PENDAHULUAN
2. Hak atas harta kekayaan, hak kebendaan, dan hak mutlak lainnya.1
Adapun salah satu contoh kasus yang terjadi ini bermula pada tahun 2013
dimana adanya dugaan hakim melakukan kesalahan penafsiran unsur melawan
hukum sehingga tidak tepat dalam membedakan dan menentukan perbuatan pidana
dan bukan perbuatan pidana. Berikut kami sampaikan idenitas dari terdakwa yaitu:
Kebangsaan : Indonesia;
Agama : Islam;
Bahwa benar terdakwa pernah meminjamkan uang modal usaha U.D. Mandiri
kepada saksi Sri Nurliana Sari Sitorus sebesar Rp.1.400.000,- (satu juta empat
ratus ribu rupiah) tanpa sepengetahuan saksi Normah Sembiring selaku pemilik
uang tersebut;
Bahwa benar sampai saat ini uang tersebut belum dikembalikan oleh saksi Sri
Nurliana Sari Sitorus baik kepada terdakwa maupun kepada saksi Norma
Sembiring;
Bentuk dakwaan yang diajukan Penuntut Umum adalah dakwaan yang berbentuk
alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan mempertimbangkan dakwaan alternatif
kesatu Penuntut Umum sebagaiman diatur dalam pasal 374 KUHPidana.
Pasal 374 KUHP
Dalam hal ini kami melihat bahwa sebenarnya kasus ini masuk dalam tindak pidana
penggelapan dalam jabatan sebagaimana telah dicantumkan dalam dakwaan alternative
pertama yaitu dijerat dengan Pasal 374 KUHP. Untuk dapat mengetahui dan
menganalisa ketepatan penggunaan Pasal 374 KUHP terlebih dahulu harus diuraikan
unsur-unsur yang terkandung didalamnya, yaitu:
1. Barang siapa;
2. Dengan sengaja;
3. Melawan hukum (wederrechttelijk) mengaku sebagai milik sendiri (zich
toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang lain (enig goed dat geheel of ten dele aan een ander toebehoort);
4. Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan (anders dan door
misdrijf onder zich hebben).
5. Dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena
adanya hubungan kerja kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah
untuk itu.
Berikut akan dijelaskan analisis unsur-unsur yang terdapat dalam rumusan delik
Penggelapan dengan jabatan sebagaimana diatur dalam Pasal 374 KUHP:
Subyek hukum (subjectum juris) adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh,
mempunyai atau menyandang hak dan kewajiban dari hukum, yang terdiri dari
Orang (natuurlijkepersoon) dan/atau Badan hukum (rechtspersoon).
Menurut Simons, merumuskan strafbaar feit atau delik sebagai berikut :
eene starfbaar gestelde, onrechtmatige. Met schuld in verband staande, van een
toekeningsvatbaar persoon
Artinya : Suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan pidana, bertentangan
dengan hukum, dilakukan oleh seseorang yang bersalah dan orang itu dipandang
bertanggungjawab atas perbuatannya.
Bahwa, salah satu unsur yang terdapat dalam Pasal 372 KUHP (Wetboek van
Strafrecht) ialah unsur dengan sengaja (opzettelijk), dimana unsur ini merupakan
unsur subjektif dalam tindak pidana penggelapan, yakni unsur yang melekat pada subjek
tindak pidana, ataupun yang melekat pada pribadi pelakunya. Hal ini dikarenakan unsur
opzettelijk atau unsur dengan sengaja merupakan unsur dalam tindak pidana
penggelapan, dengan sendirinya unsur tersebut harus dibuktikan.
Bahwa terdapat dua teori berkaitan dengan sengaja atau opzettelijke. Pertama,
teori kehendak atau wilshtheorie yang dianut oleh Simons, dan kedua teori pengetahuan
atau voorstellingstheorie yang antara lain dianut oleh Hamel.
