Laporan Field Lab
Laporan Field Lab
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
Dengue. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes sp. yang banyak
hidup pada daerah tropis dan subtropis.
Di sebagian besar negara di Asia telah mengalami Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD dan meningkat empat kali lipat setelah tahun 1995. Sebagian
besar kasus ini menyerang anak-anak. Di Indonesia sendiri, kasus DBD telah
menyebar di seluruh provinsi dan 200 kota telah melaporkan KLB DBD
(Depkes RI, 2008).
Untuk mengurangi angka insiden terjadinya KLB DBD perlu dilakukan
suatu upaya pencegahan penularan DBD melalui nyamuk. Salah satu upaya
tersebut adalah melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE).
Pada kegiatan Field Lab kali ini, mahasiswa akan diterangkan tentang
pelaksanaan PE dan turun langsung ke lapangan untuk melaksanakan PE
dengan dibimbing oleh instruktur dari Puskesmas yang telah ditentukan.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di Indonesia.
2. Melakukan penyelidikan epidemiologi.
3. Menentukan adanya KLB DBD.
4. Menjelaskan cara penanggulangan KLB DBD.
5. Menjelaskan cara evaluasi penanggulangan KLB DBD.
Kegiatan dilaksanakan dalam waktu dua hari pada hari Jumat dan Sabtu dari
tanggal 20 Juni 2008 sampai dengan 21 Juni 2008 di Puskesmas Wonogiri II
Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan dilakukan secara berkelompok yang
terdiri dari 11 orang mahasiswa. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengarahan
tentang Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh instruktur dari Puskesmas Wonogiri
1
II pada hari pertama. Kemudian, hari kedua dilanjutkan dengan praktek PE
langsung di lapangan dengan lokasi Desa Kaloran, Kelurahan Giritirto,
Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.
B. Prosedur Kerja
1. Demonstrasikan form-form pelaporan yang ada di Puskesmas.
2. Demonstrasikan pencatatan laporan kasus DBD dalam buku catatan harian
penderita DBD.
3. Demonstrasikan persiapan alat yang akan dipakai dalam PE, yaitu senter,
form PE, bubuk abate dan tensimeter.
4. Jelaskan koordinasi yang dilakukan petugas Puskesmas dengan
Lurah/Kades/RT/RW setempat untuk pelaksanaan PE.
5. Demonstrasikan atau laksanakan kunjungan ke rumah tersangka/penderita
DBD dengan menanyakan ada tidaknya penderita panas 1 minggu
sebelumnya dengan sebab yang tidak jelas dan kemudian melakukan uji
Rumple Leed.
6. Lakukan pemeriksaan jentik di tendon air dalam atau luar rumah (sampai
dengan radius 100 meter dari rumah penderita).
7. Berikan larvasida atau beritahukan perlunya PSN jika menemukan jentik.
8. Catat hasil pemeriksaan di form PE.
9. Lakukan analisis data
a. Adanya transmisi penyakit; dilihat dari adanya penderita panas lebih
dari 3 orang dan adanya jentik di sekitar rumah. Seluruh container
yang berisi air di dalam dan di luar rumah diperiksa.
b. Menghitung House Index
House Index = Jumlah rumah yang (+) jentik x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
2
III. HASIL KEGIATAN
3
Alamat : RT. 01 RW. 007 Desa Kaloran, Kelurahan
Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten
Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah
Tanggal mulai sakit : 28 Mei 2008
Tanggal dirawat : 2 Juni 2008
Tanggal diagnosa : 2 Juni 2008
Perawatan : Rawat inap
Keadaan penderita saat ini : Hidup Tanggal : 7 Juni 2008
No Hasil Pemeriksaan Ya Tidak
1 Demam V -
2 Perdarahan, termasuk RL positif V -
3 Pembesaran hati V -
4 Shock - V
5 Trombosit 100.000/mm 38.000 35.000 30.000 37.000 V -
6 Hematokrit meningkat 20% 37 41 41 42 V -
7 Dengue blot positif + V -
4
2. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan pada radius 20 rumah sekeliling
index kasus dan di sekolah penderita. Pada saat dilakukan PE, juga
dilakukan abatisasi selektif yang dicatat dalam AS-1.
Cari penderita tambahan dalam periode 3 minggu yang lalu sejak tanggal
sakit index kasus dengan gejala sebagai berikut :
a. Panas 2 7 hari tanpa sebab yang jelas.
b. Penderita dengan tanda DBD (RL (+), dll).
c. Penderita meninggal dengan tanda DBD.
