBCs
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %,
digunakan bila kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini
tersedia dalam volume 200 ml, waktu pemberian 1 sampai 4 jam.
Indikasi:
1. Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise)
Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau
jumlah trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk
pemberian biasanya memerlukan beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara
cepat. Hindari pemberian trombosit jika klien sedang demam.
Klien dengan riwayat reaksi tranfusi trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan
antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakan
pusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24
jam setelah pemberian.
Indikasi:
1. Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan
pemecahan trombosit
2. Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia
Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat
kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah
(factor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP
dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat
dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika
sudah mencair. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
1. Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok
2. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
3. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.
Albumin 5 % dan albumin 25 %
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan
pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume yang
diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk mencampur
albumin dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
Indikasi :
1. Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau
infeksi
2. Terapi hyponatremi
Pertimbangan Pediatrik dan Gerontik
Pediatrik
1. Pada anak-anak, 50 ml darah pertama harus diinfuskan lebih dari 30 menit.
Bila tidak ada reaksi terjadi, kecepatan aliran ditingkatkan dengan sesuai
untuk menginfuskan sisa 275 ml lebih dari periode 2 jam
2. Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena mungkin
mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan identifikasi
yang lebih mudah tentang inkompabilitas
3. Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung dosis
dalam milliliter per kilogram berat badan)
4. Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk
mempermudah deteksi dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)
5. Penggunaan penghangat darah mencegah hipotermi yang menimbulkan disritmia
6. Gunakan pompa infus elektronik untuk memantau dan mengontrol akurasi
kecepatan tetesan
7. Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena
8. Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter
yang kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan ketrampilan
tingkat tinggi)
9. Tinjau kembali riwayat tranfusi anak
Gerontik
1. Riwayat sebelumnya (anemia dengan gagal sumsum tulang, anemia yang
berhubungan dengan keganasan, perdarahan gastrointestinal kronik, gagal ginjal
kronik)
2. Terdapat kemungkinan bahaya pada jantung, ginjal, dan sistem pernafasan
(atur kecepatan aliran jika klien tidak mampu menoleransi aliran yang telah
ditetapkan), sehingga waktu tranfusi lebih lambat
3. Defisit sensori dapat terjadi (konsultasikan dengan rekam medik atau anggota
keluarga terhadap reaksi tranfusi darah sebelumnya)
4. Premedikasi dapat menyebabkan mengantuk
5. Integritas vena mungkin melemah, pastikan kepatenan kateter atau jarum sebelum
melakukan tranfusi
G. Efek samping tranfusi
Alergi
Penyebab:
1. Alergen di dalam darah yang didonorkan
2. Darah hipersensitif terhadap obat tertentu
Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria,
wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps
sirkulasi
Intervensi:
1. Lambatkan atau hentikan tranfusi
2. Berikkan normal saline
3. Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
4. Berikan oksigenasi jika diperlukan
5. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan
kortikosteroid
6. Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin
Anafilaksis
Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk
antibodi IgA
Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi,
kram abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter
darah atau plasma.
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Lanjutkan pemberian infus normal saline
3. Beritahu dokter dan bank darah
4. Ukur tanda vital tiap 15 menit
5. Berikan ephineprine jika diprogramkan
6. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan
Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan
plasma dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi
IgA.
Sepsis
Penyebab:
Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau endotoksin.
Gejala:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Ambil kultur darah pasien
3. Pantau tanda vital setiap 15 menit
4. Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
Pencegahan:
Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian
Urtikaria
Penyebab:
Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor
Gejala:
Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Ukur vital sign tiap 15 menit
3. Berikan antihistamin sesuai program
4. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
Pencegahan:
Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian tranfusi
Kelebihan sirkulasi
Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat
Gejala:
Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi,
tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis
meningkat
Intervensi:
1. Tinggikan kepala klien
2. Monitor vital sign
3. Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program
4. Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program
Pencegahan:
Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi
klien, berikan komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan
minimalkan pemberian normal saline yang dipergunakan untuk menjaga
kepatenan IV
Hemolitik
Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor, resipien
menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam system
ABO
Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea, mual
dan muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan abnormal,
oliguria, nyeri punggung, syok, ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila
sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan
reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.
Intervensi:
1. Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
2. Hentikan tranfusi
3. Lanjutkan infus normal saline
4. Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
5. Ambil sample darah dan urine
6. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan
darah untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan
golongannya dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering
karena salah mengidentifikasi).
Demam Non-Hemolitik
Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang
ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise,
sakit kepala
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Lanjutkan pemberian normal saline
3. Berikan antipiretik sesuai program
4. Pantau suhu tiap 4 jam
Pencegahan:
Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah difiltrasi)
Hiperkalemia
Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS
melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
Hipokalemia
Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat
dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi,
poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun
Hipotermia
Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin
diberikan melalui kateter vena sentral.
Gejala:
Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Hangatkan pasien dengan selimut
3. Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
4. Hangatkan darah sebelum ditranfusikan
5. Periksa EKG
Infeksi yang ditularkan melalui tranfusi
AIDS
Penyebab:
Darah donor HIV seropositif
Gejala:
Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun, adenopati, lesi kulit
seropositif terhadap virus HIV
Kontaminasi bakteri
Penyebab:
Kontaminasi pada saat penyumbangan atau persiapan, bakteri endotoksin
melepaskan endotoksin.
Gejala:
Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri abdomen, syok,
hipotensi yang nyata
Cytomegalovirus (CMV)
Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien dengan
imunosupresi berisiko tinggi tertular CMV
Gejala:
Letih, lemah, adenopati, demam derajat rendah
Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum dengan
Hepatitis C daripada hepatitis B
Gejala:
Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah tranfusi, mual,
muntah, ikterus, malaise, kadar enzim hati tinggi
GVHD (Graft versus host desease)
Penyebab:
Limfosit donor yang normal bereproduksi di dalam tubuh resipien yang
mengalami gangguan kekebalan, limfosit menyerang jaringan resipien karena
dianggap sebagai protein asing.
Gejala:
Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati (jaundice, supresi sumsum
tulang)
Intervensi:
Berikan metotresat dan kortikosteroid jika diprogramkan
Pencegahan;
Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan, berikan darah yang telah
dicuci dengan saline jika diprogramkan
Manajemen efek tranfusi
Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh American
Assotiation of Blood Banks adalah:
1. Hentikan tranfusi untuk membatasi jumlah darah yang diinfuskan
2. Beritahu dokter
3. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan infus normal saline
4. Periksa semua label, formulir, dan identifikasi pasien untuk menentukan apakah
pasien menerima darah atau komponen darah yang benar
5. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah
6. Kirimkan sample darah yang diperlukan ke bank darah sesegera mungkin,
bersama-sama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian,
larutan IV yang diberikan, dan semua formulir dan label yang berhubungan.
7. Kirim sampel lainnya (misal urin)
8. Lengkapi laporan institusi atau formulir reaksi tranfusi yang dicurigai
9. Peralatan yang harus disiapkan (obat-obatan seperti: aminophilin,
difenhidramin, hidroklorida, dopamine, epinefrin, heparin, hidrokortison,
furosemid, asetaminofen, aspirin; set oksigenasi; kit kateter foley; botol kultur
darah; cairan IV; selang IV)
J. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi
2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan
3. Label darah yang akan dimasukkan
4. Golongan darah klien
5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)
6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).
K. Persiapan Pasien
1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi yang akan dilakukan
2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang keungkinan terjadi dan
pentingnya melaporkan reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter
3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera
melapor apabila reaksi terjadi
4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk
pemberian tranfusi
5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan dan berikan normal saline
terlebih dahulu
6. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi
A. Persiapan Alat
1. Set pemberian darah
2. Kateter besar (18 G atau 19 G)
3. Cairan IV normal saline (NaCl 0,9 %)
4. Set infus darah dengan filter
5. Produk darah yang tepat
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Kapas alkohol
8. Plester dan gunting
9. Manset tekanan darah
10. Stetoskope
11. Termometer
12. Format persetujuan pemberian tranfusi yang ditandatangani
13. Bengkok
14. Penghangat darah (jika diperlukan)
B. Prosedur kerja
1. Baca status dan data klien untuk memastikan program tranfusi darah
2. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persertujuan tindakan
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Cuci tangan
5. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
6. Perkenalkan nama perawat
7. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
8. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
9. Kaji pernah tidaknya klien menerima tranfusi sebelumnya dan catat reaksi yang
timbul, apabila ada
10. Minta klien untuk melaporkan apabila menggigil, sakit kepala, gatal-gatal, atau
ruam dengan segera
11. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
12. Tanyakan keluhan klien saat ini
13. Jaga privasi klien
14. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
15. Periksa tanda vital klien sebelum memulai tranfusi
16. Kenakan sarung tangan sekali pakai
17. Lakukan pemasangan infuse, apabila belum terpasang dengan menggunakan
kateter berukuran besar ( 18 atau 19 G), apabila sudah terpasang cek apakah set
yang ada bisa digunakan untuk pemberian tranfusi dan cek kepatenan vena
18. Gunakan selang infus yang memiliki filter di dalam selang (apabila selang infus
masih menggunakan selang infuse yang kecil, ganti dengan selang infus untuk
tranfusi yang ukurannya lebih besar)
19. Gantungkan botol normal saline untuk diberikan setelah pemberian darah selesai
20. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta
darah pada saat Anda siap menggunakannya.
21. Bersama seorang perawat lainnya yang telah memiliki lisensi, identifikasi produk
darah yang akan dimasukkan (periksa etiket kompabilitas yang menempel pada
kantong darah dan informasi pada kantong tersebut; untuk darah lengkap, periksa
golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat pada catatan klien; periksa
kembali kesesuaian produk darah yang akan diberikan dengan resep dokter;
periksa data kadaluarsa pada kantong darah; inspeksi darah untuk melihat adanya
bekuan darah; tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang dimiliki
klien)
22. Mulai pemberian tranfusi darah (sebelum darah diberikan, berikan dahulu larutan
normal saline; mulai berikan tranfusi secara perlahan diawali dengan pengisian
filter di dalam selang; atur kecepatan sampai 2 ml/menit untuk 15 menit pertama
dan tetaplah bersama klien. Apabila perawat menjumpai adanya reaksi, segera
hentikan tranfusi, bilas selang dengan normal saline, laporkan pada dokter dan
beritahu bank darah)
23. Monitor tanda vital (ukur setiap 5 menit pada 15 menit pertama, selanjutnya
disesuaikan dengan kebijakan lembaga)
24. Observasi klien untuk melihat adanya reaksi tranfusi
25. Pertahankan kecepatan infus yang diprogramkan dengan menggunakanpompa, jika
perlu
26. Apabila tranfusi sudah selesai, bilas dengan normal saline
27. Bereskan alat, lepas sarung tangan
28. Cuci tangan
29. Kaji respon klien setelah tranfusi diberikan
30. Berikan reinforceament positif pada klien
31. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
32. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan
33. Catat pemberian darah atau produk darah yang diberikan dan respon klien
terhadap terapi darah pada status kesehatan klien
34. Setelah tranfusi selesai, kembalikan kantong darah serta selang ke bank darah

