Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN
A. Judul
Kurva Sigmoid Pertumbuhan Tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus)dan
kacang merah (Vigna angularis)
B. Tujuan
1. Mengetahui tahapan laju pertumbuhan kacang hijau
(Phaseolus radiatus)dan kacang merah (Vigna angularis).
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kacang hijau (Phaseolus radiatus)dan kacang merah
(Vigna angularis).
II. METODE PERCOBAAN

Pada percobaab pembuatan kurva sigmoid pertumbuhan tanaman, mula-mula


biji kacang hijau dan kacang merah direndam dalam air sampai kisut. Kedua biji
dipilih masing-masing sebanyak 21 biji, kemudian masing-masing dibagi menjadi 18
biji untuk ditanamkan pada polybag, dan 3 biji dibuka kotiledonnya lalu panjang
tanaman, panjang daun, dan lebar daun diukur dan dirata-rata.
18 biji kacang hijau dan kacang merah ditanam pada masing-masing tiga
polybag yang telah diisi tanah. Setiap polybag diisi dengan 6 biji jenis yang sama.
Setiap selang hari ketiga, pertumbuhan dan perkembangan kedua tanaman
diperiksa.Pada setiap jenis tanaman (kacang hijau dan kacang merah) diambil 3
tanaman yang ukurannya tertinggi, kemudian panjang tanaman, panjang daun, dan
lebar daun diukur menggunakan penggaris dan dirata-rata.Pengamatan pertumbuhan
kacang hijau dan kacang merah dilakukan selama 14 hari dari hari ke-0, 3, 5, 7, 9, 11,
dan 14.Setelah selesai kurva sigmoid dibuat sesuai dengan parameter-parameter yang
telah diamati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan didefinisikan sebagai proses pembelahan dan pemanjangan sel.


