Anda di halaman 1dari 13

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012, hlm. 10-22

ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI KECIL BERDASARKAN


ANALISIS STOCHASTIC FRONTIER

M. Farid Wajdi

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102

Abstract: The aimed of this study is to analyze the achievement of technical efficiency in small
businesses. The input factors that were analyzed are capital and worker, while the output factor is the
product of the firm. Analysis using stochastic frontier. The result of analysis of technical efficiency
show that the achievement of technical efficiency of enterprises of the study sample was quite good
category. While the returns to scale the firms are decreasing returns to scale (DRS). The role of capital
and worker aspects have little effect on improving the companys production on the overall study
sample. If the capital increase of 1% will be able to raise production by 0193%. whereas if there is the
addition of 1% of workers will increase production by 0005%. Based on the stochastic frontier
technical efficiency analysis of each sub-sector that the handicraft sub-sector efficiency is highest.

Keywords: Technical efficiency, stochastic frontier, return to scale,small industries

Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pencapaian efisiensi teknikal usaha kecil.
Faktor input yang dianalisis adalah modal dan pekerja, sedangkan sebagai faktor output adalah
produk yang dihasilkan perusahaan. Teknik analisis data menggunakan stochastic frontier.
Hasil perhitungan efisiensi teknikal menunjukkan bahwa secara umumnya pencapaian efisiensi
teknikal usaha dari sampel kajian tergolong dalam kategori cukup bagus. Sedangkan return to
scale perusahaan sebesar 0.198 merupakan decreasing return to scale (DRS). Peranan aspek
modal dan pekerja memiliki efek yang kecil sekali terhadap peningkatan produksi perusahaan
pada keseluruhan sampel penelitian. Jika modal ditingkatkan 1% akan dapat menaikkan produksi
sebesar 0.193%. sedangkan jika ada penambahan pekerja 1% akan menaikkan produksi sebesar
0.005%. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi teknikal dari stochastic frontier masing-masing
subsektor dapat dipahami bahwa subsektor kerajinan tangan efisiensinya paling tinggi.

Kata Kunci: Efisiensi teknikal, stochastic frontier, return to scale, industri kecil

PENDAHULUAN dari pengusaha, tanpa pernah ada skenario yang


terprogram dari pemerintah (Atherton, 2005).
Pembangunan ekonomi di berbagai negara, Semestinya untuk sebuah negara menyediakan
apakah di negara berkembang maupun di skenario agar industri kecil berkinerja tinggi.
negara maju, selalu menjadikan industri kecil Melihat pentingnya peran industri kecil di
sebagai katalisator pembangunan ekonomi Indonesia maka keberlajutan dan perkem-
(Atherton, 2005; Kuratko, 2004; Ho & Mula, bangannya perlu menjadi perhatian serius. Dari
2001; Wing dan Yiu , 1996). Namun demikian jumlah pekerjaan untuk keseluruhan sektor
pada umumnya dalam suatu negara, perusahaan industri yaitu sebanyak 10.657.816 orang, indus-
kecil akan ada sendiri karena alasan tertentu tri kecil menyumbang persen terbesar yaitu

