Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seperti yang kita ketahui, kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu
perusahaan menentukan baik tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut.
Kemampuan seseorang sangat bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi, kapasitas
fisiologis, psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan aktivitas yang
dilakukan tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang harus dihadapi.
Namun, potensi bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja,
peralatan kerja yang canggih, beban kerja yang berat akan mengakibatkan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat menyebabkan kecacatan, bahkan mungkin kematian. Oleh karena itu,
antisipasi terhadap potensi bahaya tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin.
Sebagai salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang sarat dengan muatan Hak
Asasi Manusia (HAM) termasuk salah satu syarat dalam memenuhi tuntutan globalisasi dunia
sehingga K3 perlu mendapat perhatian kita untuk lebih dimasyarakatkan kepada seluruh
dunia usaha dan unsur terkait lainnya. Pengembangan dan peningkatan K3 di sektor
kesehatan perlu dilakukan dalam rangka menekan serendah mungkin resiko penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Hal tersebut perlu didukung dengan tenaga kerja yang
kompeten. Oleh karena itu, disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Dasar Hukum


Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha demi
tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada beberapa
landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba,
psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi dokter
perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi paramedic
perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam
penyelanggaraan keselamatan kerja
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang mengelola
makanan bagi tenaga kerja
O. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat kerja.

1.3 PROFIL PERUSAHAAN


?
? - Alamat Perusahaan :
? Jl. Pulogadung No.4, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur
?
? - Jumlah dan Status Pegawai Perusahaan : Jumlah total pegawai perusahaan adalah 234
orang, yang terdiri dari 19 karyawan wanita dan 215 karyawa pria.
?
-Sektor Perusahaan:
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ALKA adalah
menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, perwakilan atau keagenan,
pemborong (kontraktor), industri manufakturing dan fabrikasi, pengolahan barang-barang
dari logam dan aluminium.
?
? -Jam Kerja: Pukul 08.00 16.00 (Senin Jumat), terdapat 3 shift yaitu:
00.00 08.00
08.00 16.00
16.00 00.00
Overtime : long shit (as needed)
Sabtu Minggu : day shift ( 1 shift)

? -Asuransi Pegawai: Karyawan PT Alakasa Extrusindo memiliki asuransi kesehatan berupa


BPJS Ketenagakerjaan
? Kelembagaan P2K3 : masih belum berjalan.
1 Dokter Perusahaan : 1 orang, tidak ada perawat maupun paramedis
1 lain, bekerja 2 kali seminggu.
?
? 1.4 ALUR PRODUKSI Melting & Casting Die Manufacturing Alumunium Extrussion
Press Oven Aging Anodizing / Powder coating (Colouring) Fabrikasi Packing

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
Definisi
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (International Labor
Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum agar
bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan kerjasama
antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik), serta mesin
perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga
kerja baik sektor formal, informal, maupun tradisional. Pendekatan ergonomi mengacu
pada konsep total manusia, mesin, dan lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam
industri dapat berjalan secara efisien, selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam
penerapannya harus memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan
proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
1 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja;
2 Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja;
3 Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi, dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan akibat
kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang, stress
akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman
karena bebas dari gangguan cidera, kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi: (1) tekhnik; (2)
fisik; (3) pengalaman psikis; (4) anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan
dan gerakan otot dan persendian; (5) anthropometri; (6) sosiologi; (7) fisiologi, terutama
berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take dan aktivitas otot; (8) disain; dan
sebagainya.

Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja


1 Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
2 Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
3 Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4 Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Supervisi Tenaga Kerja


Semua pekerja secara kontinyu mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis
yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:
a Pemeriksaan sebelum kerja bertujuan untuk menyesuaikan pekerja baru terhadap beban
kerjanya.
b Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
c Nasihat harus diberikan tentang higiene dan kesehatan