Hasil : Tidak ditemukan penderita / tersangka DBD dengan gejala seperti
yang disebutkan di atas.
3. Hasil abatisasi selektif pada penyelidikan epidemiologi.
Data diambil dari abatisasi selektif format AS-1.
Jumlah rumah yang diperiksa : 20 rumah
Jumlah positif jentik : 1 rumah
House index : 5%
Jumlah rumah diabatisasi : 1 rumah
4. Hasil analisa epidemiologi.
Dari data di atas dilakukan analisis dengan kriteria sebagai berikut :
a. Ada tambahan 2 atau lebih kasus DBD dalam periode 3 minggu yang
lalu.
b. Adanya tambahan kasus DBD yang meninggal dalam periode 3
minggu yang lalu.
c. Adanya tambahan kasus DBD 1 orang dan ada 3 orang penderita panas
dalam periode 3 minggu terakhir serta house index lebih dari 5%.
d. Ada tambahan 1 kasus DBD dan house index kurang dari 5%.
Bila terpenuhi kriteria 1 atau 2 atau 3 dilakukan fogging focus seluas 1
RW/Dukuh/300 rumah atau seluas 16 Ha, dan PSN.
5. Bila hanya terpenuhi kriteria no. 4 maka diharapkan penggerakan
masyarakat untuk pembersihan sarang nyamuk (PSN), selanjutnya
dilakukan pengamatan / Pe 3 minggu yang akan datang sejak tanggal sakit
index sakit.
5
Hasil pemeriksaan jentik yang dilakukan pada radius 20 rumah dari rumah
penderita DBD adalah sebagai berikut :
Dari 20 rumah yang diperiksa termasuk di antaranya adalah sekolah penderita
DBD didapatkan 1 rumah, Mushola Ar-Rahman, yang positif ditemukan
jentik. Kemudian dilakukan pemberian bubuk abate untuk membunuh jentik-
jentik tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dapat ditentukan House Index, yaitu :
House Index = Jumlah rumah yang (+) jentik x 100% = 1 x 100% = 5%
Jumlah rumah yang diperiksa 20
IV. PEMBAHASAN
6
Ar-Rahman. Kemudian, di tempat penampungan air yang positif terdapat jentik
itu diberikan bubuk abate untuk membunuh jentik-jentik tersebut.
Pemberian bubuk abate ini perlu dilakukan walaupun hanya 1 rumah saja
yang positif ditemukan jentik dan belum dapat dipastikan bahwa jentik yang kami
temukan merupakan jentik dari Aedes sp.. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penularan virus DBD yang dibawa melalui nyamuk dewasa sebagai vektornya.
Terdapat 4 tipe virus DBD yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus DBD
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes sp. yang telah terkontaminasi
virus DBD dari darah penderita DBD yang dihisap oleh nyamuk tersebut
sebelumnya. Virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan
tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 7 hari setelah
mengisap darah penderita, nyamuk siap menularkan kepada orang lain.
Siklus hidup nyamuk dimulai dari telur yang hidup pada permukaan air
bersih secara individual. Telur menetas dalam 1-2 hari menjadi larva. Larva
berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan
selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan
dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun
dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Karena itu untuk
menghindari perkembangan dari nyamuk tersebut perlu dilakukan pemutusan
siklus hidup nyamuk salah satunya dengan pemberian bubuk abate.
Kesembilanbelas rumah lainnya termasuk sekolah penderita DBD, SD
Kaloran, tidak ditemukan jentik pada tempat-tempat penampungan airnya.
Menurut keterangan Lurah Giritirto, Bapak Sukimin, warganya baru saja
melaksanakan kegiatan Jumat Bersih yang dilakukan secara rutin setiap minggu.
Oleh karena itu, pada saat kami melakukan PE pada hari Sabtu tanggal 21 Juni
2008 tersebut tidak ditemukan jentik kecuali di Mushola Ar-Rahman yang
menurut warga sekitar bahwa untuk sementara waktu mushola tersebut
ditinggalkan oleh pengurusnya. Selain pemeriksaan jentik, kami tidak menemukan
tersangka DBD atau warga dengan demam selama 2 7 hari tanpa sebab yang
jelas.
Kami juga mengunjungi kediaman Bapak Suyono, orang tua dari Rahmat
Adhi Nugroho. Di belakang kediaman beliau terdapat aliran sungai yang
7
mengering. Kemungkinan penularan DBD yang diderita Rahmat berasal dari
genangan air yang terdapat di sepanjang aliran sungai tersebut.
V. PENUTUP