10 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis


59.1%, diikuti oleh industri besar sebesar 35.4%, perusahaan besar, baik milik negara maupun
dan industri menengah hanya 5.6% (DEPERIN- milik swasta, untuk bekerjasama (partnership)
DAG, 2004). Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), dengan industri kecil. Namun demikian hasilnya
kontribusi industri kecil terhadap jumlah belum memuaskan, terdapat 89% tidak men-
keluaran dalam negara kotor mencapai 39,93%, dapat manfaat dari program kerjasama ini
proporsi ekspor IKM dari total ekspor non- (Bachruddin, et al. 1996). Demikian juga untuk
migas setelah resesi ekonomi Asia bervariasi program jalinan subcontract, ternyata hasilnya
antara 4.6 sampai 7.5 persen, meskipun belum memuaskan, banyak pengusaha industri
penelitian ADB menaksir kontribusi total ekspor kecil yang tidak mendapat manfaat program ini
barang IKM adalah lebih tinggi, hampir 11 (Kuncoro, 2001).
persen (Asian Development Bank, 2004). Bantuan modal dan insentif sudah banyak
Namun permasalahannya adalah dengan dilakukan pemerintah, namun semua belum
persaingan yang semakin ketat bisakah peran memberikan dampak yang berarti kepada
penting industri kecil mempertahankan ke- industri kecil. Demikian juga dalam dokumen
pentingannya. Indikator adanya masalah rencana induk pengembangan industri kecil
keberlajutan industri kecil di Indonesia jelas bila menengah Indonesia (DEPERINDAG, 2004)
dilihat dari segi produktivitas dan kemampuan dicatat berbagai permasalahan. Pengusaha
ekspornya. Produktivitas buruh berdasarkan industri kecil pada umumnya masih belum mam-
output per tenaga kerja, industri kecil hanya pu memenuhi permintaan pasar yang menuntut
sebesar Rp. 9,1 juta atau hanya sekitar 6% dari kestabilan mutu, pengiriman produk yang cepat
produktivitas industri besar. Sedangkan nilai dan tepat waktu, serta jumlah pesan-an dalam
tambah (value added) industri kecil hanya jumlah besar. Disamping teknologi produksi
sekitar 5% dari nilai tambah industri besar. yang digunakan kebanyakan masih tradisional,
Gambaran ini memperlihatkan betapa rendah- pengusaha kurang kemampuan dan kurang
nya produktivitas industri kecil jika dibanding- usaha untuk memasuki pasar baru.
kan dengan produktivitas industri besar Berkaitan dengan pengukuran kinerja
(DEPERINDAG, 2004). usaha, dari berbagai kajian yang telah dijalankan
Bertentangan dengan kemampuan penye- diketahui terdapat berbagai aspek pengukuran
rapan tenaga kerja yang tinggi, kemampuan kinerja. Dalam masalah kinerja, pertumbuhan
ekspor industri kecil masih sangat rendah bila dan survival industri kecil dipengaruhi oleh
dibandingkan dengan industri menengah dan berbagai faktor yang cakupannya luas, kom-
industri besar. Industri kecil hanya mampu pleks dan sering terkait dengan masalah lainnya
mengekspor sebesar 1% dari nilai outputnya, yang sukar dipisahkan pengaruhnya (Pettigrew
sedangkan industri menengah dan industri besar et al, 1992).
mampu mengekspor sebesar 11.4% dan 24.8% Mengkaji kinerja bagi industri kecil dan
dari nilai output masing-masing. Sebagian besar menengah tidak dapat seperti metoda ukuran
produk industri kecil masih dipasarkan untuk ekonomi yang secara rutin digunakan untuk
pasar domestik. (DEPERINDAG, 2004). usaha besar. Sebagaimana disarankan Murphy,
Pemerintah Indonesia telah melakukan et al. (1996) bahwa akurasi pengukuran kinerja
berbagai upaya untuk mengembangkan industri merupakan masalah yang kritis bagi memahami
kecil guna memperkokoh ekonomi rakyat. Sejak kesuksesan dan kegagalan dari usaha baru dan
tahun 1983 telah melakukan berbagai usaha enterprise kecil. Beliau menyatakan bahwa
dalam bentuk bantuan modal dan deregulasi efisiensi, merupakan salah satu pengukuran yang
untuk penyesuaian struktural perekonomian. terbaik, yang disebutkannya sebagai dimensi
Namun demikian deregulasi di bidang per- pengukuran ekonomi yang keras (hard economic
dagangan dan investasi dipandang tidak measures of performance). Beberapa faktor yang
memberi banyak manfaat kepada industri kecil menjadi ketidak efisienan dalam industri kecil
dan menengah, tetapi justru ia banyak memberi dan menengah (IKM) diantaranya adalah skala
manfaat kepada perusahaan besar. Bentuk usaha produksi yang tidak optimal dan faktor input
pemerintah lainnya adalah mewajibkan yang berlebihan (Zulridah dan Rahmah, 2007).