Pertumbuhan tanaman dalam arti terbatas menunjuk pada pertambahan ukuran yang
tidak dapat balik (irreversible), mencerminkan pertambahan protoplasma dan bobot
kering pada tanaman. Adapun parameter pertumbuhan adalah tinggi, volume, dan luas
daun digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan tanaman (Gardner dkk., 1991).
Kurva sigmoid adalah suatu fungsi pertumbuhan yang mencirikan
pola pertumbuhan tanaman sepanjang suatu generasi secara khas.kurva ini terbentuk
oleh variabel berupa massa tanaman (bobot kering), volume, luas daun, tinggi, atau
penimbunan bahan yang digambarkan terhadap waktu menjadi suatu garis yang dapat
ditarik dari data secara normal akan berbentuk sigmoid yang menyerupai huruf S
(Gardner dkk., 1991).
Pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai titik maksimum akhirnya laju tumbuh menurun. Pola
pertumbuhan tersebut cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat
pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun
pada fase senesen. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap,
tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi di lingkungan.Ukuran akhir,
rupa, dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor genetik dan
lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999; dalam Sujarwati, 2004).
Pada kurva sigmoid digambarkan garis generalisasi atau kurva ukuran
(meliputi bobot, tinggi panjang, lebar, luas, dan isi), log ukuran, dan laju
pertumbuhan, masing-masing digambarkan terhadap waktu. Fase-fase yang
digambarkan dalam ukuran kurva tersebut meliputi : fase logaritmik, fase linear,
fase eksponensial kelembaban, dan fase mantap (Gardner dkk., 1991).
Pada fase logaritmik, ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan
denganwaktu (t).ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya,
tapi kemudianmeningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme;
semakin besar organisme,semakin cepat ia tumbuh (Salisbury dan Ross, 1995).Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada
lajumaksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan yang konstan
ditunjukkanoleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman dan
oleh bagianmendatar kurva laju tumbuh di bagian bawah(Salisbury dan Ross,
1995).Tahap selanjutnya menurut Gardner dkk. (1991), masuk ke tahap fase
penuaan,dibagi menjadi fase eksponensial terjadinya penurunan laju
pertumbuhanyang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan
danfase mantap yang merupakan fase pematangan fisiologis (terjadinya penuan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
berasal dari internal dan eksternal. Pada faktor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan terdiri atas:
1. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen setelah tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
mempunyai viabilitas yang tinggi karena memiliki cadangan makanan yang cukup
serta pembentukan embrio sempurna, dengan kata lain benih mempunyai mutu
tertinggi untuk tumbuh (Sutopo, 2002).
2. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama, karena
cadangan makanan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat
perkecambahan.Hal ini juga dipengaruhi factor hereditas, semakin berat, bagus
dan besar biji indukan semakin cepat pertumbuhan dan produksi anakan mendapat
keturunan yang baik dari induknya (Sutopo, 2002).
3. Hormon
Menurut Rozi (2003), terdapat hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat
mendukung dan menghambat proses perkecambahan.Fitohormon yang
merangsang perkecambahan seperti Auksin (mematahkan dormansi biji,
merangsang perkecambahan biji dan memacu terbentuknya akar), giberelin untuk
pembelahan dan pemanjangan sel, sitokininakan berinteraksi dengan giberelin dan
auksin untuk mematahkan dormansi biji. Fitohormon yang berfungsi sebagai
penghambat perkecambahan antara lain gas etilen yang menghambat transportasi
auksin.
Menurut Latifah (2008), faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan terdiri atas:
1. Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk dan akar. Diferensiasi salah
satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak
normal.
2. Kelembaban udara mempengaruhi proses traspirasi pertumbuhan. Jika,
kelembaban udara rendah, laju traspirasi akan meningkat. Akibatnya, penyerapan
air dan unsur hara meningkat.
3. Suhu, diantaranya mempengaruhi kerja enzim. Setiap pertumbuhan memiliki suhu
optimum yang ideal bagi pertumbuhannya, yang berbeda tiap jenis tumbuhan.
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis, secara umum merupakan penghambat. Etiolasi
adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap.
Menurut teori Michurin yang terdapat dalam Sukmadjaja (2005), secara umum
pertumbuhan dan perkembangan tubuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase embryonis dimulai dari pembentukan zigot sampai terjadinya embrio di
dalam ovule kemudian sel akan membelah pembelahan berkembang, namun pada
fase ini tidak terlihat secara nyata karena berlangsungnya di dalam biji.
2. Fase Muda atu disebut sebagai fase Vegetatif yang dimulai sejak biji mulai
berkecambah, tumbuh menjadi bibit yang dicirikan adanya pembentukan daun
pertama dan berlangsung sampai masa berbunga dan berbuah pertama.
Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang komplek dari perubahan-
perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia yang meliputi beberapa tahap,
yaitu :
a Penyerapan air oleh benih (imbibisi) menyebabkan kulit benih melunak dan
terjadinya hidrasi dari protoplasma.
b Perombakan cadangan makanan di dalam endosperm oleh enzim (amilase,
protease, lipase).
c Hormone Gibberellin akan menstimulus sel-sel lapisan aleuron melepaskan
enzim amilase untuk mencerna pati di dalam endosperm menjadi gula dan
molekul lain yang diperlukan embrio untuk tumbuh
d Selain pati protein juga dirombak menjadi asam amino, lemak dirombak
menjadi asam lemak dan gliserol.
3. Fase Menua dan Aging (Senil/Senescence) dipengaruhi oleh faktor luar dapat
menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya penaikan suhu,
keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun,
penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman,
pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan
pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence
Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase
vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang,
daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa
berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga
aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran
sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation)
(Ashari, 1995).
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup
bunga, buah, dan biji atau pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan
makana, akar-akar dan batang yang berdaging (Harjadi, 1982).
Dapat dilihat adanya perubahan dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari
pertama.Kemudian penurunan berat terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu
(Heddy, 2001).
Pada percobaan ini menggunakan kacang hijau (Phaseolus radiatus)dan
kacang merah (Vigna angularis). Hali ini karena Kacang hijau dan kacang merah
termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae dan kelas
Dycotiledoneaeini memiliki veverapa kelebihan dibandingkan dengan kelompok lain.
menurut Sumarno (1992), budidaya uang mudah, umur tanaman relative pendek, lebh
sedikit hama dan penyakit yang menyerang, kegagalan panen secara total kecil serta
harga pasar relative stabil adalah beberapa kelebihan dari tanaman ini.
Kacang hijau (Phaseolus radiates) adalah salah satu kelompok tanaman
kacang-kacangan yang banyak ditanam oleh penduduk Indonesia selain kacang
taanah, dan kedelai. Kandungan gizi yang terkandung dalam kacang hijau antara lain
karbohidrat, protein, abu, serat kasar serta lemak. Tinggi kacang hijau dapat mencapai
50-70cm (Kartika, dan Ilyas, 1994)
Kacang merah (Vigna angularis)termasuk famili Leguminosa genus Phaseolus,
dan spesies Vulgaris. Kacang merah merupakan tanaman semak yang tegak dan ada
yang merambat. Tinggi tanaman kacang merah sekitar 3,5 4,5 meter, warna biji
bertotol-totol merah tua dan buahnya berbentuk polong memanjang, sedikit lebih
panjang dibandingkan buncis. Jumlah biji kacang merah sekitar 2-3 biji dalam satu
polongnya (Agustina dkk., 2013).
Pada percobaan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang
hijau (Phaseolus radiatus)dan kacang merah (Vigna angularis) dilakukan selama
jangka waktu 14 hari. Hari pertama penanaman dilakukan pada tanggal 7 Maret 2016
di kenun biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Seterusnya pengamatan
pertumbuhan kedua tanaman dilakukan dengan selang waktu 3 hari (7, 16, 12, 16, 18,
dan 21) Maret 2016. Selama 14 hari tersebut menhasilkan 3 kurva yang mencakup
panjang tanaman, panjang daun dan lebar daun sebagai berikut:
Panjang Tanaman
KACANG HIJAU Linear (KACANG HIJAU)
KACANG MERAH Linear (KACANG MERAH)