2.2 Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi
masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi
kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu seseorang
untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu terjadinya
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan promosi kesehatan
di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas
yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh alat/mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kerja
ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan pekerjaan
yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang kesehatan
optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga
menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi upaya preventif diantaranya
pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi
pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja merupakan
langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus memberi
motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit yang sering
timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam mengambil langkah
promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja
optimal dilaksanakan.
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan kerja adalah adanya
pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik sejak awal sebelum bekerja, selama
bekerja, maupun sesudah bekerja. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini ditujukan agar
selain tenaga kerja yang diterima di awal berada dalam kondisi kesehatan setinggi-
tingginya, juga untuk memantau status kesehatan pekerja dan juga meminimalisir dan
mendeteksi dini apakah ada penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat proses
produksi.
Sarana P3K di tempat kerja diatur dalam Permenakertrans RI No. 15/MEN/VIII/2008.
Dalam Permenakertrans tersebut, dijabarkan bahwa Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan di tempat kerja (P3K) adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara
cepat dan tepat kepada pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja,
yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang P3K, kotak
P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi, fasilitas tambahan
berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki
potensi bahaya yang bersifat khusus. Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K dalam
hal proses produksi mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau kurang dari
100 orang dengan potensi bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang harus dekat
dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat dengan tempat
parkir kendaraan. Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang
P3K berwarna putih dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi kotak sesuai dengan
Permenakertrans yang mengatur. Penempatan kotak P3K juga harus pada tempat yang
mudah dilihat dan dijangkau dengan diberi tanda arah yang jelas dan cukup cahaya serta
mudah diangkat apabila digunakan dan disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang
ada, dan dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
2.3 Gizi Kerja

Gizi kerja adalah gizi/nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi kerja menjadi

masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi, kurangnya

perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi, tidak mendapat

uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak diketahui. Efek dari gizi kerja

yang kurang bagi pekerja adalah:

Pekerja tidak bekerja dengan maksimal

Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang

Kemampuan fisik pekerja yang berkurang

Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan

Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,


Pekerja tidak teliti

Efisiensi dan produktivitas kerja berkurang

Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya berbagai

penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit degenerative,

arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut seperti

gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan untuk

memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang

optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi-tingginya.

2.4 Penyakit Akibat Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1998, penyakit


akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang
sudah diakui.

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja, antara lain:


1 Faktor fisik
Suara bising mengakibatkan ketulian
Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif menyebabkan penyakit kelainan darah dan
kulit.
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps, hiperpireksia.
Sedangkan suhu yang terlalu rendah menyebabkan frosbite.
Tekanan udara yang tinggi menyebabkan Caison Disease
Pencahayaan yang buruk menyebabkan kelainan pada mata.
Getaran dapat menyebabkan Raynauds disease.

2 Faktor kimia
Debu dapat menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya: silikosis, asbestosis dan
lainnya.
Uap dapat menyebabkan demam uap logam (metal fume fever), dermatosis.
Gas dapat menyebabkan keracunan, misalkan CO, H2S, Pb dan lainnya.
Larutan zat kimia dapat menyebabkan iritasi pada kulit
Awan atau kabut

3 Faktor biologi
Misalkan bibit penyakit antraks atau brusella yang menyebabkan penyakit akibat
kerja pada tenaga kerja penyamak kulit

4 Faktor fisiologi/ergonomi antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang
tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang dapat menimbulkan
kelelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat menyebakan
terjadi perubahan fisik. perubahan fisik.jijijijijijijijijijijijijijijijjijkokokokookokokoko

5 Faktor mental-psikologis
Hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik dapat menyebabkan depresi
atau penyakit psikosomatis.

Penegakan diagnosis penyakit akibat kerja dapat dilakukan melalui 7 langkah,


antara lain:

1 Tentukan Diagnosis klinisnya


Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau
tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini


-Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
-Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
khronologis
- Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
- Bahan yang diproduksi
- Materi (bahan baku) yang digunakan
- Jumlah pajanannya
- Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
- Pola waktu terjadinya gejala
- Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
- Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label,
dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut


Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat
bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam
kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di
atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam
kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus
mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi,
jumlah, lama, dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi. Apakah ada
keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah
keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya
sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat
keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang
dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit


Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab
di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya


Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit,
kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal
ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan
sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya
pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. edangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada
waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

2.5 Pemeriksaan Kesehatan

Dalam pelaksanaan program kesehatan kerja, di dalamnya terkandung kewajiban


pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh
dokter perusahaan yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 01/MEN/1976.
Tujuan dari dilakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum adalah memperoleh
dan mempertahankan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya selama bekerja maupun
setelah bekerja.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja terbagi atas tiga ,antara lain:
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
Ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan
yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai
tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja
lainnya terjamin.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain, pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru, laboratorium rutin dan pemeriksaan lain yang berkaitan
dengan pekerjaan tertentu.