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012: 10-22 Analisis Efisiensi Industri Kecil 11
Peningkatan dalam kinerja industri kecil (UK). (Small and Medium Enterprise Statistics for
khususnya dalam aspek efisiensi teknikal setiap the UK, 2003).
perusahaan dalam industri kecil diharapkan Artherton (2005), dalam kajiannya men-
dapat meningkatkan keunggulan daya saing dan catatkan berbagai kenyataan pentingnya
keberlanjutan industri kecil, dan selanjutnya industri kecil. Usaha industri kecil, menjadi
akan memperkokohkan ekonomi Indonesia penggerak pada hampir semua bisnes dalam
melalui peningkatan peluang pekerjaan dan semua tahapan ekonomi, iaitu pada tahapan
kesempatan berusaha baik pada peringkat ekonomi bekembang dan tahapan kedewasaan,
nasional maupun daerah. Oleh karena itu perlu dan menghasilkan sebagian besar pekerjaan dan
dilakukan kajian yang dapat digunakan sabagai keluaran pada sektor swasta.
landasan yang tepat sebagai dasar pembangunan Industri kecil dan juga industri sedehana
industri kecil khususnya berkaitan dengan aspek mempunyai peranan dalam peningkatan
peningkatan efisiensi. Terdapat beberapa teknik produktiviti suatu negara. Dari temuan yang
untuk menghitung efisiensi teknikal usaha, dilakukan Mole (2003) adalah kontribusi IKM
dalam kajian ini digunakan model produksi terhadap pertumbuhan produktiviti. Dalam
stochastic frontier (SF). Model produksi stokastik kajian terkini oleh Aqulina et al. (2006) keatas
ini digunakan bagi menilai hubungan antara kajian sebelumnya, bahwa selama empat dekade
produksi pengolahan barang dengan input-input terakhir, dicatatkan pentingnya IKM di seluruh
produksi yang digunakan oleh unit-unit usaha dunia telah tumbuh sama ada secara absolut
dalam industri kecil. maupun relatif.
Peranan Industri Kecil dalam Pemba- Kinerja Usaha Industri Kecil. Kinerja
ngunan Ekonomi Negara. Kuratko (2004) memiliki berbagai makna. Definisi kinerja
mencatatkan bahwa selama sepuluh tahun mungkin dapat bergantung pada time frame
terakhir, Amerika telah mencapai kinerja (jangka masa). Pendekatan dalam mengkaji
ekonomi yang tertinggi dengan mengem- kinerja IKM dapat ditinjau dari fenomena
bangkan dan mempromosikan aktiviti entre- jangka pendek atau panjang, kewangan atau
preneurial. Beribu-ribu usaha kecil telah organizational benefits (Sin, et al. 2005). Berbagai
didirikan, dan memberikan kontribusi ekonomi pandangan luas dapat dibagi dalam dua
yang sangat besar ketika banyak usaha menggaji perspektif. Pertama, konsep secara subjective,
satu atau dua pekerja untuk menciptakan lebih bermakna perhatian utamanya pada kinerja
dari satu juta pekerjaan baru selama dekade usaha secara relative kepada para pesaingnya
tahun 1990-an. (Golden, 1992). Kedua, secara konsep objective,
Dalam perekonomian Uni Eropa (EU) yang mana berasaskan pada pengukuran kinerja
peranan IKM memperkerjakan dua pertiga secara absolut (Chakravarthy, 1986; Cronin dan
angkatan kerja (workforce) pada tahun 1995, dan Page, 1988).
pada tahun 1996 terdapat 19 juta IKM didukung Dalam mengkaji IKM, mencari pengukuran
dengan 110 juta pekerja. Di Singapura IKM tetap kinerja dianggap lebih rumit, disebabkan kerana
berlanjut memainkan peranan penting dalam beberapa alasan (Pasanen, 2003). Pertama, tujuan-
ekonomi tempatan sejak tahun 1959, dimana tujuan IKM mungkin tidak selalu berwujud
lebih dari 90 persen dari pada keseluruhan usaha tujuan finansial Kedua, sukar untuk mendapatkan
di Singapore adalah IKM, yang mana 92 informasi yang dapat diandalkan menyakut
persennya dimiliki oleh China. (Ho, & Mula, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
2001).Manakala di Shanghai, sebagaimana kajian kinerja finansial IKM. Misalnya, dalam bisnes
Wing dan Yiu (1996) ekonomi China yang dapat keluarga, sukar untuk mempertimbangkan
memperoleh benefit yang lebih dinamis bahwa anggota-anggota keluarga yang tidak dicatat
lebih diciptakan oleh industri kecil dibanding dengan menggunakan sistem akuntansi. Ketiga,
industri besar. Hal ini sebagaimana industri kecil bentuk organisasi menyebabkan perbezaan-
dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan dan perbezaan artificial, misalnya para pengerusi
mengatasi soalan pengangguran.Peranan usaha yang menangani kompensasi bagi pemilik
industri kecil juga terdapat di United Kingdom dapat menimbulkan sumber-sumber kesalahan

