Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : UMUM

Dosen Pembimbing :

Sukma Ayu Candra K. M.Kep., Sp. Kep J

Disusun Oleh :

1. Astriani Rohmawati 141.0020

2.

3.

4.

5. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA

6. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

7. TAHUN AJARAN 2016-2017


8.

1. LATAR BELAKANG
9. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan
(neurosa) dan gangguan jiwa berat (psikosis). Skizofrenia merupakan salah satu bentuk
psikosis yang sering dijumpai (Maramis, 2004). Skizofrenia didefinisikan sebagai
penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi dan
perilaku sosialnya (Herman, dalam Yosep,2009). Secara general gejala serangan
skizofrenia dibagi menjadi dua, yaitu gejala negative dan gejala positif. Gejala negatifnya
meliputi klien menjadi garang, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan
sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, apatis, perasaan depresi dan tidak memiliki
kepekaan tentang perasaannya sendiri, sedangkan gejala yang positif meliputi halusinasi,
penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berfikir (Yosep, 2009).

10. WHO menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa di dunia


pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa. Mengacu data tersebut, kini jumlah itu
diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk
Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22% dari penduduk Indonesia mengalami
gangguan kejiwaan (Yosep, 2009). Survey kesehatan jiwa yang dilakukan oleh
Soedjono (2007) pada penduduk 11 kota terpilih di indonesia, dilaporkan
prevalensi gangguan kesehatan jiwa sebesar 185 orang pada 1000 penduduk. Ini
berarti bahwa di setiap rumah tangga yang terdiri dari 5-6 anggota keluarga
terdapat satu orang yang mengalami gangguan jiwa. Dari survey diseluruh rumah
sakit di Indonesia yang dilakukan oleh Chaery Indra (2009), ada0,5-1,5 perseribu
penduduk mengalami gangguan jiwa, sedangkan di kota-kota besar jumlahnya
berkisar antara 0,5 1 perseribu penduduk. Berdasarkan pengalaman survey di
rumah sakit jiwa, gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan adalah perilaku
kekerasan, halusinasi, menarik diri, dan harga diri rendah (Keliat, 2005).

11. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan diagnosis Gangguan


Jiwa III (PPDGJIII) merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat tergantung
pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia merupakan kumpulan
dari beberapa gejala klinis yang penderitanya akan mengalami gangguan dalam
kognitif, emosional, persepsi serta gangguan dalam tingkah laku. Penderita
gangguan jiwa akan mengalami menunjukkan gejala gangguan persepsi, seperti
waham dan halusinasi (Kaplan & Sadocks, 2007).

12. Skizofrenia memerlukan pengobatan antipsikotik dalam jangka


waktu yang panjang, tetapi medikasi antipsikotik saja tidaklah cukup tanpa
disertai dengan jenis penatalaksanaan pendukung lain. Salah satu psikoterapi yang
dapat dilakukan untuk menangani gejala yang ditimbulkan pasien gangguan jiwa
adalah Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah metode
pengobatan untuk penderita gangguan jiwa yang dilakukan dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu (Keliat dan
Akemat, 2005).

2. LANDASAN TEORI

13. Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan


satu sama denganyang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harusditangani sesuai keadaannya, ketidaksamaan, kesukaan, dan
menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart dan Laraia, 2001). Semua Kondisi Ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika kondisi ini akan memberikan umpan
balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.Terapi
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi umum adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien di latih untuk
mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata. Untuk terapi ini pasien seperti
gangguan persepsi sensori halusinasi. Halusinasi adalah suatu keadaan diman
seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang
(di prakarsai dari internal dan eksternal) disertai dengan respon menurun atau
dilebih-lebihkan atau kerusakan respon pada rangsangan ini (Townsed, 2005).

3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
14. Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
15.
b. Tujuan Khusus.
1) Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat seperti:
Klien mampu memberi menyebutkan apa yang klien lihat.
Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat.
2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
16.
4. TAHAP SESI

17. Sesi yang di gunakan pada terapi aktivitas kelompok stimulasi


persepsi sensori yaitu :

18. Sesi yang Ketiga


19. Kemampuan Persiapan : Melihat Gambar
20.
5. KARAKTERISTIK KLIEN
a. Kriteria Klien
Klien yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi pada tahap
1 dan 2
Klien yang sudah kooperatoif
21.
b. Proses Seleksi
Mengkaji klien dengan tanda halusinasi
Mengkomunikasikan dengan perawat ruangan untuk memilih pasien yang
sesuai
Membuat kontrak dengan pasien yang sudah dipilih
22.
c. Data klien

23. 24. Klien 25. Kondisi


No.
26. 27. 28.
1

29. 30. 31.