Pemeriksaan kesehatan berkala


Merupakan pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk
menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin
(deteksi dini) yang kemudian perlu dikendalikan dengan usaha pencegahan. Semua
perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja
sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.

Pemeriksaan kesehatan khusus


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter perusahan secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan bertujuan untuk menilai adanya
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau kelompok tenaga
kerja tertentu.

Pemeriksaan kesehatan khusus dapat dilakukan terhadap:


Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan lebih dari 2 minggu.
Tenaga kerja usia lebih dari 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat,
serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan kesehatannya.
Perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan.

2.6 HIV/AIDS

HIV/AIDS saat ini di bukan hanya menjadi masalah kesehata akan tetapijuga menjadi
masalah di bidang dunia kerja yang berdampak pada produktivitas dan profitabilitas
perusahaan. Kementrian Ketenagakerjaan RI telah mengeluarkan keputusan Menteri No.
68/Men/IV/2004 mengenai pencegahan dan Penaggulangan HIV/AIDS di tempat kerja, di
mana dalam Keputusan Menteru Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdapat kewajiban
pengusaha untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja melalui:
1 Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja yang dapat dituangkan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau
Perjajian Kerja Bersama (PKB)
2 Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
3 Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan
perlakuan diskriminatif.
4 Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundan-undangan yang
berlaku.

Menurut ILO terdapat beberapa prinsip kunci dan kaidah tentang HIV/AIDS di dunia
kerja yang berlaku bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk sektor
kesehatan, antara lain:
1. Isu tempat kerja
HIV/ AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi angkatan kerja, dan karena
tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam membatasi penularan dan dampak
epideminya.

2. Nondiskriminasi
Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang nyata atau dicurigai.

3. Kesetaraan gender
Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah penting untuk
mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat mengelola dampaknya.

4. Lingkungan kerja yang sehat


Tempat kerja harus meminimalkan risiko pekerjaan, dan disesuaikan dengan kesehatan dan
kemampuan pekerja.

5. Dialog Sosial
Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan kerjasama dan saling percaya
antara pengusaha, pekerja dan pemerintah

6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen


Tes HIV di tempat kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia, tidak boleh
digunakan untuk menskrining pelamar atau pekerja.

7. Kerahasiaan
Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus dibatasi oleh aturan dan
kerahasiaan.

8. Melanjutkan hubungan pekerjaan


Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan bekerja dalam kondisi
yang sesuai selama dia mampu secara medik.

9. Pencegahan
Mitra sosial mempunyai posisi yang unik untuk mempromosikan upaya pencegahan melalui
informasi, pendidikan dan dukungan bagi perubahan perilaku.

10. Kepedulian dan dukungan Pekerja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang
terjangkau.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia hanya satu poliklinik. Terdapat satu
dokter perusahaan yang dating ke perusahaan dua kali dalam seminggu. Dokter
perusahaan hanya menangani keluhan yang tidak berat dan luka-luka kecil seperti luka
lecet. Bila terdapat pasien dengan kegawatdaruratan ataupun pasien dengan luka besar,
maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat dari perusahaan. Pada saat kunjungan
dilakukan, poliklinik sedang tutup dan dikunci, sehingga kami tidak dapat memeriksa
apa saja yang terdapat di dalam poliklinik tersebut.
2 Program Kesehatan
Program kesehatan preventif seperti vaksinasi dan pemberian suplemen kesehatan
tidak ada pada perusahaan ini. Pemeriksaan kesehatan berkala tidak pernah dilakukan
lagi. Penggunaan alat pelindung diri masih sangat kurang.
Program kesehatan promotif yang dilakukan yaitu kegiatan penyuluhan APAR (Alat
Pemadam Kebakaran Ringan). Penyuluhan dan seminar misalnya penyuluhan mengenai
TBC dan HIV AIDS tidak dilakukan pada perusahaan ini. Ada beberapa poster untuk
mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Program kesehatan kuratif yaitu pengobatan yang dilakukan oleh dokter perusahaan,
misalnya pengobatan poliklinik yang buka dua kali dalam seminggu.
Program kesehatan rehabilitasi sudah dilakukan oleh perusahaan ini dalam bentuk
rujukan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit yang mengadakan
kerja sama dengan perusahaan ini. Tidak adanya pemindahan tugas pekerjaan apabila
karyawan tersebut mengalami kecelakaan kerja.tersebut mengalami kedpdjljldjdjdljd
3.3 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba
Pencegahan HIV AIDS tidak dilakukan secara optimal hanya dilakukan penyuluhan
namun tidak dilakukan secara berkala. Tidak ada pencegahan narkoba.