12 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis


utama (Dess & Robinson 1984). Keempat, IKM penelitian industri kecil dipilih menggunakan
kemungkinan sangat enggan untuk menyajikan efisiensi teknis, karena itu dipandang lebih
data finansial tentang kinerjanya (Dess & sesuai dengan alasan pada umumnya industri
Robinson 1984). Kelima, kemungkinan memerlu- kecil kesulitan memperoleh sejumlah faktor
kan waktu selama bertahun-tahun sebelum new input. Maka arah tujuanya adalah bagaimana
business venture (perniagaan bisnes baru) sejumlah faktor input yang dimiliki perusahaan
menghasilan profit. skala kecil dapat digunakan sebanyak mungkin
Menurut Foley dan Green (1989), apapun untuk menghasilkan output.
tujuan suatu usaha kecil, namun banyak usaha Untuk menentukan apakah suatu perusaha-
yang sukses memiliki karakteristik-karateristik an beroperasi secara efisien, perlu mengetahui
yang mirip. Ada berbagai ukuran kinerja fungsi produksi yang efisien, namun fungsi
organisasi (Brush & Vanderwerf 1992). Sering- produksi yang efisien ini tidak diketahui, Oleh
kali, kinerja diukur dengan pertumbuhan karena itu perlu dibuat permodelannya. Ada
(turnover, jumlah pekerja, market share), profi- dua metode analisis yang dapat digunakan
tabiliti, dan keberlangsungan hidup (Storey1994; untuk memperkirakan efisiensi fungsi produksi
Dess & Robinson 1984). Perlu untuk mencoba yaitu data envelopment analysis (DEA), dan
kajian guna menentukan apakah faktor-faktor stochastik frontier (Anderson et al. 1999).
yang meningkatkan salah satu ukuran kinerja, Sedangkan oleh Aigner, et al. (1977) dikembang-
apakah sama dengan faktor-faktor yang kan model frontier dengan model Stochastic
menghasilkan ukuran-ukuran lainnya. Diperlu- frontier production function yang secara signifikan
kan penyelidikan lain yang memadukan kriteria- memberikan kontribusi pada model ekono-
kriteria kinerja non-finansial. Ukuran-ukuran metrik untuk produksi dan penganggaran
hasil non-finansial seperti kualiti, kepuasan efisiensi teknis perusahaan. Stochastic frontier
pelanggan, employee turnover dan produktiviti memasukkan dua komponen acak, satu sebagai
dapat menjelaskan hasil-hasil jangka pendek, efisiensi teknis dan lainnya sebagai kesalahan
sedangkan ukuran-ukuran finansial digunakan acak.
untuk menjelaskan pemahaman dampak jangka Model stochastic frontier berguna untuk
panjang (Dess et al. 1999). menjelaskan efisiensi faktor input, (Kumbhakar,
Aspek Efisiensi Usaha. Efisiensi merupa- 1990). Menurut pendekatan ini, yang dimaksud
kan suatu konsep yang berasal dari ilmu fisika stochastic frontier adalah suatu perbatasan yang
merupakan metode yang mengacu pada hu- menggambarkan maksimum output yang dapat
bungan antara input dan output. Dari metode dihasilkan dari faktor input. Output sebenarnya
yang telah dikembangkan sejauh ini, efisiensi akan tepat berada di perbatasan jika faktor input
teknis memiliki kemampuan untuk memban- digunakan secara efisien. jika tidak, maka
dingkan efisiensi suatu lembaga yang sama output sebenarnya akan berada didalam
dengan secara eksplisit mempertimbangkan perbatasan. Semakin besar gap atau selisih
penggunan banyak input untuk menghasilkan antara perbatasan dengan sebenarnya berarti
output. semakin tidak efisien dalam penggunaan faktor
Dari kertas kerja Coelli (1996) dicatat input. Didalam perjalanannya, gap ini bisa
bahwa pengukuran efisiensi modern dikenalkan menyempit atau melebar. Perubahan ini karena
oleh Farrell (1957), yang mengusulkan bahwa meningkatnya efisiensi dalam penggunaan
efisiensi dapat dibagi ke efisiensi teknis (tech- faktor input atau karena pergeseran perbatasan
nical efisiensi), yaitu kemampuan perusahaan dari kemajuan teknologi. Dengan demikian, ada
untuk menghasilkan output terbanyak dari tiga faktor yang berpengaruh terhadap output,
sejumlah input, dan efisiensi agihan (allocative yaitu perubahan efisiensi penggunaan faktor
efisiensi), yaitu kemampuan perusahaan untuk input, perubahan teknologi, dan perubahan
menggunakan input menurut perbecahan yang faktor input. Ada beberapa pengukuran efisiensi
optimal berdasarkan harga input. Gabungan yang tersedia dari stochastic frontier yaitu efisiensi
dari efisiensi teknis dan efisiensi allokatif ini sudut input, efisiensi sudut out put, efisiensi
adalah efisiensi ekonomi. Gunakan kebutuhan satu input dua output, dan efisiensi banyak input