HOME
ABOUT ME

SEPUTAR KITA
Kadangkitamelewatkanhalkecilyangakanberefekbesardalamkehidupan
kita.Teruslahmotivasidiridenganterusberbagi..Karenatanpakitasadari
setiapdetikwaktukitatakakanpernahkembali,jadikanberharga,jadikan
bermanfaat.
Referat Transfusi Darah
26 December 2011 by isnanos Leave a comment

PEMBAHASAN

1.DARAH

Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah.


Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai
pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein
pengangkut oksigen.

1.1. KOMPONEN DARAH

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang


membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan
dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang
dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk
medium cairan darah yang disebut plasma darah.

Korpuskula darah terdiri dari:

1. Seldarahmerahataueritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan


tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit
mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel
darah merah juga berperan dalam penentuan golongan
darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta
sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.
Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan
penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari.

1. Kepingkepingdarahatautrombosit (0,6 1,0%)


Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan
darah. Normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm

1. Seldarahputihatauleukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan


bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap
asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.
Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk Fagosit
(pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk
adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit menderita
penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan
leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah sel pada
orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc
darah.Plasma darah adalah bagian yang tidak mengandung
sel darah. Komposisi plasma darah :

1. Air
2. Protein

Protein plasma terdiri dari :

1. Albumin ( 57% )

-Menjaga tekanan osmotik koloid

2. Globulin ( 40% )

-Terdiri dari 1, 2, , globulin.