3.4. Pemeriksaan Kesehatan


PT Alakasa Extrusindo selalu mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Awal kepada
calon tenaga kerja. Calon tenaga kerja wajib membawa surat sehat dari fasilitas
kesehatan setempat. Kemudian dokter perusahaan akan melakukan beberapa wawancara
dan pemeriksaan fisik kepada calon tenaga kerja di klinik perusahaan.
PT. Alakasa Extrusindo sudah tidak melakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala
dalam beberapa tahun terakhir.
Bagi tenaga kerja yang memiliki keluhan khusus, PT. Alakasa Extrusindo
memberikan Pemeriksaan Kesehatan Khusus yang akan dilayani oleh dokter perusahaan.
Apabila memerlukan pemeriksaan penunjang yang tidak tersedia di klinik perusahaan,
maka tenaga kerja akan dirujuk ke fasilitas kesehatan setempat yang memadai.

3.5 Kesesuaian Pekerja dengan Alat


Pada salah satu departemen, yaitu Departemen Die Manufacturing, para pekerja
melakukan pekerjaannya dalam posisi statis selama 8 jam, dan hanya beristirahat selama
30 menit pada jam makan siang. Posisi kerja pun saat memasang baut tidak ergonomis
Cara Kerja juga tidak ergonomis , dengan mengangkut aluminium dan menggunakan
punggung sebagai tumpuan sehingga menyebabkan risiko nyeri pinggang bawah. Selain
itu, kursi yang mereka gunakan tidak memiiki sandaran sehingga posisi cenderung
membungkuk. Para pekerja menggunakan alat bantu untuk mengangkat aluminium
dalam jumlah besar. Dokter perusahaan juga tidak pernah memberikan penyuluhan
mengenai posisi ergonomis dalam bekerja.
3.6 Program Pemenuhan Gizi Pekerja , Kantin atau Ruang Makan

Perusahaan tidak memperhatikan dan memastikan apakah nutrisi yang


diperoleh setiap tenaga kerja cukup atau tidak dimana, PT. Alakasa Extrusindo
memberikan uang makan kepada tenaga kerja, yang termasuk di dalam gaji. Yang
secara pasti jenis makanan, kecukupan gizi serta kesehatan makanan setiap tenaga
kerja berbeda-beda dan tidak bisa di ukur sehingga kesimpulannya perusahaan tidak
memperhatikan aspek kebutuhan gizi tenaga kerja. Selain itu juga, tidak ada
perbedaan uang makan berdasarkan beban kerja. Dokter perusahaan pun tidak pernah
memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi kerja. Berdasarkan Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/Men/1979 tentang pengadaan kantin
dan ruang makan, seharusnya perusahaan dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 200
orang wajib memiilki kantin sendiri. Namun, PT Alakasa Extrusindo tidak memiliki
ruang makan untuk tenaga kerja. Tenaga kerja memakai ruang loker di divisi sendiri
sebagai ruang makan.