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012: 10-22 Analisis Efisiensi Industri Kecil 13
banyak output. lima (5) orang sehingga sembilan belas (19)
Hasil penelitian Rahmah Ismail dan orang. Sedangkan penggolongan industrinya
Norlinda (2008) menunjukkan dari tingkat dengan menggunakan kode ISIC 2 digit.
efisiensi teknis pengusaha Melayu pencapaian Selanjutnya dari hasil survei maka setelah
efisiensi rata-rata keseluruhan perusahaan dilakukan penyuntingan data dan membuang
penelitian hanyalah mencapai 0.4484 atau hanya beberapa outliers akhirnya jumlah data yang
mencapai efisiensi yang menengah, dan tidak dapat digunakan sebagai sampel dalam kajian
satu perusahaan yang memiliki tingkat efisiensi ini sebanyak 359 responden. Dilihat dari
80% ke atas. Dicatat pula hasil pada rata-rata subsektor industri pengolahan maka perincian
efisiensi keseluruhan dalam penelitian ini sampel kajian yang diperoleh dalam kajian ini
menyamai hasil penelitian Rauzah (2000) dengan meliputi sektor makanan dan minuman, pakaian,
rata-rata efisiensi masing-masing adalah 0.416 kerajinan tangan, barang logam, dan meubel.
dan 0,500. Taburan datanya dapat dilihat pada tabel 1
Hasil penelitian yang menunjukkan tidak dibawah ini.
efisiennya perusahaan juga sebagaimana dicatat
dalam penelitian Zulridah MN dan Rahmah Tabel 1. Sebaran Sampel Berdasar Subsektor
Ismail (2007) yang mengkaji 95 perusahaan IKM
di Malaysia. Penelitian mereka menemukan Subsektor Industri
Bilangan Persen
kebanyakan perusahaan dalam sampel adalah Pembuatan
tidak efisien secara teknis. Sumber utama tidak Makanan dan Minuman 102 28.5
efisien adalah skala produksi yang tidak optimal
Pakaian 50 14
dan faktor input yang berlebihan.
Kraf tangan 66 18
METODE PENELITIAN Perabot 103 28.5
Barangan logam 38 11
Populasi dan Sampel Penelitian. Pene-
litian ini dilaksanakan di propinsi Jawa Tengah. Jumlah 359 100
Jenis usaha dalam industri kecil yang dikaji Sumber : Survei tahun 2007
hanyalah khusus industri pengolahan. Per-
sebaran industri kecil tidaklah merata diantara Teknik Analisis Data. Untuk menghitung
semua daerah. Pada beberapa daerah tercatat efisiensi teknikal usaha sektor pengolahan dalam
jumlah usaha kecilnya lebih banyak, manakala kajian ini digunakan model produksi stochastic
daerah lainnya hanya sedikit. Oleh karena itu frontier (SF)). Model produksi stokastik ini
persampelan kajian tidak perlu merata pada digunakan bagi menilai hubungan antara
seluruh daerah tetapi hanya mengambil sampel produksi pengolahan barang dengan input-input
pada beberapa daerah yang terdapat lebih produksi. Adapun fungs produksi dibuat
banyak jumlah industri kecilnya. Daerah persamaannya dalam bentuk fungsi Cobb-
tersebut diantaranya adalah Klaten, Sukoharjo, Douglas (CB) seperti berikut:
Surakarta, Sragen, Pekalongan, Tegal, Jepara,
dan Kudus. Manakala untuk penentuan unit Yi = 10 + 11K i + 12L i + v i + u i
usahanya pada setiap daerah yang dijadikan
sampel, pengambilannya dilakukan dengan cara Dalam bentuk logaritma natural (Ln) fungsi
purposive sampling, iaitu unit usaha yang produksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
dijadikan sampel adalah yang memiliki kriteria
sebagai berikut: (a) produk utamanya termasuk LnYi = 10 + 11LnK i + 12LnL i + v i + u i
dalam jenis sektor pembuatan, (b) telah
dididikan dan beroperasi setidaknya sejak tahun Dengan,
2001, atau sudah beroperasi lebih dari lima Y adalah nilai produksi usaha (dalam Rupiah)
tahun, dan (c) unit usaha industri kecil ini adalah K adalah modal (dalam Rupiah)
unit usaha yang memiliki tenaga kerja antara L adalah bilangan pekerja