30
26.7 27.7 26.3
25.25 24.37
22.5
20 20.17 19.25 21.25
TINGGI TANAMAN-
10
7.25
5
3.25
00
0 2 4 6 8 10 12 14 16

HARI KE-

Gambar 1.Kurva Sigmoid Panjang tanaman kacang hijau dan kacang merah.
(Dokumentasi pribadi, 2016)
Pada gambar 1, menunjukan kurva pertumbuhan batang tanaman kacang hijau
(Phaseolus radiatus)dan kacang merah (Vigna angularis)yang meninggi dari hari ke
hari. Pada hari pertama kedua tanaman tersebut tidak tampak adanya pertumbuhan
batang,namun pada hari ke-3 mulai tumbuh daun dan tinggi pada kacang hijau 3,25
cm dan pada kacang merah 5 cm, hari ke-5 tinggi kedua tanaman berturut-turut 7,25
cm dan 20,17 cm, hari ke-7 panjang tanamanya 19,25 cm dan 26,7 cm, hari ke-
9panjang tanamanya 21,25 cm dan 27,7 cm, hari ke-11 panjang tanamanya 25,25 cm
dan 26,3 cm dan pada hari ke-14 panjang kedua tanaman 22,5 cm dan 24,37. Dari
hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tinggi tanaman pada kacang hijau
mengalami kenaikan pada hari ke 0 sampai hari ke 11 ,dari 0 cm menjadi 25,25 cm,
sedangkan pada kacang merah terjadi penaikan pada hari ke-0 sampai hari ke 9, yaitu
dari tinggi 0 sampai 27,7 cm. Pada saat ini baik tanaman kacang hijau maupun
kacang merah memasuki fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan berbanding
lurus dengan ukuran organisme.
Pada hari ke 14 tinggi kacang hijau mengalami penurunan sedikit yaitu menjadi
22,5 cm, pada tinggi kacang merah mengalami penurunan pada hari ke 11 dan 14
yaitu menjadi 26,3 cm kemudian menurun ke 24,37 cm. Walaupunkedua tanaman
mengalami penurunan namun menurut teori Kartika dan Ilyas (1994), dan Agustina
dkk. (2013), umur kedua tanaman tersebut saat memasuki minggu kedua akan
memasuki fase linear atau pertumbuhan yang konstan. Fase penuaan tidak dapat
diperlihatkan pada kurva tersebut karena jangka pengukuran tidak sampai usia
matang dari kedua tanaman tersebut. Dapat disimpulkan juga dari hasil penanaman
biji kedua tanaman tersebut terdapat pertumbuhan yang tidak merata.
Menurut Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa kurva menunjukkan
ukuran kumullatif sebagai fungsi dari waktu.Tiga fase utama biasanya mudah
dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linear dan fase penuaan.Pada fase logaritmik, laju
pertumbuhan lambat pada awalnya tetapi kemudian meningkat terus, laju
berbannding lurus dengan ukuran organisme.Pada fase linear, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan.Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang
menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.