-Berperan dlm kekebalan tubuh.

-Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan


reaksinya bermacam-macam:

1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen (Presipitin)

2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen (Lisin)


3. Antibodi yang dapat menawarkan racun (Antitoksin)

3. Fibrinogen ( 3% )

-Mengandung faktor-faktor koagulasi

Serum adalah cairan berwarna kuning supernatan yg


terdapat pada darah yg mengalami koagulasi. Serum tidak
mengandung fibrinogen, faktor koagulasi ( f. II, f.V , f. VIII ).

1.2. FUNGSI DARAH

Fungsi Umum Darah adalah :


1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida,
sampah dan air)
2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

2. TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau


komponennya ke dalam sistim pembuluh darah seseorang.
Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh

seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel


darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang
bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah
yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak
mencukupi.

Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan


utama berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan
transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang
disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain.
Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan
berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit
beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan
kembali ke pasien.

2.1 TUJUAN TRANSFUSI DARAH

Tujuan dari transfusi darah atara lain :

1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah


pembedahan, trauma).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk
mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi
(misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol
perdarahan pada pasien hemofilia).
4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.

2.2 INDIKASI TRANSFUSI DARAH

Dalam pedoman WHO disebutkan :


1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah
pengganti yang hilang/kurang.

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi


darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan
dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah
merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang
mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi
transfusi darah dan komponen-konponennya adalah :

1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului


penggantian volume dengan cairan.
2. Anemia kronis.
3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi
komponen.
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia.
5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi
dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu,
setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan
transfusi jika Hb<8 gr/dl.

2.3. JENIS TRANSFUSI DARAH

Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit,


darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan
faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong
darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml.
Dapat bertahan dalam suhu 42C. Darah lengkap berguna
untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara
bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht meningkat 3-
4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah
lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan.
Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang
diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti
dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.

Indikasi :

1. Penggantian volume pada pasien dengan syok


hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan
lebih dari 25% dari volume darah total.

Rumus kebutuhan whole blood

6 x Hb (Hb normal -Hb


pasien) x BB

Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :

1. Darah Segar

Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam


sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar
ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor
labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.
Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena
untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi
diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
penyakit relatif banyak.

1. Darah Baru

Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari


sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah
hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar
kalium, amonia, dan asam laktat.

1. Darah Simpan

Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.


Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya
penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang
kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan
VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh
eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb
terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas
ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3
DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.

Sel darah merah


Packed red cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran


plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa
sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung
kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan
42C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.
(3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit


yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-
komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam
pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,
leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian
transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan
dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di
atas 8 g%.

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC


4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5
%. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2
mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang
diketahui.

Kebutuhan darah (ml) :

3 x Hb (Hb normal -Hb


pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini


Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien
tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan
menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit


2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overloadberkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien
lain.

Indikasi: :

1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari


1000 ml.
2. Hemoglobin <8 gr/dl.
3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit
utama : (misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik)
4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

Dapat disebutkan bahwa :

Hbsekitar5adalahCRITICAL

Hbsekitar8adalahTOLERABLE

Hbsekitar10adalahOPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan


dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL

1. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah


Merah Pekat Beku yang Dicuci)

Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi


terhadap sel darah merah yang menetap.

1. Washed red cell


Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-
3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna
untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma.
Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder
yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek
(4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired
hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3) Untuk
penderita yang alergi terhadap protein plasma

1. Darah merah pekat miskin leukosit

Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 42C, berguna


untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering
memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk
mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)

White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti


PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam
volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan
darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa
menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi,
berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.

Indikasi :

Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik


(khususnya untuk pasien dengan kultur darah positif, demam
persisten /38,3 C dan granulositopenia).

Suspensi trombosit

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus


perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit.
Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat
menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada
penderita. (3)Transfusi trombosit terbukti bermanfaat
menghentikan perdarahan karena trombositopenia.
Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai
dengan 3 hari.(2)

Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :

1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar


dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3.
Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia
sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor
ganas.
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia
maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian
suspensi trombosit prabedah.

Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x
0.3

Macam sediaan:

1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma


dari darah segar. Penyimpanan 34C sebaiknya 24 jam.

1. Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan


suhu simpan 202C. Berguna untuk meningkatkan jumlah
trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata
5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil,
demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6)
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi)
lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan
yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian
memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa
Platelet Poor Plasma. Masa simpan 48-72 jam.(3)

Plasma

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari


sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan
protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic
syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan
memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma
seperti globulin.(3)

Macam sediaan plasma adalah:

1. Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada


pembuatan packed red cell.

1. Plasma kering (lyoplylized plasma)

Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih


tahan lama (3 tahun).

1. Fresh Frozen Plasma

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan


langsung dibekukan pada suhu -60C. Pemakaian yang paling
baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis). (3)

Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan,


dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18C atau lebih
rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk
meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan
pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6
jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP)
mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan),
terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah
transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati
pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat
menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-
3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak
diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu
sesuai suhu tubuh.

Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP


dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia,
karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.

Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,


hipervolemia.

Indikasi :

Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)

Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila


terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.

Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang


abnormal setelah transfusi massif

Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi


faktor pembekuan

1. Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor


VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen.
Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan
karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita
hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena
langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera
setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan
pada suhu kamar. (2)

Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1


tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan.
Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml)
mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen,
faktor von wilebrand, faktor XIII

Indikasi :

Hemophilia A

Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi

Penyakit von wilebrand

Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x Hb (Hb normal -Hb


pasien) x BB

1. Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan


fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam
pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20%
100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama
dengan 400 ml plasma biasa

Rumus Kebutuhan Albumin

albumin x
BB x 0.8
2.4 GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu


individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling
penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

Sistem ABO

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan


jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya,
sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah


merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah A hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A atau O.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B
pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B atau O
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah
merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan
antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien
universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak
dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah
tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A
dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut donoruniversal. Namun, orang
dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari
sesama O
Sistem Rhesus

Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel


darah merah kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-
pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum yang didapat
ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh
yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh
Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan
dalam darah manusia.

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah


manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu :

1.Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor


Rh pada permukaan sel darah merahnya

2.Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat


faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya

Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan


Rh(+) atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa
menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah
Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana
tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan
darah seseorang.

Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah


harus memenuhi syarat sebagai berikut:[1]

1. calon donor harus berusia 17-60 tahun,


2. berat badan minimal 50 kg
3. kadar hemoglobin >12,5 gr%
4. tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).
5. Nadi 30-100x/menit teratur
6. menandatangani formulir pendaftaranan
7. tidak mengalami gangguan pada pembeku darah
8. lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin,
golongan darah, dan pemeriksaan oleh dokter
9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon
donor tidak boleh dalam kondisi atau menderita sakit seperti
alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus, epilepsi, atau
kelompok masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta
mengalami sakit seperti demam atau influensa; baru saja
dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima
transfusi kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum
setahun menato, menindik, atau akupunktur; hamil; atau
sedang menyusui.

Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya.


Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan
contoh darahnya diperiksa untuk mengetahui adanya anemia.

Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan


tertentu yang menyebabkan darah mereka tidak memenuhi
syarat untuk disumbangkan.
Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker
(kecuali bentuk tertentu misalnya kanker kulit yang
terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan
perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus
AIDS.

Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja


dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan
darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk
sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya
syarat untuk menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak
diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali
setiap 2 bulan.

Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah


adalah aman.
Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam,
pengambilan darahnya sendiri hanya membutuhkan waktu
10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum
dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.

Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter.


Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik
yang sudah mengandung bahan pengawet dan komponen
anti pembekuan.

Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa


untuk mencari adanya penyakit infeksi seperti
AIDS, hepatitisvirus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat
digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan
tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan darah
yang jarang), sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan
sampai selama 10 tahun.

Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien


dapat berbahaya, maka darah yang disumbangkan, secara
rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A,
B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan
pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi,
pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan
darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini
disebut crossmatching.

Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan


sesuai atau tidak sesuainya darah donor dengan darah
resipien. Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.

Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:

1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor


(aglutinongen donor) dengan serum resipien (aglutinin
resipien)
2. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien
(aglutinongen resipien) dengan serum donor (aglutinin
donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor


tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan
bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor
menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan
hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak
sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak
dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu

Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi,


sedangkan dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi,
maka Crossmatch minor harus diulangi dengan
menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila
pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan
aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan
dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila
pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan
menghasilkan aglutinasi, maka darah donor
itu tidak dapat ditransfusikan.

2.5 PROSES TRANSFUSI DARAH

1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien


pernah mendapatkan transfusi sebelumnya dan catatan
reaksi ,jika ada.
2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil,
sakit kepala, gatal dan kemerahan dengan segera.
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format
persetujuan / informed concern.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
5. Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau
19-G).
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan
wadah larutan NaCl 0,9% untuk diberikan setelah
menginfuskan/ pemberian transfusi darah.
7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah
dari bank darah. Minta darah bila anda telah siap
menggunakannya.
8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran
produk darah dan klien :
1. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong
darah dan informasi pada kantong itu sendiri.
2. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan
tipe RH pada catatan klien.
3. Periksa ulang produk darah dengan pesanan
dokter.
4. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.
5. Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan
darah.
6. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan
dengan gelang tangannya/gelang nama.
7. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien.
8. Mulai untuk mentransfusikan darah :
1. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal
saline.
2. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan
pertama pada filter.
3. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15
menit pertama transfusi dan tetap bersama klien. Jika
ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik
jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu
dokter dan bank darah.
4. Monitor tanda-tanda vital :
1. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit
selama 15 menit pertama transfusi dan setiap jam untuk
yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.
2. Observasi klien terhadap adanya
kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik merah di
kulit.

12 Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.


13. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek
samping transfusi.

14. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan


yang digunakan mengikuti kebijakan rumah sakit / institusi.

Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong


plastik dan selangnya ke bank darah.

2.6 REAKSI TRANSFUSI DAN PENCEGAHANNYA

Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :

I. Reaksi imunologi

II. Reaksi non imunologi

I. REAKSI IMUNOLOGI

A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK

Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang


terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu diantara dua
puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.

Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa
terjadi dengan cara reaksi transfusi hemolitik segera dan
reaksi transfusi hemolitik lambat

Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai


pelaksana, misalnya salah memasang label atau membaca
label pada botol darah.

Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas,


kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala,
nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal,
takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang
tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita
yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan
memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah
dan lain-lain.

Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi,


hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba
meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.

Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena


dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan
jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan ialah :

1. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena


kemudian diikuti pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.
2. Furosemid

Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer


laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila volume darah
sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor.
Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria
yang menetap perlu tindakan dialysis.

B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK

1. Reaksi transfusi febrile

Tanda-tandanya adalah sebagai berikut : Menggigil, panas,


nyeri kepala, nyeri otot, mual.

2. Reaksi alergi

a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing


pada darah transfusi.

b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-


gatal. Biasanya muka penderita sembab.

Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi


harus disetop.
II. REAKASI NON IMUNOLOGI

a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.

b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi

c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-


Barr parasit serta bakteri.

e. AIDS

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama


transfusi, dilakukan beberapa tindakan pencegahan. Setelah
diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang
ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah
tersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada
resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit
darah.

Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi


dalam15 menit pertama, , maka pada awal prosedur, resipien
harus diawasi secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit
dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus
dihentikan.

Share this:
Twitter

Facebook39

Related

Refrat Terapi Cairan

Referat Rhinitis Non Alergi


TIPS LANCAR JALANI PUASA

Categories:Kedokteran|Permalink.

Leave a Reply

Post navigation
Previous Post

Next Post

Search

ARCHIVES
January 2016
April 2015
October 2014
September 2014
August 2014
June 2014
May 2014
April 2014
March 2014
February 2014
July 2013
June 2013
May 2013
January 2013
October 2012
September 2012
August 2012
July 2012
June 2012
March 2012
February 2012
January 2012
December 2011
November 2011
META
Register
Log in

Create a free website or blog at WordPress.com.

Top

Follow

Anda mungkin juga menyukai