14 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis


v adalah peubah random dan diandaikan bebas Tabel 2. Usia Usaha, Jumlah Pekerja dan
dan bertaburan normal, N (0,21) Kepemilikan Modal
u adalah peubah random yang tidak negatif dan
ia merujuk kepada kesan tidak efisiennya Uraian Bilangan Persen
teknikal dalam produksi usaha yang dikaji Usia Usaha (tahun)
i adalah mewakili usaha ke i. 5 - 10 157 43.7
11-20 108 30.1
HASIL ANALISIS DAN 21-30 70 19.5
PEMBAHASAN >30 24 6.7
Jumlah Pekerja
Profil Unit Usaha 5 -9 90 25.1
Berikut ini diuraikan profil usaha meliputi 10 14 214 59.6
15 19 55 15.3
usia perusahaan, jumlah pekerja, dan kepe-
Kepemilikan Modal
milikan modal. Pada tabel di bawah terlihat usia
(juta rupiah)
perusahaan kebanyakan 43% berusia antara lima
<26 86 24
hingga 10 tahun, diikuti sebanyak 30.1% berusia
26- 50 111 30.9
11 hingga 20 tahun, kemudian sebanyak 19.5%
51- 75 93 25.9
berusia 21 hingga 30 tahun, dan berusia 31 tahun >75 69 19.2
ke atas terlihat sebanyak 6.7%. Dari hasil survei Jumlah 359 100
tercatat usia usaha yang paling tua berusia 46
tahun, manakala yang paling rendah berusia Sumber: Kaji selidik 2007
lima tahun.
Dilihat dari pekerja sebagaimana kriteria rata-rata per bulan tahun 2006. Pada tabel 3 di
dalam industri kecil iaitu antara lima hingga 19 bawah terlihat penjualan rata-rata per bulan
orang, pada tabel terlihat sebagian besar pada tahun 2006 perusahaan paling banyak
(59.6%) firma memiliki 10 hingga 14 pekerja, (33.1%) penjualannya antara 26 sampai 50 juta
diikuti sebanyak 25.1% firma memiliki pekerja rupiah, kemudian sebanyak 29.8% perusahaan
antara lima hingga 9 orang, dan terdapat 15.3% penjualannya antara satu sampai 25 juta rupiah.
memiliki 11 hingga 19 orang. Sebagian lainnya terlihat pada setiap kategori
Seterusnya dilihat dari kepemilikan modal, semakin tinggi penjualannya semakin sedikit.
pada tabel 2 di bawah terlihat sebanyak 24%
firma memiliki modal kurang dari 26 juta rupiah Tabel 3. Penjualan
seterusnya sebanyak 30.9% memiliki modal
antara 26 hingga 50 juta rupiah, kemudian Penjualan Rerata/bulan
Bilangan %
(juta rupiah)
sebanyak 25.9% memiliki modal antara 51 hingga
75 juta rupiah, dan sebanyak 19.2% memiliki < 26 103 28,7
modal 76 juta rupiah ke atas. Dari taburan data 26 - 50 119 33,1
modal jika pada kategori pertama dan kedua
51 - 75 70 19,5
digabungkan maka terlihat sebagian besar
firma, atau sebanyak 54% memiliki modal >75 67 18,7
sebesar 50 juta rupiah ke bawah. Jumlah 359 100
Sebelum diuraikan pembahasan tentang
analisis efisiensi berikut ini diuraikan pencapaian
aspek kinerja lainnya. Penjelasan dimulai dari Selanjutnya dilihat dari pencapaian keun-
kinerja dari aspek penjualan, keuntungan, dan tungan perusahaan. Dari tabel 4 dapat dilihat
kualitas produk. Salah satu dari aspek kinerja keuntungan. Namun mengkaji aspek keun-
yang utama untuk sebuah perusahaan adalah tungan dalam industri kecil biasanya ditemukan
penjualan, karena dari penjualan perusahaan kesulitan, karena ketiadaan pencatatan ke-
memperoleh uang. Pada penelitian ini data uangan, dan keengganan pengusaha memberi-
penjualan ditinjau dari tiga aspek, yaitu penjualan kan informasi. Sebagaimana juga dilaporkan