3.7 Penyakit Akibat Kerja


Belum terdapat data mengenai penyakit akibat kerja pada PT. Alakasa Ekstrusindo

3.8 Sarana P3K dan Tim


Perusahaan telah menyediakan kotak P3K hampir di setiap devisi atau bagian
produksi. Namun, perusahaan sudah tidak membentuk tim tanggap darurat untuk
memberikan pertolongan pertama kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
kerja. Sehinngga jika terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja, maka yang
melakukan pertolongan pertama yaitu teman-teman atau tenaga kerja yang lainnya.
Dimana secara pengetahuan dan perlengkapan P3K jauh dari kata sempurna sebab,
tenaga kerja tidak dibekali mengenai pengobatan atau tindakan pertolongan pada saat
kecelakaan terjadi.
Terdapat 1 buah kotak P3K yang tersebar pada setiap departemen. Kotak P3K
berbahan kayu dan berwarna putih dengan tulisan P3K berwarna merah.
Kotak P3K berisikan :
- Micropore inc
- Betadine
- Kassa steril 2 gulung
- Hansaplast 1 amplop
- Burnazine cream
BAB IV
RUMUSAN MASALAH

TABEL RUMUSAN MASALAH


No Rumusan Masalah Peraturan Saran
Perundangan yang
berlaku
1. Fasilitas : -Per No. 3/MEN/1980 Perusahaan yang
Poliklinik 2 x/ minggu tentang Pemeriksaan memiliki tenaga kerja
dan hanya dilayani oleh Tenaga Kerja dalam antara 200-500 orang
1 orang dokter Penyelenggaran dengan tingkat bahaya
perusahaan Keselamatan Kerja rendah harus
- Per No. 3/MEN/1982 Menyelenggarakan
tentang Petunjuk kesehatan kerja , yaitu :
Pelaksanaannya - Berbentuk klinik, tiap
hari kerja (dilayani
oleh paramedis)
- Dokter praktek 2 hari
sekali

Dapat dipertimbangkan
untuk memiliki beberapa
fasilitas penting seperti
audiometri dan
spirometry
Upaya Preventif : - Permenakertrans No. - Dokter perusahaan
- Masih kurang, Per.03/Men/1982 melakukan
pemberian tentang PKK yang penyuluhan
vaksinasi atau meliputi usaha promotif, Kesehatan berkala
suplemen tubuh preventif, kuratif, dan Untuk menghindari
tidak diberikan. rehabilitatif. adanya bahaya kerja.
- Penyuluhan -Permenaker - Pengadaan
kesehatan tidak No.2/Men/1980 tentang Pemeriksaan
dilakukan Pemeriksaan Kesehatan Kesehatan berkala
- APD (Alat Tenaga kerja dalam Dan Khusus untuk
Pelindung Diri) Penyelenggaraan Mencapai

Diberikan jika
ada
permintaan
dari masing-
masing divisi -Keselamatan Kerja yang Produktifitas yang
- Pemeriksaan berkala, dan khusus. tinggi.
kesehatan - Permenakertrans - Pemberian peraturan
berkala No.8/Men/VII/2010 dan penyuluhan
tidak
dilakukan tentang Alat Pelindung Tentang pentingnya
Diri Penggunaan APD,
Dan Bila melanggar
diberikan sanksi

Upaya promotif : -Permenakertrans No. - Pemberian


Masih kurangnya Per.03/Men/1982 penyuluhan tentang
penyuluhan dan tentang PKK yang penyakit yang sering
seminar misalnya meliputi usaha promotif, Terjadi dan HIV
penyuluhan preventif, kuratif, dan minimal 1 kali dalam 1
mengenai TBC dan rehabilitatif. tahun
HIV AIDS. - Pemberian poster
Masih kurangnya minimal 1 dalam tiap
poster untuk department
mencegah terjadinya
kecelakaan akibat
kerja.
- Konfensi ILO No. - Peningkatan upaya
Upaya Rehabilitatif :
Tidak adanya 159/1983 tentang Preventif sehingga
pemindahan tugas proses pemulihan tidak terulang kembali
pekerjaan apabila tenaga kerja dari Kecelakaan akibat
karyawan tersebut kecelakaan atau kerja.
penyakit untuk

