Anda di halaman 1dari 3

Proses Karies Gigi

Proses terjadinya karies gigi diawali oleh proses pembentukan plak secara fisiologis pada permukaan
gigi. Plak terdiri atas komunitas mikroorganisme atau bakteri yang dapat bekerja sama serta memiliki
sifat fisiologi kolektif. Beberapa bakteri mampu melakukan fermentasi terhadap substrat karbohidrat
(seperti sukrosa dan glukosa), untuk memproduksi asam, menyebabkan pH plak akan menurun sampai
di bawah 5 dalam 1-3 menit. Penurunan pH plak secara berulang-ulang akan mengakibatkan
demineralisasi pada permukaan gigi. Namun, asam yang diproduksi dapat dinetralkan oleh saliva,
sehingga pH saliva meningkat dan berlangsungnya pengambilan mineral. Keadaan ini disebut dengan
remineralisasi. Hasil kumulatif dari proses demineralisasi dan mineralisasi dapat menyebabkan
kehilangan mineral sehingga lesi karies terbentuk.

Proses karies dapat terjadi di seluruh permukaan gigi dan merupakan proses alami. Pembentukan
biofilm dan aktifitas metabolik oleh mikroorganisme tidak dapat dicegah. Perkembangan lesi ke dalam
dentin bisa mengakibatkan invasi bakteri dan mengakibatkan kematian pulpa dan penyebaran infeksi
ke dalam jaringan periapikal sehingga menyebabkan rasa sakit.9

Akibat Karies yang Tidak Dirawat

Terjadinya demineralisasi lapisan email, menyebabkan email menjadi rapuh. Jika karies gigi dibiarkan
tidak dirawat, proses karies akan terus berlanjut sampai ke lapisan dentin dan pulpa gigi, apabila sudah
mencapai pulpa gigi biasanya penderita mengeluh giginya terasa sakit. Jika tidak dilakukan perawatan,
akan menyababkan kematian pulpa, serta proses radang berlanjut sampai ke tulang alveolar.5
Beberapa masalah akan timbul pada karies yang tidak terawat apabila dibiarkan seperti pulpitis,
ulserasi, fistula dan abses.

a. Pulpitis

Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi, yang pada umumnya merupakan kelanjutan
dari proses karies. Jaringan pulpa terletak di dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses
radang, secara klinis sulit untuk menentukan seberapa jauh proses radang tersebut terjadi.10Menurut
Ingle, atap pulpa mempunyai persarafan terbanyak dibandingkan bagian lain pada pulpa. Jadi, saat
melewati pembuluh saraf yang banyak ini, bakteri akan menimbulkan peradangan awal pulpitis.
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis dibagi menjadi:11,12

1. Pulpitis reversible, yaitu inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi
akan menghilang dan pulpa kembali normal. Gejala Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa
sakit yang tajam dan hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari
pada panas. Tidak timbul spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya di hilangkan.

2. Pulpitis Irrevesible, yaitu lanjutan dari pulpitis reversible. Pulpitis irreversible merupakan inflamasi
parah yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan
menjadi nekrosis.11 Biasanya, gejala asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan gejala yang ringan.
Nyeri pulpitis irreversible ini dapat tajam, tumpul, setempat, atau difus (menyebar) dan dapat
berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam.

b. Ulkus Traumatik

Ulkus traumatik atau ulserasi adalah ulserasi akibat trauma, dapat disebabkan kontak dengan sisa
mahkota gigi atau akar yang tajam akibat proses karies gigi. Ulserasi akibat trauma sering terjadi pada
daerah mukosa pipi dan bagian perifer lidah. Secara klinis ulserasi biasanya menunjukkan permukaan
sedikit cekung dan oval bentuknya. Pada awalnya daerah eritematous di jumpai di bagian perifer, yang
perlahan-lahan warnanya menjadi lebih muda karena proses keratinisasi. Bagian tengah ulkus
biasanya berwarna kuning-kelabu. Setelah pengaruh traumatik hilang, ulkus akan sembuh dalam
waktu 2 minggu.

c. Fistula

Fistula terjadi karena peradangan karies kronis dan pernanahan pada daerah sekitar akar gigi
(periapical abcess). Peradangan ini akan menyebabkan kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi.
Peradangan yang terlalu lama menyebabkan pertahanan tubuh akan berusaha melawan, dan
mengeluarkan jaringan yang telah rusak dengan cara mengeluarkan nanah keluar tubuh melalui
permukaan yang terdekat, daerah yang terdekat adalah menembus tulang tipis dan gusi yang
menghadap ke pipi, melalui saluran yang disebut fistula. Jika saluran ini tersumbat, maka akan terjadi
pengumpulan nanah.

d. Abses

Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak sempurna pada pulpa yang terinfeksi,
sehingga menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan menyebar ke arah jaringan periapikal secara
progresif. Pada saat infeksi mencapai akar gigi, patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah
dan virulensi bakteri, ketahanan host, dan anatomi jaringan yang terlibat.5,13

Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan infeksi bakteri campuran. Bakteri
yang berperan dalam proses pembentukan abses yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus
mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang
fungsinya untuk mendeposisi fibrin, sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama
yangberperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase

e. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan radang pulpa akut maupun kronis
atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat bersifat parsial
atau total. Ada dua tipe nekrosis pulpa, yaitu:14

1. Tipe koagulasi, di sini terdapat jaringan yang larut, mengendap, dan berubah menjadi bahan yang
padat.

2. Tipe liquefaction, enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang lunak atau
cair.

F. Halitosis

Bau mulut atau Halitosis merupakan suatu keadaan di mana terciumnya bau mulut pada saat
seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium pada saat berbicara). Bau nafas yang bersifat akut,
disebabkan kekeringan mulut, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas, seperti petai, durian,
bawang merah, bawang putih dan makanan lain yang biasanya mengandung senyawa sulfur. Setelah
makanan di cerna senyawa sulfur tersebut diserap kedalam pembuluh darah dan di bawa oleh darah
langsung ke paru-paru sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat mengeluarkan nafas. Beberapa
penelitian telah di lakukan untuk mengetahui bakteri-bakteri spesifik penyebab bau mulut tersebut.
Di dalam mulut normal diperkirakan rata2 terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe.
Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari bau tersebut berasal
dari sisa makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang biak atau
bahkan bermutasi secara besar2an. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan
plak dan karang gigi, juga di balik lidah karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari
kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toxin atau racun, dengan cara menguraikan
sisa makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau
mulut pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa
makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia.

Bau mulut juga dapat di sebabkan oleh penyakit diabetes, penyakit ginjal, sinusitis, tonsillitis, kelainan
fungsi pencernaan, penyakit liver, alkohol dan juga berbagai macam obat-obatan yang dapat
menyebabkan kekeringan mulut. Pada kasus ini mungkin karena kelainan saluran pencernaan dan
kurangnya higienitas penderita merawat mulut yang menyebabkan bau tak sedap dari mulut.
Perawatan yang dilakukan, berdasarkan penyebab bau mulut tersebut, bila perlu dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi untuk melihat bakteri penyebab, sebaiknya hubungi dokter gigi untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Shafer'S Textbook Of Oral Pathology 2009

Anda mungkin juga menyukai