Bahwa, maksud unsur kesengajaan dalam pasal ini, adalah seorang pelaku atau
dader sengaja melakukan perbuatan-perbuatan dalam pasal 372 KUHP.
Bahwa, menurut Prof. Satochid Kartanegara, SH, pengertian opzet dapat dilihat dalam
Memorie van Tolichting (penjelasan undang-undang), yaitu willens en weten,
pengertian willens en weten adalah :
pemilikan dilakukan dengan sengaja dan bahwa pemilikan itu dengan tanpa hak
merupakan unsur-unsur daripada tindak pidana tersebut dalam pasal 372 KUHP
Bahwa berdasarkan uraian diatas dan di komparasikan dengan fakta hukum yang ada
dimana Terdakwa DESI NANDA SARI Normah Sembiring ada memberikan uang
kepada terdakwa sebesar Rp.155.000.000,- (seratus lima puluh lima juta rupiah) sebagai
modal untuk menjalankan usaha milik saksi Normah Sembiring dan terhadap uang
modal usaha U.D. Mandiri milik saksi Normah Sembiring yang tidak nampak
tersebut, terdakwa tidak dapat menjelaskan/mempertanggung jawabkan dimana
keberadaannya, maka dalam kasus ini unsur dengan sengaja telah terpenuhi.
3. Unsur Melawan hukum (wederrechttelijk) mengaku sebagai milik sendiri (zich
toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang lain (enig goed dat geheel of ten dele aan een ander toebehoort)
het zich wederrechtelijk als heer en meester gedragen ten aanzien van het goed
alsof hij eigenaar is, terwijl hij het niet is atau secara melawan hukum memiliki
sesuatu benda seolah-olah ia adalah pemilik dari benda tersebut, padahal ia bukanlah
pemiliknya.
Menguasai benda milik orang lain secara bertentangan dengan sifat daripada hak
yang dimiliki oleh si pelaku atas benda tersebut.
Bahwa berdasarkan fakta persidangan yang terungkap yaitu benar terhadap uang
modal usaha U.D. Mandiri milik saksi Normah Sembiring yang tidak nampak
tersebut, terdakwa tidak dapat menjelaskan/mempertanggungjawabkan dimana
keberadaannya, terdakwa pernah meminjamkan uang modal usaha U.D. Mandiri kepada
saksi Sri Nurliana Sari Sitorus sebesar Rp.1.400.000,- (satu juta empat ratus ribu rupiah)
tanpa sepengetahuan saksi Normah Sembiring selaku pemilik uang tersebut dan Bahwa
benar sampai saat ini uang tersebut belum dikembalikan oleh saksi Sri Nurliana Sari
Sitorus baik kepada terdakwa maupun kepada saksi Norma Sembiring, maka unsur
melawan hukum dalam kasus ini telah terpenuhi
4. Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan (anders dan door misdrijf
onder zich hebben)
Bahwa, untuk menentukan terpenuhinya unsur ini, maka pelaku (dader) yang diduga
telah melakukan tindak pidana (strafmaatregel) penggelapan (verduistering) harus
menguasai barang tersebut bukan dengan jalan kejahatan.
Bahwa van Bemmelen menyatakan tidak ada perbedaan antara arti melawan hukum
dalam hukum pidana dengan arti melawan hukum dibidang perdata. Pendapat van
Bemmelan ini diperkuat oleh Pompe ketika menyatakan bahwa sifat melawan hukum
tidak hanya menyangkut hukum tertulis tetapi juga hukum tidak tertulis. Pompe juga
menyatakan bahwa arti wederrechtelijk (sifat melawan hukum dalam hukum pidana)
sesuai dengan arti onrechtmatige daad (perbuatan melanggar hukum dalam hukum
perdata) dengan merujuk pada putusan Hoge Raad,31 Januari 1919.
Menurut Adami Chazawi mengatakan :
Sesuatu benda berada dalam kekuasaan seseorang adalah apabila antara orang itu
dengan bendanya terdapat hubungan yang sedemikian eratnya, sehingga apabila ia
akan melakukan segala perbuatan terhadap benda itu ia dapat segera melakukannya
secara langsung dan nyata, tanpa terlebih dulu harus melakukan perbuatan lain.
Benda milik orang lain berada dalam kekuasaan seseorang bukan karena
kejahatanlah yang merupakan unsur dari delik penggelapan ini, dan ini dapat terjadi
oleh sebab perbuatan-perbuatan hukum seperti: penitipan, perjanjian sewa
menyewa, pengancaman, dsb.
Berdasarkan fakta hukum dalam persidangan bahwa Bahwa benar saksi Normah
Sembiring ada memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp.155.000.000,- (seratus
lima puluh lima juta rupiah) sebagai modal untuk menjalankan usaha milik saksi
Normah Sembiring tersebut;
Bahwa benar saksi Normah Sembiring memberikan uang tersebut secara bertahap
kepada terdakwa yaitu pada tanggal 06 Pebruari 2013 sebesar Rp.40.000.000,- (empat
puluh juta rupiah), pada tanggal 10 Pebruari 2013 sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh
juta rupiah), pada tanggal 13 Pebruari 2013 sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta
rupiah), pada tanggal 18 Pebruari 2013 sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)
dan pada tanggal 28 April 2013 sebesar Rp.45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah);
Bahwa dalam setiap pemberian uang mulai dari tahap pertama hingga tahap keempat
dengan nominal keseluruhan sejumlah Rp155.000.000,- dilakukan dengan sadar dan
sukarela oleh saksi NORMAH SEMBIRNG kepada Terdakwa, maka unsur Yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan dalam delik ini telah terpenuhi.
5. Dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena
adanya hubungan kerja kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah
untuk itu.
Berdasarkan fakta persidangan terungkap bahwa Bahwa benar terdakwa bekerja di U.D.
Mandiri milik saksi Normah Sembiring dengan jabatan sebagai kasir;
Bahwa benar sebagai kasir terdakwa bertugas untuk membeli dan menerima buah
kelapa sawit dari para petani lalu membayarkan uangnya kepada petani tersebut,
kemudian setelah itu terdakwa membukukannya di dalam buku laporan yang terdakwa
buat setiap bulannya;
Bahwa benar saksi Normah Sembiring menggaji terdakwa sebesar Rp.700.000,- (tujuh
ratus ribu rupiah) setiap bulannya dan memberikan uang makan kepada terdakwa setiap
harinya sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah);
Bahwa benar terdakwa bekerja di U.D. Mandiri setiap hari (Senin sampai Minggu) dari
pukul 08.00 wib sampai dengan pukul 18.00 wib;
Bahwa benar terdakwa bekerja di U.D. Mandiri milik saksi Normah Sembiring selama
lebih kurang 3 (tiga) bulan yaitu sejak tanggal 05 Pebruari 2013 sampai dengan tanggal
23 Mei 2013:
Maka unsur orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena adanya
hubungan kerja kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu dalam
delik ini telah terpenuhi.
Pertimbangan hakim...............................
Isu hukum pada kasus ini adalah ketepatan Majelis Hakim dalam menilai bahwa
perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa bukan merupakan perbuatan pidana yaitu
dalam kesalahan penafsiran unsur melawan hukum sehingga tidak tepat dalam
membedakan dan menentukan perbuatan pidana dan bukan perbuatan pidana
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian kasus posisi diatas dapat dirumuskan bebetapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah dasar hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim dalam kasus diatas
sudah tepat dan sesuai dengan fakta hukum yang timbul?
2. Apakah putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim sudah sesuai dengan fakta-
fakta hukum yang ada dalam persidangan?
1.3 Tujuan
Penulisan ilmiah ini bertujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa dasar hukum yang digunakan Majelis
Hakim dalam mengadili perkara tersebut.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa perbedaan perbuatan melawan hukum
dalam konteks pidana dan perdata