mengalami kecelakaan dapat bekerja - Terdapat penilaian


kerja. kembali baik di dan konseling dalam
tempat kerja upaya pemulihan
semula atau baru kecelakaan yang di
yang sesuai alaminya, sehingga
dengan kondisi penempatannya tepat
dan
kemampuannya
- Permenakertrans
No.
Per.03/Men/1982
tentang PKK yang
meliputi usaha
promotif,
preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
-
HIV AIDS : - Kepmenakertrans - Pemeriksaan HIV
- Tidak pernah dilakukan
pemeriksaan HIV AIDS No. AIDS tidak menjadi
68/MEN/IV/2004 kewajiban calon
tentang tenaga kerja kecuali
Pencegahan dan atas inisiatif
Penanggulangan (permintaan)
HIV AIDS di individu tersebut.
tempat kerja - Calon tenaga kerja
- Kepdirjen PPK dengan HIV AIDS
No. positif
Kep.22/DJPPK/V/ diperbolehkan untuk
2008 tentang bekerja, dengan
Petunjuk Teknis pemberian edukasi
Penyelenggaraan dan pertimbangan
Pelayanan pekerjaan yang
Kesehatan Kerja . sesuai.
- Kepdirjen PPK
No.
Kep.20/DJPPK/VI
/2005 Tentang
Petunjuk Teknis
Pelaksanaan
Pencegahan dan
Penanggulangan
HIV/AIDS di
tempat kerja.
3. Posisi kerja tidak UU no.1 th 1970 ttg Substitusi dengan alat
bantu untuk mengangkat
ergonomis, cara keselamatan kerja beban yang berat
mengangkat beban Melakukan penyuluhan
dengan posisi badan UU RI no. 13 th 2003 ttg bagaimana posisi yang
tidak sesuai. ketenagakerjaan ergonomis dalam
melakukan pekerjaan
PP no.50 th 2012 ttg serta menyediakan alat-
penerapan SMK3 alat yang sesuai
dengan prinsip
PERMENAKERTRANS ergonomis demi
no.PER.03/MEN/1982 meningkatnya
ttg pelayanan kesehatan produktivitas tenaga
kerja kerja pada perusahaan
4. Tidak ada ruang Surat Edaran Menteri Pengadaan ruang
makan, tidak ada Tenaga Kerja dan makan, mengadakan
penyuluhan tentang Transmigrasi No. SE. penyuluhan akan
pentingnya gizi kerja 01/ Men/1979 tentang pentingnya pemenuhan
pengadaan kantin dan gizi kerja.
ruang makan.
5. Tidak diadakan - Undang- undang no 1 Mengadakan
Pemeriksaan tahun 1970 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Berkala Keselamatan Kerja Kesehatan Berkala
minimal setahun sekali.
-
Permenak
er No 2/
Men/ 1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam
penyelenggaraan
keselamatan kerja
6. Sarana P3K Permenakertrans Perusahaan
Belum adanya No.Per.03/Men/1982 seharusnya
petugas P3K menyediakan
Belum adanya Peraturan Menteri minimal 2 orang
penunjuk lokasi Tenaga Kerja dan petugas P3K
P3K yang mudah Transmigrasi Republik Pengurus
terlihat Indonesia seharusnya
Belum adanya Nomor:PER.15/MEN/VIII memasang
ruang P3K /2008 Pemberitahuan
tentang nama dan
lokasi P3K di tempat
kerja pada tempat
yang mudah terlihat
Oleh karena jumlah
tenaga kerja di
perusahaan PT.
Alakasa Ekstrusindo
lebih dari 100 orang
maka perusahaan
Belum ada Seharusnya
pembasahan Menyediakan
tubuh cepat fasilitas berupa
(shower) dan ruang P3K
pembilasan/pen Perusahaan
cucian mata. Seharusnya
menyediakan tempat
pembasahan tubuh
cepat (shower) dan
pembilasan/pencuci
an mata.
Kotak P3K
seharusnya terletak
pada tempat yang
mudah dilihat dan
dijangkau, diberi
tanda arah yang
jelas, cukup cahaya
serta mudah
diangkat apabila
Digunakan
Seharusnya
perusahaan minimal
memiliki :
1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak
A.
Seharusnya isi kotak
P3K mengikuti
rincian isi kotak
sesuai peraturan
perundangan yang
Berlaku
Kotak P3K Perusahaan
terletak pada Seharusnya
area yang tidak Menyediakan
terjangkau minimal 2 orang
petugas P3K
Pengurus seharusnya
memasang
pemberitahuan tentang
nama dan lokasi P3K
di tempat kerja pada