2.
32. 33. 34.
3.
35. 36. 37.
4.
38. 39. 40.
5.
41.
42.
6. KRITERIA HASIL
43. Klien yang dapat mengikuti TAK didapatkan dari :
a. Berdasarkan pasien kelolaan mahasiswa (kelompok)
b. Berdasarkan seleksi kelompok
c. Berdasarkan rekomendasi dari perawat ruangan
44.
7. ANTISIPASI MASALAH
a. Apabila pada saat TAK berlangsung, pasien tidak mau untuk berbicara dan tidak
mau untuk melakukan apa yang di arahkan oleh leader maka :
Leader harus memberikan pengarahan lebih baik dan membujuk pasien.
Fasilitator harus mengarahkan pasien agar dapat ikut serta dalam TAK dan
dapat berbicara sesuai dengan apa yang diarahkan oleh leader.
Apabila pasaien tetap tidak mau berbicara maka pasien disarankan untuk
menuliskannya.
Apabila pasien tidak dapat menulis, fasilitator akan membantu menuliskannya
45.
b. Dan apabila pasien ingin keluar ruangan TAK sebelum TAK selesai maka :
Leader harus mengingatkan pasien akan kontrak yang sudah dilakukan di awal
TAK.
Fasilitator harus dapat mngarahkan pasien dan menyakinkan pasien untuk
tetap ikut TAK.
46.
8. PENGORGANISASIAN

a. Sesi 3

47. Hari : Selasa

48. Tanggal : 6 Desember 2016

49. Pukul : 10.00 WIB

50. Tempat: Ruang Lab Skill Stikes Hang Tuah Surabaya


51. Lama Kegiatan:

1. Perkenalan dan pengarahan (5 menit)


2. Role play (5 menit)
3. Permainan dan diskusi (25 menit)
4. Evaluasi (10 menit)
5. Penutup (5 menit)

52. Jumlah peserta : 53 orang

53.

1. Terapis
Leader : Febri Ika S
Co-leader : Jasinta Firda P
Observer : Selviana Dwi A
Fasilitator : Ajeng Mauidho R A
54. Andy Prasetiya
55. Anisa
56. Astriani Rohmawati
57. Merlina Prahara N
58. Sekar Arum L
59. Shofia Kulsum
60. Siska Dwi Astuti

61.

2. Peran dan Fungsi Terapis


a. Leader
Memperkenalkan diri
Analisa dan observasi pola komunikasi dalam kelompok
Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok
Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai
Motivasi kelompok untuk aktif.
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
Memberi reinforcement positif
Menyimpulkan keseluruhan aktivitas kelompok
b. Co leader
Membantu tugas leader
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
Mengingatkan leader bila ada kegiatan yang menyimpang.
Mengingatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan.
c. Fasilitator
Ikut serta dalam anggota sebagai anggota kelompok
Fasilitasi kelompok yang kurang aktif
Menjadi rool model selama acara berlangsung
d. Observer
mengobservasi persiapan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
mencatat semua aktivitas terapi aktivitas kelompok
mengevaluasi hasil kegiatan terapi aktivitas kelompok

9. PROSES PELAKSANAAN TAK

Sesi 3 : Melihat Gambar

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat.


2. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Beberapa gambar.
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien


Terapis dapat mempersiapkan gambar dari berbagai sumber, koran,

majalah, potret, atau lukisan. Sebaiknya gambar yang dipilih menggambarkan
perilaku tertentu sebagai stimulus untuk di diskusikan dengan klien. Terapis telah

menyiapkan diri terkait aspek nilai positif perilaku yang akan di tekankan untuk

diadopsi sesuai dengan masalah klien. Beberapa contoh gambar : gambar
percakapan dalam keluarga sesuai untuk klien yang mengalami isolasi sosial,

gambar orang sedang berdandan untuk klien yang mengalami defisit perawatan
diri,
gambar orang yang asertif sesuai untuk klien dengan perilaku kekerasan dan
segalanya.


Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab

Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Menyiapkan alat dan tempat bersama
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan masalah yang dirasakan.
Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melihat gambar.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Tentukan 1 atau 2 gambar yang umum dikenal orang
b. Tunjukkan gambar pada klien (jika besar dapat di depan saja, jika kecil
diedarkan).
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai gambar yang dilihat.
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian/ penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat.
f. Ulangi c, d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.
g. Beri kemampuan pada tiap gambar yang dipaparkan.

Terapis memberikan kesimpulan dalam bentuk aspek postif gambar

terhadap kesehatan jiwa dan perilaku yang bisa diadopsi oleh klien untuk
mengatasi masalah yang dialami.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan klien melatih melihat gambar (di TV, koran, majalah,
album) dan mendiskusikan pada orang lain.
Membuat jadwal melihat gambar.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi umum sesi 3 kemampuan yang di harapkan adalah memberi
pendapat tentang gambar, memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain, dan
mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 3 : TAK

Stimulasi Persepsi Umum

Kemampuan Persepsi : Melihat Gambar

Nama klien
Aspek yang dinilai

Memberi pendapat
tentang gambar
Memberi tanggapan
terhadap pendapat klien
lain
Mengikuti kegiatan
sampai selesai
Jumlah

Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek di nilai dengan memberi tanda () jika ditemukan
pada klien atau (-) jika tidak di temukan.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampian yang di miliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien. Contoh catatan : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
(melihat gambar), klien tidak mampu mempersepsikan dan memberi tanggapan, tetapi
mengikuti kegiatan sampai selesai. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi sensori.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf Ah, Rizky Fitryasari P.K, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
2. Kelaiat BA dan Akemat. 2013. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai