PENDAHULUAN
1
b. Apa definisi dari anemia ?
c. Terapi apa saja yang diberikan pada pasien anemia ?
d. Bagaimana proses farmakokinetik obat anemia ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi dan penjelasan dari obat secara umum.
b. Mengetahui definisi dan penjelasan dari anemia.
c. Mengetahui pengobatan/terapi untuk pasien anemia.
d. Mengetahui proses farmakokinetik dari obat anemia.
BAB 2
PEMBAHASAN
2
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa haemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar haemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal. Batasan yang umum digunakan
adalah kriteria WHO, dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
b. Terapi Farmakologi
1) Anemia Defisiensi Besi
a) Terapi : besi.
b) Mekanisme : zat besi membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin yang
bersama-sama dengan rantai globin membentuk hemoglobin.
c) Besi oral
3
j) Interaksi obat
Antasid : menurunkan absorpsi besi
Asam askorbat : meningkatkan absorpsi besi
Garam kalsium : menurunkan absorpsi besi
Kloramfenikol : meningkatkan konsentrasi plasma besi
Antagonis histamin H2 : menurunkan absorpsi besi
PPI : menurunkan absorpsi besi
Kaptopril : besi dapat menginaktivasi kaptopril
Fluoroquinolon : membentuk kompleks dengan besi menurunkan
absorpsi fluoroquinolon
L-dopa : membentuk khelat dengan besi menurunkan absorpsi L-dopa
MMF : besi menurunkan absorpsi MMF
Tetrasiklin : membentuk kompleks dengan besi absorpsi besi dan
tetrasiklin turun
4
d) Absorpsi : asam folat dari makanan harus mengalami hidrolisis, reduksi,
dan metilasi pada saluran pencernaan agar dapat diabsorpsi. Perubahan
asam folat menjadi bentuk aktifnya, tetrahidrofolat, membutuhkan
vitamin B12 (sianokobalamin).
e) Dosis : folat oral 1 mg setiap hari selama 4 bulan.
f) Kontraindikasi : pengobatan anemia pernisiosa dimana vitamin B12 tidak
efektif.
g) Efek samping : perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, iritabilitas,
anoreksia, mual, distensi abdominal, flatulensi.
h) Interaksi obat :
Asam aminosalisilat : menurunkan konsentrasi plasma folat.
Inhibitor dihidrofolat reduktase : menyebabkan defisiensi folat.
Sulfalazin : menyebabkan defisiensi folat.
Fenitoin : menurunkan konsentrasi plasma folat
5
yang terdapat pada makanan hewani misalnya daging umumnya diabsorpsi lebih
mudah dibandingkan dengan makanan nabati.
Fe yang didapatkan pada hemoglobin dan mioglobin daging lebih mudah
diabsorpsi karena diabsorpsi dalam bentuk utuh, tidak memerlukan pemecahan
lebih dahulu menjadi elemen Fe.
Kadar Fe dalam plasma berperan dalam mengatur absorpsi Fe. Absorpsi ini
meningkat pada keadaan defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe dan meningkatnya
eritropoesis. Selain itu, bila Fe diberikan sebagai obat, bentuk sediaan, dosis dan
jumlah serta jenis makanan dapat mempengaruhi absorpsinya.
b. Distribusi
Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin (siderofilin), suatu
beta 1-glubolin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke berbagai jaringan,
terutama kesum-sum tulang depot Fe. Jelas bahwa kapasitas pengikatan total Fe
dalam plasma sebanding dengan jumlah total transferin plasma, tetapi jumlah Fe
dalam plasma tidak selalu menggambarkan kapasitas pengikatan total Fe ini.
Selain transferin, sel-sel reticulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk
keperluan eritropoesis, dan juga berfungsi sebagai gudang Fe.
c. Metabolisme
Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe mengikat suatu protein yang disebut
apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa usus
halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa dan sum-sum tulang).
Cadangan ini tersedia untuk digunakan oleh sum-sum tulang dalam proses
eritropoesis, 10% diantaranya terdapat dalam labile pool yang cepat dapat
dikerahkan untuk proses ini, sedangkan sisanya baru digunakan bila labile
pool telah kosong. Besi yang terdapat di dalam parenkim jaringan tidak dapat
digunakan untuk eritropoesis.
Bila Fe diberikan IV,cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk
feritin) dan disimpan terutama di dalam hati,sedamgkan setelah pemberian per
oral terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang berasal dari
pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa. Penimbunan Fe dalam
jumlah abnormal tinggi dapat terjadi akibat transfusi darah berulang-ulang atau
akibat penggunaan preparat Fe dalam jumlah berlebihan yang diikuti absorpsi
yang berlebihan pula.
d. Ekskresi
6
Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali biasanya sekitar 0,5-1 mg
seehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna
yang terkelupas, melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang
dipotong. Pada proteinuria jumlah yang dikeluarkan dengan urin dapat meningkat
bersama dengan sel yang mengelupas. Pada wanita usia subur dengan siklus haid
28 hari, jumlah ekskresi Fe yang diekskresi sehubungan dengan haid diperkirakan
sebanyak 0,5-1 mg sehari.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan,
dan menyembuhkan penyakit.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa haemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.
7
Dalam pemberian terapi anemia terdapat dua terapi yaitu: terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi. Dimana terapi farmakologi terdapat proses
farmakokinetik dalam tubuh yaitu: absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
3.2 Saran
Dalam pemberian terapi anemia hendaknya sesuai dengan etiologi/penyebab
terjadinya anemia. Pemberian dosis dan penggunaan obat hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber bacaan dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Sabrini, dkk. 2010. Farmakoterapi Anemia. Bandung: Sekolah Farmasi Institut Teknologi
Bandung
Sulistyo, Andi dan Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika