a. Pap smear
b. Ultrasound / scan CT
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa,
dan batas-batasnya.
c. Laparoskopi
e. Foto Rontgen
KOMPLIKASI
Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi paling sering dan paling
berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang merupakan kegawatdaruratan medis
yang menyebabkan tuba falopiberotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi
ini sering menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah nyeri
perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi ini pasien harus
segera di bawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah
onset krisis, intervensi pada kista torsio bisa dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan
tuba falopi sudah nekrosis, pasien akan kehilangan tuba falopinya.
Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya kista yang ditandai dengan
ascites dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu
pembedahan darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang
berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung kista).
Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit dikenali
karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala. Tanda pertama yang bisa terjadi
adalah terasa nyeri di abdomen bagian bawah, mual, muntah dan demam.
c. Infeksi.
Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium yang tidak
terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat
septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan nyeri pelvis.
PENCEGAHAN
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari
penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit
ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan
komplikasi yang minimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi
aliran darah
DAFTAR PUSTAKA