PANJANG DAUN
7 5.97
5.6 KACANG HIJAU 0.3 1.5
6
54.3 4.4 Linear (KACANG HIJAU 0.3
3.9
4 3.35 3.5 3.53 1.5)
PANJANG DAUN 3 2.47 KACANG MERAH 0.43
`1.4
2 1.5
Linear (KACANG MERAH
1
0.43 `1.4)
0
4 6 8 10 12 14 16

HARI KE-

Gambar 2.Kurva Sigmoid Panjang Daun kacang hijau dan kacang merah.
(Dokumentasi pribadi, 2016)
Pada gambar 2, menunjukan kurva pertumbuhan daun tanaman kacang hijau
(Phaseolus radiatus)dan kacang merah (Vigna angularis)yang memanjang dari hari
ke hari. Pada hari pertama, kedua tanaman tersebut sudah tampak adanya tumbuhnya
daun, hal ini disebabkan adanya pertumbuhan embrio sejak biji mengalami imbibisi,
yang memacu pertumbuhan biji menjadi kecambah.
Pada kacang hijau hari pertama memiliki panjang daun 0,3 cm, pada kacang
merah 0,43 cm, pada hari ke-3 mulai panjang daun kacang hijau 1,5 cm dan kacang
merah 1,4 cm, hari ke-5 panjang daun kedua tanaman berturut-turut 1,5 cm dan 2,47
cm, hari ke-7 panjang daunnya3,35 cm dan 4,3 cm, hari ke-9 panjang panjang
daunnya 3,5 cm dan 5,6 cm, hari ke-11 panjang daunnya4,4 cm dan 5,97 cm dan
pada hari ke-14 panjang daunkedua tanaman 3,9 cm dan 3,53 cm.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa panjang daun pada kacang hijau
mengalami kenaikan pada hari ke 0 sampai hari ke 11 ,dari 0,3 cm menjadi 4,4 cm
dan penurunan yang kecil pada hari ke 14 menjadi 3,9 cm, sedangkan pada kacang
merah terjadi penaikan pada hari ke-0 sampai hari ke 11, yaitu dari panjang 0,4
sampai 5,97 cm dan mengalami penurunan yang drastis pada hari ke 14 menjadi 3,53
cm. Baik kacang merah dan kacang hijau mengalami pernurunan pada hari ke 14 ini
menandakan bahwa pertumbuhan pada setiap biji tanaman tidak merata.

LEBAR DAUN
6 4.875.03
4 KACANG HIJAU
4 3.13
2.5 Linear (KACANG HIJAU)
LEBAR DAUN 1.2 1.351.21.35 1.35 KACANG MERAH
2
0.60.35
0.2
0.1 Linear (KACANG MERAH)
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
HARI KE-

