Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterbatasan dari sisi dana merupakan salah satu dari faktor yang menyebabkan

perusahaan-perusahaan kurang dapat menajalankan bisnisnya secara efektif dalam

memajukan perusahaan. Fakta ini menuntut pihak manajemen untuk melakukan penentuan

dan valuasi apakah tambahan modal dilakukan dengan cara utang atau dilakukan dengan

menambah jumlah penyertaan saham melalui penerbitan saham baru. Jika pilihan kedua

yang dipilih, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk

memperolehnya, antara lain dengan menjual kepada pemegang saham yang sudah ada,

menjual kepada karyawan lewat ESOP (employee stock ownership plan), menambah

saham lewat deviden yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan), menjual langsung

kepada pemilik tunggal (biasanya investor institusi) secara privat (private placement), atau

menawarkan kepada public. 1

Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa efek

disebut go public. Dalam proses go public, sebelum saham dapat diperdagangkan di pasar

sekunder (bursa efek), terlebih dahulu harus ditentukan harga saham yang akan ditawarkan di

pasar perdana (initial public offering). Namun harga saham yang ditentukan berdasarkan

kesepakatan antara emiten (issuer) dengan underwriter pada saat IPO (initial public offering)

sering kali terjadi perbedaan harga saham ketika diperdagangkan di bursa efek, harga saham

1 H.M Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan An1alisis Investasi. BPFE Yogyakarta. Edisi Kelima
2

saat IPO cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan harga saham di bursa efek pada

hari pertama (closing price), fenomena ini disebut underpricing atau out performed.2

Kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena

dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Sebaliknya jika terjadi overpricing, maka

investor akan merugi, karena mereka tidak menerima initial return (return awal) dari

investasi mereka. Initial return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena

perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang

bersangkutan di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar

meminimalisasikan situasi underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan

transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor. 3

Underpricing merupakan fenomena atau gejala umum yang pasti terjadi di setiap pasar

modal. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh

investor untuk menilai perusahaan yang akan go public. Pada proses penilaian perusahaan

terjadinya asimetris informasi antara calon investor dan kondisi perusahaan. Asimetris

informasi terjadi karena salah satu pihak dinilai memiliki informasi yang lebih banyak

daripada pihak yang lainnya. Untuk mengurangi terjadinya asimetris informasi perusahaan

cenderung memilih Kantor Akuntan Publik yang memiliki reputasi baik agar laporan

keuangan dapat lebih dipercaya.

Banyaknya underpricing pada perusahaan yang pertama kalinya melakukan IPO

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah financial leverage. Financial leverage

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang

2 Ritter. J.R. The Long-Run Performance of Initial Public Offering, The Journal of Finance, Volume XLVI Nomor 1,
1991.

3 Beatty, Randolph P. Auditor Reputation and the Pricing of Initial public Offering, Journal of Financial economic, Vol.15, 1989.
3

dimilikinya. Apabila financial leverage tinggi, menunjukkan risiko suatu perusahaan yang

tinggi pula. Para investor dalam melakukan keputusan investasi, tentu akan

mempertimbangkan informasi financial leverage sehingga menghindarkan penilaian harga

saham perdana terlalu tinggi yang menyebabkan terjadinya underpricing.

Kegiatan pasar modal merupakan kegiatan yang akan terus berjalan sampai masa

mendatang, karena itu teori teori baru diperlukan untuk menilai suatu faktor yang

mempengaruhi investor dalam membeli saham. Oleh karena itu, teori tentang faktor-faktor

pengaruh underpricing yang didasarkan pada penelitian sangat relevan dengan

perkembangan saat ini dan bahkan dimasa mendatang. Banyaknya variabel dalam menilai

pengaruh underpricng pasca IPO membuat penulis tertarik mengambil sebuah masalah

dengan judul Analisis Financial Leverage Terhadap Underpricing Saham Pasca Initial

Public Offering di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2014

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena bertujuan untuk

mempermudah pelaksanaan penelitian sehingga penelitian dapat terarah dan dapat

memberikan gambaran secara umum mengenai masalah yang akan diteliti serta dapat

mencapai sasaran penelitian yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas ,maka penulis dapat merumuskan

pemasalahan yang diangkat yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap underpricing saham pada perusahaan

yang melakukan IPO?


C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
4

Tujuan Penulisan :

1. Mengetahui tingkat underpricing saham pasca IPO di BEI pada tahun 2013 - 2014.
2. Menganalisis pengaruh Financial Leverage terhadap tingkat underpricing saham pada

perusahaan yang melakukan IPO di BEI.

Manfaat Penulisan :

1. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan informasi kepada investor dan calon

investor dalam melakukan strategi investasi di pasar modal, sehingga dapat mengambil

keputusan investasi yang efektif dimana dapat mendatangkan keuntungan.

2. Bagi Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan, khususnya yang

berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi apabila ingin melakukan intital public

offering agar tidak dirugikan dan memperoleh harga yang optimal.


5

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENULISAN

A. Kajian Teoritis

1. Pasar Modal

a. Pengertian Pasar Modal

Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri

(stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public

authorities) maupun oleh perushaan swasta (private sectors). Dengan demikian, pasar

modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market).

Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik

dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik yang berupa negotiable maupun yang

berupa non negotiabel.4

b. Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal masuk kedalam dua kategori, yaitu:5

1) Instrumen Utang

Obligasi adalah bukti pengakuan utang dalam perusahaan. Obligasi dapat

dibedakan dalam beberapa jenis tergantung sudut mana kita melihatnya apakah dari

sudut pandang pengalihannya, jangka waktu, ataukah dari sudut jaminan atas

obligasi, dan bunga yang dibayarkan.

2) Instrumen Penyertaan

4 Marzuki Usman, Singgih Pirhat, Syahrir Ika. Pengetahuan Dasar Pasar Modal. 1997 Hlm 11

5 Ibid., Hlm 101


6

Saham adalah bukti pernyertaan modal dalam perusahaan.

2. Saham (stocks)

a. Pengertian Saham

Saham adalah bukti pernyertaan modal dalam perusahaan. Pemegang saham adalah

pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan

operasi perusahaan. Saham biasa dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas,

atau cukup disebut ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah

perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal

dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan

perusahaan dan pembagian keuntungan.6

Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para pemegang

saham berhak menentukan menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh

deviden yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang sahampun turut

menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut.

Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sebagai bukti

kepemilikan atas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat sahamnya.7

b. Jenis-Jenis Saham.8

1). Saham biasa (common stocks)

6 Bodie, Kane, Marcus, Investasi. Terjemahan Dalimunte. 2006, hlm 59

7 Simamora, Bilson. Riset Pemasaran, 2004 Hlm 408

8 Tjiptono Darmadji, Hendry M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, 2001: hlm 6
7

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian

dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut

dilikuiditasi.

2) Saham preferen (prefered stock)

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai karakteristik gabungan antara

saham biasa dan obligasi, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga

obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki

investor.

c. Kategori Saham Berdasarkan Kinerja

Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas:9

1) Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memuliki reputasi

tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten dalam mebayar deviden.


2) Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar

deviden lebih tinggi dari rata darat dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3) Growth Stocks, yaitu saham saham dari emiten yang memilki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi, sebagai keader industri sejenis yang memiliki reputasi

tinggi.
4) Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten

memeperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan

penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti.


5) Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi

makro maupun situasi bisnis secara umum.

3. Initial Public Offering

9 Ibid, Hlm 7
8

Di pasar perdana, saham untuk pertama kalinya ditawarkan kepada investor publik

atau masyarakat luas biasa disebut sebagai penawaran umum perdana (initial public

offering).10 go public merupakan salah satu pilihan yang diterapkan oleh perusahaan untuk

memperoleh tambahan dana dalam rangka membiayai ekspansi usaha. Berdasarkan

panduan go public yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, perusahaan yang

melakukan go public dapat memperoleh beberapa manfaat, antara lain:

1) Memperoleh sumber pendanaan baru

Dengan menjadi perusahaan publik kendala dapat diselesaikan, dengan:

a) Mempermudah akses kepada perbankan.


b) Mempermudah akses kepada perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui

penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.


2) Memberikan competitive advantage untuk pengembangan usaha, antara lain:
a) Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesempatan untuk mengajak

para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pernbeli (buyer) untuk turut

menjadi pemegang saham perusahaan.


b) Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk

dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, pelayanan kepada

pelanggan ataupun kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek

pengawasan.
3) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiyaan melalui penerbitan

saham baru.
4) Peningkatan kemampuan going concern, Kemampuan going concern bagi perusahaan

adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun terrnasuk dalam

kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya

kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di antara para

pernegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar.
10 Aduardus, Tandelilin. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, 2010, hlm 74
9

5) Meningkatkan citra perusahaan

Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan

komunitas keuangan yang membuat perusahaan tersebut mendapat publikasi secara

cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya.

6) Meningkatkan nilai perusahaan

4. Underpricing Saham

Underpricing diidentifikasikan sebagai suatu keadaan dimana nilai saham yang

diperdagangkan di pasar saham perdana lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan

di pasar sekunder. Underpricing merupakan adanya selisih positif antara harga saham di

pasar sekunder dengan harga saham dipasar perdana atau saat IPO. 11 Hal ini merupakan

fenomena yang sangat sering dijumpai dalam initial public offering. Underpricing

disebabkan oleh perbedaan kepentingan dari pihak pihak yang yang tekait dalam

penawaran saham perdana.

Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara

perusahaan emiten dengan penjamin emisi efek (underwriter). Sebagai pihak yang

membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter

sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko yang ditanggungnya. Upaya

yang dilakukan adalah dengan bernegosiasi dengan emiten agar saham tersebut tidak

terlalu tinggi harganya, bahkan cenderung underpriced.

Secara umum tingkat underpricing pada IPO lebih tinggi di pasar saham negara

berkembang dibandingkan dengan di pasar saham negara. Salah satu penyebab lebih

tingginya tingkat underpricing di negara berkembang adalah karena faktor kepemilikan

11 Yolana, Dwi Martini. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun
1994-2001, Jurnal SNA 2005.
10

yang cenderung terkonsentrasi. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat

meminimalisasi underpricing karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer

kemakmuran dari pemilik kepada para investor. Sebaliknya, bila terjadi overpricing, maka

investor akan merugi karena tidak menerima initial return.

Menurut Kunz dan Aggarwal dalam Takarini dan Kustini12 menyatakan rumus underpricing

adalah sebagai berikut:

Underpricing Harga Penutupan di pasar sekunder Harga Penawaran Perdana

Saham Harga Penawaran Perdana

5. Financial Leverage.
a. Pengertian Financial Leverage

Pengertian Financial Leverage yaitu penggunaan sumber dana yang memiliki

beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih

besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia

bagi pemegang saham.13 Financial leverage terjadi pada saat perusahaan mengunakan

sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahanan mengunakan hutang,

maka perusahaan harus membayar bunga. Bunga ini harus dibayar, berapa pun

keuntungan operasi perusahaan. bagi perusahaan yang menggunakan hutang, mereka

tentu berharap untuk bisa memperoleh laba operasi dari penggunaan hutang tersebut

yang lebih besar dari biaya bunganya.14

12 Kunz,R.M. dan Aqqarwal,R, 1994, why initial public offerings are underpriced : Evidence from switzerland,
Journal or Banking and Finance

13 Sartono, Agus. Manajemen Keuangan. 2008, Hlm 263

14 Dr Suad Husnan, M.B.A. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). 1997
11

b. Tinjauan Mengenai Analisa Financial Leverage

Leverage financial menyangkut penggunaan dana yang diperoleh dari hutang atau

mengeluarkan saham preferen. Penggunaan dana tersebut menimbulkan biaya tetap

yaitu bunga atau deviden. Apabila semua dana perusahaan merupakan berasal dari

modal sendiri, maka perusahaan tidak terikat dan berhak dengan kewajiban tetap untuk

membayar uang atau kas secara periodik. Bunga dan deviden saham preferen

merupakan biaya tetap financial yang harus dibayar tanpa memperdulikan tingkat laba

perusahaan. 4Pada penambahan biaya tetap financial akan meningkatkan ketidakpastian

tingkat return bersih yang diterima para pemegang saham biasa.

Leverage yang menguntungkan (favorable) terjadi apabila perusahaan memperoleh

keuntungan lebih besar dari dana yang dibeli tadi daripada biaya tetap penggunaan

dana tersebut. Leverage yang negatif (unfavorable) terjadi apabila keuntungan dari

penggunaan dana tersebut tidak cukup besar untuk menutup biaya dana tersebut.

Menguntungkan tidaknya financial leverage atau biasa disebut juga sebagai trading on

equity, dilihat dari pengaruhnya terhadap laba per lembar saham biasa.

c. Rasio Rasio Leverage

Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan mengunakan hutang. Beberapa analisis

mengunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban keuangannya.

Rasio yang mungkin dipergunakan pada financial leverage adalah:

1) Debt to Equity Ratio


12

Rasio ini menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.15

Financial leverage diukur melalui debt to equity ratio sehingga dapat diketahui

pengunaan hutang dibandingkan ekuitas. Dinyatakan dalam rasio:

total debt
financial leverage =
total equity

6. Penelitian Terdahulu

Tujuan dari pengambilan judul analisis financial leverage terhadap underpricing

saham pasca initial public offering adalah karena adanya ketidakkonsistenan hasil

penelitian sehingga perlu dilakukan penelitian kembali untuk melihat apakah financial

leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing saham.

Ketidakkonsistenan tersebut dapat dilihat dari penelitian terdahulu diantaranya:

a. Pada penelitian Helen Sulistio yang melakukan penelitian tentang pengaruh informasi

akuntansi dan non akuntansi terhadap initial return perusahaan yang melakukan IPO.

Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tingkat leverage berpengaruh negatif

signifikan terhadap intial return pada perusahaan yang mengalami underpricing.


b. Pada penelitian Daljono berhasil membuktikan bahwa initial return pada perusahaan

yang mengalami underpricing dipengaruh oleh reputasi underwriter dan financial

leverage.
c. Menurut Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur dengan judul Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa menemukan bahwa variabel

reputasi underwriter serta variabel financial leverage berpengaruh signifikan negatif

terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 10%.


B. Kerangka Berfikir
Pengetahuan akan variabel yang mempengaruhi underpricing saham dapat membantu

investor dalam melakukan strategi investasi yang mendatangkan keuntungan, adapun manfaat

15 Ibid 561
13

yang diterima oleh pihak emiten berupa pertimbangan keterbukaan laporan keuangan sebelum

melakukan IPO di BEI.


Berdasarkan uraian diatas penulis menetapkan kerangka berfikir sebagai berikut:

Underpricing Saham Financial Leverage

Gambar II.1

Kerangka pemikiran teoritis

Semakin besar nilai financial leverage atau DER menandakan struktur permodalan usaha

lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER

mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung

menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi 16. Dengan demikian semakin

tinggi DER maka semakin kecil pula tingkat underpricingnya.

Dari kerangka berfikir dan kajian teori diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Financial leverage berpengaruh negatif terhadap underpricing.

C. Metodologi Penulisan

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat

dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah dengan alat bantu yang berhubungan

dengan statistik dan matematika sehingga keputusan yang dihasilkan dapat

dipertanggungjawabkan. Analisa data kuantitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

data - data yang sudah ada kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam bentuk tabel,

grafik, dan dibuat analisis agar dapat ditarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Untuk mempermudah dalam menganalisis penulis mempergunakan Ms. Excel

sebagai alat bantu dalam penelitian.

16 Ang, Robert. 1997. Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Mediasoft Indonesia,1997
14

1. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penulis melakukan penelitian melalui situs www.idx.co.id, www.sahamok.com yahoo

finance dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

2. Metode.

a. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Dengan sumber

penelitian yang digunakan berupa data sekunder, data daftar perusahaan yang

melakukan IPO diperoleh melalui www.sahamok.com data harga saham perdana

perusahaan diperoleh melalui www.idx.co.id, dan ICMD dan data harga saham

perusahaan di pasar sekunder diperoleh melalui yahoo finance . Objek penelitian adalah

perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2013 sampai tahun 2014 di BEI. Penarikan

sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengumpulan

sampel dengan pertimbangan tertentu.

b. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa:

1) Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa masa

lalu yang dapat berupa catatan atau laporan keuangan yang dipublikasihkan oleh

perusahaan go public di BEI. Dokumentasi data diperoleh melalui situs

www.idx.co.id, yahoo finance, www.sahamok.com dan Indonesia Capital Market

Directory (ICMD)

2) Studi Pustaka

Tahap studi pustaka yang dilakukan oleh penulis dalam pengumpulan data yakni

dari jurnal akuntansi, serta buku buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
15

c. Teknik Analisis Data.

1) Analisis Model Regresi Linear Sederhana.

Analisis regresi adalah teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan

memodelkan hubungan di antara variabel-variabel. Secara umum ada dua macam

hubungan antara dua atau lebih variabel yaitu bentuk hubungan dan keeratan

hubungan. Bentuk hubungan inilah yang digunakan dalam analisis regresi. Terapan

regresi dalam berbagai bidang tersebut pada umumnya dikaitkan dengan studi

ketergantungan suatu variabel (variabel tak bebas) pada variabel lainnya (variabel

bebas). Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

Y = a + bX

Dimana:

Y = Tingkat underprcing saham di BEI

a = Koefisien konstanta

b = Koefisien regresi variabel independen

X = Financial leverage

2). Uji Asumsi Klasik.

Agar hasil penelitian yang dilakukan dapat diterima, maka perlu dilakukan

asumsi klasik, yaitu uji normalitas dan uji linieritas

a) Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

bebas dan variabel terikat keduanya memiliki dis1tribusi normal atau tidak.

3). Statistics Descriptif


16

Statistik Deskriptif adalah jenis statistik yang menganalisis data populasi dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, dan tanpa

membuat kesimpulan yang berlaku umum.

4) Uji T (Uji koefisien regresi sederhana)

Uji T dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

independen secara parsial dalam menerangkan pengaruh terhadap variabel

dependen. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap tingkat underpricing begitu sebaliknya.

Hipotesa untuk signifikasi:

Ho : Ada pengaruh secara signifikan antara financial leverage dan underpricing

saham

Ha : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara financial leverage dan

underpricing saham

Agar hipotesa dapat ditentukan dengan baik maka diperlukan kriteria dalam

pengujian hipotesa, yaitu :

Terima Ho, jika t hitung t tabel

Tolak Ha, jika t hitung > t tabel

Anda mungkin juga menyukai