Jumlah kotak tempat yang mudah

P3K tidak sesuai terlihat

dengan jumlah Oleh karena jumlah


pekerja tenaga kerja di
perusahaan PT.
Alakasa Ekstrusindo
lebih dari 100 orang
maka perusahaan
seharusnya
menyediakan fasilitas
berupa ruang P3K

Isi kotak P3K tidak Perusahaan seharusnya

lengkap menyediakan tempat


pembasahan tubuh
cepat (shower) dan
pembilasan/pencuci an
mata.
Kotak P3K
seharusnya terletak
pada tempat yang
mudah dilihat dan
dijangkau, diberi
tanda arah yang jelas,
cukup cahaya serta
mudah
diangkat apabila
Digunakan
Seharusnya
perusahaan minimal
memiliki :
1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak
A.
Seharusnya isi kotak
P3K mengikuti
rincian isi kotak
sesuai peraturan
perundangan yang
Berlaku

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik
adalah:
Dari aspek ergonomi kursi kerja masih belum sesuai dengan tenaga kerja.
Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja hanya diberikan uang makan yang tidak
disesuaikan dengan beban kerja, tidak terdapat ruang makan atau kantin, pekerja juga tidak
pernah diberikan penyuluhan mengenai pentingnya pemenuhan gizi kerja.
Dari aspek pemeriksaan kesehatan belum sesuai dengan aturan, walaupun pemeriksaan
kesehatan awal telah dilakukan pada semua calon tenaga kerja yang meliputi wawancara
tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik, darah rutin, foto rontgen thorax,
pemeriksaan berkala tidak dilakukan rutin setiap 1 tahun. Pemeriksaan kesehatan khusus
dilakukan bagi tenaga kerja tertentu sesuai dengan keluhan pekerja.
Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum rutin mengadakan penyuluhan berkala,
selain itu data mengenai program preventif, kuratif dan rehabilitative juga tidak jelas.
Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan masih belum menjalankan
program apapun yang terkait.
Ditinjau dari segi sarana P3K belum adanya petugas P3K, belum adanya penunjuk lokasi
P3K yang mudah terlihat, belum adanya ruang P3K, serta belum ada pembasahan tubuh cepat
(shower) dan pembilasan/pencucian mata.
Ditinjau dari segi kotak P3K terletak pada area yang tidak terjangkau, jumlah kotak P3K
tidak sesuai dengan jumlah pekerja, serta isi kotak P3K yang tidak lengkap.
Ditinjau dari segi personil kesehatan, PT. Alakasa Ekstrusindo belum memiliki dokter
penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja.

B. Saran
Dari hasil walkthrough survey yang kami lakukan, maka kami ajukan beberapa saran yaitu :
Melakukan sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan demi kelangsungan program
kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)
Menggalakan pemenuhan shift kerja bagi tenaga kesehatan.
Mengikutsertakan tenaga kerja dalam program BPJS ketenagakerjaan.
Melakukan penelitian epidemiologi untuk mengetahui 10 penyakit terbanyak dan penyakit
akibat kerja yang ada di perusahaan.
Subtitusi kursi dengan yang memiliki sandaran
Pengadaan Ruang Makan dan penyuluhan gizi kerja bagi tenaga kerja
Penyuluhan tentang penggunaan masker yang baik dan benar, posisi yang ergonomis
dalam melakukan pekerjaan, HIV-AIDS dan narkoba.
Perusahaan seharusnya melaporkan setiap PAK yang terjadi.
Perusahaan seharusnya menyediakan minimal 2 orang petugas P3K.
Pengurus seharusnya memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi P3K di tempat
kerja pada tempat yang mudah terlihat.
Oleh karena jumlah tenaga kerja di perusahaan PT. Alakasa Ekstrusindo lebih dari 100
orang maka perusahaan seharusnya menyediakan fasilitas berupa ruang P3K.
Perusahaan seharusnya menyediakan tempat pembasahan tubuh cepat (shower) dan
pembilasan/pencucian mata.
Kotak P3K seharusnya terletak pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi
tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan.
Seharusnya perusahaan minimal memiliki :1 kotak C atau, 2 kotak B atau,4 kotak A atau,1
kotak B dan 2 kotak A.
Seharusnya isi kotak P3K mengikuti rincian isi kotak sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai