BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di desa Ngasem kecamatan Ngasem
1.3.2 Tujuan khusus
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat
1.4 Manfaat
Meningkatkan kebersihan lingkungan
Memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi
Sebagai landasan menuju ODF (Open Defecation Free)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda
dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah
pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan-persyaratan jamban sehat seperti telah
diuraikan di atas, juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan.
Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain: jamban cemplung
berventilasi, jamban empang, jamban pupuk, dan septic tank.
Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di jawa. Tetapi sering
dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa
tutup. Sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bias dihindari. Disamping itu karena
tidak ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh oleh air. Hal lain
yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak boleh terlalu dalam.
Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar
antara 1,5-3 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat
dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari
sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
Jenis jamban kedua ialah jamban cemplung berventilasi, jamban ini hampir sama
dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk
daerah pedesaan, pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.
Jenis jamban ketiga adalah jamban empang. Jamban ini dibangun diatas empang ikan.
Didalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,
demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah
tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat
(menghasilkan ikan).
Keempat yaitu jamban pupuk. Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung,
hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran
binatang dan sampah daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai beriku: mula-mula membuat
jamban cemplung biasa, di lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan, diatasnya
ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari, setelah kira-kira 20 inchi,
ditutup lagi dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. Demikian seterusnya
sampai penuh, setelah penuh ditimbun tanah dan membuat jamban baru. Lebih kurang 6
bulan kemudian dipergunakan sebagai pupuk tanaman.
Terakhir jenis jamban septic tank. Jamban ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank
terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dan tinja masuk dan mengalami dekomposisi.
Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan
mengalami 2 proses, yakni proses kimiawi dan proses biologis. Pada proses kimiawi, akibat
penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan
mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama
dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan
air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfunsi mempertahankan suasana
anaerob dari cairan dibawahnya, yang akan berfungsi pada proses berikutnya, sedangkan
pada proses biologis terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas
dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic
tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian
tinja dan mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar
melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
2.4 Bagian Bagian Jamban Sehat
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu : 1) bangunan bagian
atas disebut rumah jamban, 2) bangunan bagian tengah disebut slab atau dudukan jamban, 3)
bangunan bagian bawah disebut penampung tinja.
1. Bangunan bagian atas (Rumah Jamban)
Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka dan dinding. Namun dalam
prakteknya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan dari
masyarakat daeah tesebut
- Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar matahari,
angin dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng dan lain-lain.
- Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari bambu,
kayu dan lain-lain.
- Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan privasi dan
perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari daun, gedek/anyaman
bambu, batu bata, seng, kayu dan lain-lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian atas
o Sirkulasi udara yang cukup
o Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim panas dan hujan
o Kemudahan akses di malam hari
o Bangunan menghindarkan penggunan terlihat dari luar/ pandangan dari luar
o Disarankan untuk menggunakan bahan local
o Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk mmencuci
tangan.
2. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban)
- Slab menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Slab
dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-
bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu,
beton, bamboo dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
- Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu pembersih atau air.
Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan
mengurangi bau, mengurangi kadar kelembaban dan membuatnya tidak
menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan
untuk mencuci tangan dan membersihkan bagian yang lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah
o Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga
atau binatang lain
o Dudukan jamban/slab penutup dibuat dengan memperhatikan keamanan
pengguna (tidak licin, runtuh, dan terperosok ke dalam lubang penampungan
tinja, dsb)
o Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang tidak sedap
yang berasal dari tinja dalam lubang penampungan
o Mudah dibersihkan dan dipelihara
o Diutamakan menggunakan bahan lokal
o Ventilasi udara cukup
3. Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi,
lingkaran/bundar atau empat persegi panjang sesuai dengan kondisi tanah.
Kedalaman bergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim
hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya
atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring
beton, dan lain-lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah
o Ketinggian muka air tanah
o Daya resap tanah (jenis tanah)
o Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadapa
sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)
o Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
o Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/ kapasitas)
o Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal
o Bangunan permanen yang dilengkapi dengan manhole
BAB III
METODE MINI PROJECT
Dari Gerakan Jamban Sehat yang telah dilakukan di Desa Selat Mendaun didapatkan
bahwa latar belakang masyarakat yang sebagian besar masih memiliki tingkat kesadaran akan
memiliki jamban sehat merupakan hal yang penting demi meningkatkan kesehatan da
mengurangi resiko meningkatnya kejadian berbagai penyakit terutama diare, dan banyaknya
dari warga masyarakat Dusun I Selat Mendaun yang bekerja di luar negeri pergi
meninggalkan rumah dalam waktu yang lama sehingga merasa tidak perlu memiliki jamban
sehat permanen di rumah dikarenakan akan jarang menggunakannya. Dengan adanya
kegiatan ini masyarakat dapat lebih memahami pentingnya memiliki jamban sehat yang
memenuhi kriteria di rumah. Sehingga jamban yang ada dapat benar-benar memutus suatu
mata rantai penyakit. Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan suatu landasan untuk menuju
masyarakat Desa Selat Mendaun ODF.
Saran dari kegiatan ini adalah semoga kegiatan ini dapat dilanjutkan hingga
tercapainya deklarasi desa Ngasem ODF untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerjasama yang
baik antara tenaga kesehatan dan perangkat desa serta masyarakat yang belum memiliki
jamban sehat. Dan semoga kegiatan-kegiatan serupa yang bertujuan membuat masyarakat
ODF dapat dilaksanakan di seluruh desa Selat Mendaun sehingga dapat mewujudkan Desa
Selat Mendaun ODF dan selanjutnya menuju sanitasi total.
Mengetahui,
Dokter Pendamping Dokter Internsip,