Gambar 3.Kurva Sigmoid Lebar Daun kacang hijau dan kacang merah.
(Dokumentasi pribadi, 2016)
Pada gambar 3, menunjukan kurva pertumbuhan daun tanaman kacang hijau
(Phaseolus radiatus)dan kacang merah (Vigna angularis)yang melebar dari hari ke
hari. Pada hari pertama,seperti halnya panjang daun kedua tanaman tersebut
sudahtampak adanya pelebaran daun, yang disebabkan adanya pertumbuhan embrio
sejak biji mengalami imbibisi, yang memacu pertumbuhan biji menjadi kecambah.
Pada kacang hijau hari pertama memiliki lebar daun 0,3 cm, pada kacang merah
0,2 cm, pada hari ke-3lebardaun kacang hijau 0,6 cm dan kacang merah 1,2 cm, hari
ke-5 lebardaun kedua tanaman berturut-turut 0,35 cm dan 2,5 cm, hari ke-7
lebardaunnya1,2 cm dan 4 cm, hari ke-9 panjang lebardaunnya 1,35 cm dan 4,87
cm, hari ke-11 lebardaunnya1,35 cm dan 5,03 cm dan pada hari ke-14 lebar
daunkedua tanaman 3,9 cm dan 3,13 cm.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa lebar daun pada kacang hijau
mengalami kenaikan drastis pada hari ke 0 ke hari 3 dari 0,1 cm menjadi 0,6 cm,
kemudian mengalami penurunan menjadi 0,35 cm pada hari ke 5, dan kekonstanan
pada hari ke 7 -14 yaitu 1,5 cm. Pada kacang merah terjadi penaikan pada hari ke-0
sampai hari ke 14, yaitu dari0,2 cm menjadi 5,03, kemudian mengalami penurunan
drastis menjadi 3,13 cm pada hari ke 14.
Dari keseluruhan parameter pengukuran tinggi tanaman, pandang dan lebar
daun, menunjukan adanya ketidak merataan pertumbuhan dari kecambah, dilihat dari
kurva yang selalu ada penurunan, tidak sesuai dengan teori Kartika, dan Ilyas (1994),
dan Agustina dkk. (2013) tentang kematangan tumbuhan kacang hijau yang biasanya
mempunyai tinggi 50-70 cm maupun kacang merah yang tinggi umumnya mencapai
3,5 -4,5 meter. Selain itu pertumbuhan yang tidak maksimal dapat disebabkan oleh
faktor internal maupun eksterna. Faktor internal dapat dari pemilihan biji untuk
ditanam, praktikan memilih biji yang kecil,dimana menurut terori biji yang kecil
memiliki cadangan makanan yang kurang bagi pertumbuhan kecambah, dari faktor
luar bisa dari intensitas cahaya yang terlalu instens di dalam rumah kaca,
menyebabkan terhambatnya hormon auksin untuk merangsang perpanjangan batang,
suhu udara yang tidak optimum, sering terjadinya perubahan suhu mendung dan
panas.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditari beberapa kesimpulan
yaitu:
1. Laju pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiatus) masuk pada fase logarimik
pada hari ke 0 sampai hari ke 11 dengan ukuran tingginya dari 0 cm menjadi 25,25
sedangkan pada kacang merah (Vigna angularis)fase logaritmik terjadi pada hari
ke 0 sampai hari ke 9, dari 0 cm menjadi 27,7 cm. Fase linear pada kacang hijau
mulai terjadi pada sepanjang hari ke 11 menuju 14 dengan tinggi 22,25 dan pada
kacang merah terjadi di sepanjang hari ke 9 sampai 14. Kedua tanaman ini tidak
mengalami fase penuaan.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiatus)
dan kacang merah (Vigna angularis) adalah imtensitas cahaya, suhu, kelembapan,
ketersediaan air, dan faktor dalam dipengaruhi oleh cadangan makanan yang ada
pada biji untuk bertumbuh, dan hormon pertumbuhan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N., Waluyo, S., Warji, dan Tamrin. 2013. Pengaruh Suhu Perendaman
Terhadap Koefisien Difusi Dan Sifat Fisik Kacang Merah (Phaseolus vulgaris
L.). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 2 (1): 35 42.

Ashari, S., 1995.Holtikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Gardner, F.P., Pearce, R.B. dan Mitchell, R. L. 1991. Physiology of Crop Plants. UI
Press, Jakarta.

Harjadi, S. S., 1982. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Heddy, S., 2001.Ekofisiologi Tanaman. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kartika, E. dan S. Ilyas. 1994. Pengaruh tingkat kemasakan benih dan metode
konservasi terhadap vigor benih kacang jogo (Phaseolus vulgaris L.). Buletin
Agronomi 22 : 44-59.

Latifah, S., 2008. Tinjauan Konseptual Model; Pertumbuhan dan hasil Tegakan
Hutan. USU Digital Library, Medan.

Novizan, 2002.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Rozi, F. 2003. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dengan Peretakan, Perendaman Air


(H2O), Asam Sulfat (H2SO4), dan Hormone Giberrilin (GA3) terhadap
Viabilitas Benih Kayu Afrika (Maesopsis eminii engl).Skripsi. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan Diah R.
Lukman dan Sumaryo. ITB, Bandung.
Srigandono, B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sujarwati. 2004.Perkecambahan Dan Pertumbuhan Palem Jepang Akibat Perendaman
Biji Dalam Lumpur. Jurnal Natur Indonesia.4 (2) : 29-34.

Sukmadjaja, D. 2005. Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana.


Jurnal Bioteknologi Pertanian. 10 (1): 1-6.

Sumarno.1992. Arti Ekonomis dan Kegunaan Kacang Hijau. Balai Penelitian


tanaman pangan, Malang.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Buku. Rajawali Press. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. (1999). Botani Umum Jilid 2. Penerbit Angkasa, Bandung.


LAMPIRAN

Gambar 4. Mulainya pertumbuhan kecampa pada hari ke-3.


(dokumentasi pribadi, 2016).

Gambar 5. Proses penanaman kacang hijau pada polybag..


(dokumentasi pribadi, 2016).

Anda mungkin juga menyukai