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012: 10-22 Analisis Efisiensi Industri Kecil 15
Dess & Robinson (1984) dan Pasanen (2003) yang diminta pembeli, atau dalam produksi tiap
bahwa pengusaha industri kecil seringkali bulannya ada produk cacat sebanyak 10% hingga
sangat enggan untuk menyajikan data kinerja 20%. Selanjutnya terlihat sebanyak 44.3%
keuangannya. Dari pengalaman peneliti selain perusahaan pencapaian kualitas produknya
pengusaha responden terlihat enggan, mereka antara 91% sampai 100%, atau produk cacatnya
juga terlihat kesulitan untuk mengatakan berapa antara 0% sampai 10%. Namun demikian terlihat
keuntungannya secara pasti. pula sebanyak 3.9% perusahaan yang pencapaian
Untuk mendapatkan data seakurat mung- kualitas produknya kurang dari 80% atau
kin, maka cross check data dilakukan diantaranya produknya sebanyak 20% terhadap adalah cacat.
dengan tidak menanyakan secara langsung Memang sebagaimana penelitian sebelumnya
berapa besarnya keuntungan, tetapi dengan cara (Tambunan, 2001; Soetrisno, 2009) bahwa satu
menanyakan kepada pengusaha berapa jumlah dari masalah utama industri kecil adalah
biaya yang harus dibayarkan untuk seluruh pencapaian kualitas produknya rendah.
produksi dan untuk operasi perusahaan setiap
bulannya. Kemudian dari jumlah biaya tersebut Tabel 5. Kualiti Produk
dihitung selisihnya dari penjualan yang
diperoleh perusahaan. Dari jawaban survei Kualiti Produk (%) Bilangan %
diperoleh bahwa secara rata-rata keuntungan < 81 14 3.9
seluruh perusahaan setiap bulannya sebesar 4.6 81 - 90 186 51.8
juta rupiah, tetapi ada pula perusahaan yang
91 - 100 159 44.3
tidak memperoleh keuntungan. Selanjutnya pada
tabel 4 terlihat sebanyak 38.2% perusahaan 359 100
memiliki keuntungan mencapai 5 juta rupiah per
bulan. Kemudian sebanyak 40.1% terlihat Selanjutnya pembahasan mengenai hasil
memiliki keuntungan antara 5.1 hingga 10 juta analisis Efisiensi Stochastic Frontier. Efisiensi
rupiah, dan sebanyak 21.7% memiliki merupakan satu dari aspek kinerja perusahaan
keuntungan lebih dari 10 juta rupiah ke atas. dari dimensi operasi. Ini menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menggunakan
Tabel 4. Keuntungan Usaha input untuk menghasilkan output. Satu dari
metode yang dapat digunakan untuk membuat
Keuntungan (Juta Rupiah) Bilangan % perhitungan efisiensi adalah stochastic frontier
< 5.1 137 38,2 (Coelli, 1996). Model ini digunakan untuk
5.1 - 10 154 42,9 menilai hubungan antara output produksi
barang dengan input-input produksi. Dalam
>10 68 18,9
membuat perhitungan stochastic frontier ini
Jumlah 359 100.0 awalnya menggunakan data asal. Namun
demikian hasil perhitungan tidak memuaskan,
Selanjutnya dilihat kinerja perusahaan dari semua koefisien tidak signifikan. Maka
aspek kualitas produk. Kinerja kualitas produk kemudian dicoba dilakukan transformasi data
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam dalam bentuk logaritma natural (ln), dan
mengeluarkan barang sesuai keinginan dan per- hasilnya menjadi lebih baik, dimana semua
syaratan yang ditentukan pembeli (conformancy koefisien terlihat hasilnya signifikan. Selanjutnya
quality) (Maes, 2003). Semakin tinggi tingkatan hasil persamaan Maximum-Likelihood (ML)
pencapaian pemenuhan persyaratan yang model produksi stochastic frontier hasilnya dapat
diminta pembeli maknanya semakin tinggi dilihat pada Tabel 6 di bawah.
kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.
Pada tabel 5 di bawah terlihat sebagian
besar perusahaan (51.8%) dari produk yang
dikeluarkan sebesar 81% sampai 90% dapat me-
menuhi mutu sesuai keinginan atau persyaratan

16 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis


Tabel 6. Sumbangan Input Terhadap Output kecil sekali dalam meningkatkan produksi.
Memang ini dapat terjadi karena pada sekitar
tahun 2006 industri pengolahan di Indonesia
mengalami kesulitan beroperasi, akibat kenaikan
harga berbagai faktor produksi, tetapi industri
kecil tetap mempertahankan pekerjanya.
Berbagai faktor produksi yang dimaksud seperti
listrik, minyak, dan bahan baku terutama kayu,
rotan, barang logam pada waktu itu semua
mengalami kenaikan harga (Sumardjani, 2009;
Economy, 2007; Surya on-line, 2007).
Secara relatif faktor modal untuk produksi
terlihat lebih efektif dibandingkan dari pekerja.
Maknanya peningkatan sedikit saja dalam modal
akan dapat memberikan nilai keluaran yang
lebih tinggi dibanding peningkatan penggunaan
pekerja. Hasil ini menunjukkan kemungkinan
Nota: *** Signifikan pada level signifikansi 1% terjadinya kekurangan modal pada industri
** Signifikan pada level signifikansi 5% kecil. Kondisi ini menunjukkan industri kecil
berusaha untuk menggunakan modal secara
Sumber : Hasil perhitungan program FRONTIER lebih optimal. Penambahan modal akan mening-
(Version 4.1c) katkan produksi industri kecil, meskipun ke-
naikan produksi tidak sebesar kenaikan pe-
Pada Tabel 6 di atas hasil regresi dari kedua nambahan modal.
variabel yaitu ln K (modal) dan ln L (pekerja) Sedangkan return to scale perusahaan
tes t semuanya signifikan pada tingkat sebesar 0.198 merupakan decreasing return to scale
Peubah signifikansiPekali t-ratio
1%. Ini menunjukkan secara (DRS). Maknanya jika keseluruhan input me-
Konstanta keseluruhan1.173 model yang 11.536***
diperkirakan dapat ningkat 100%, maka produksi akan bertambah
Ln K (modal) menjelaskan0.193 efisiensi12.101***
perusahaan secara hanya sebesar 19.8% saja. Hal ini dapat terjadi
signifikan. Sigma kuadrat ( 2) signifikan pada mungkin karena perusahaan dalam industri
Ln L (pekerja) 0.005 5.474***
tingkat signifikansi 5% menunjukkan ada kecil teknologi yang digunakan masih rendah,
Sigma-Squared (2)
perusahaan 0.265 penelitian
dalam 2.057**
yang tidak efisien sebagaimana dicatat Darwis, (2002) bahwa kele-
Gamma () secara signifikan.0.606 Parameter
1.378 gamma () tidak mahan industri kecil salah satunya disebabkan
signifikan maknanya
Return to Scale 0.188 besaran efek tidak kurangnya pemanfaatan teknologi. Dengan
efisiennya teknis ini tidak signifikan dalam demikian dari hasil stochastic frontier tersebut
Fungsi Log-likelihood 0.000
memberikan kontribusi tingkat dan perubahan maka penambahan modal dan pekerja saja tanpa
LR test of one-side 0.489 kecil dalam penelitian.
produksi industri meningkatkan teknologi, keterampilan dan
error Dari nilai koefisien menunjukkan bahwa solusi persoalan kelemahan industri kecil
kedua variabel
Rerata Efisisensi yaitu modal dan pekerja memiliki
0.745 lainnya, misalnya akses bahan baku, maka tidak
Teknikal efek yang berbeda terhadap produksi peru- akan dapat meningkatkan output perusahaan
sahaan pada keseluruhan sampel penelitian. dalam industri kecil.
Dampak modal atas produksi positif sebesar Secara teoritis, industri dengan tingkat
0.193 signifikan pada tingkat signifikansi 1%, efisiensi tinggi menunjukkan kemampuan yang
artinya jika modal ditingkatkan 1% akan bagus dari sebuah industri dalam menekan
menaikkan produksi sebesar 0.193%. Sedangkan biaya produksi, pada tingkatan biaya transaksi
dampak pekerja sebesar 0.005 dan signifikan yang sama. Sementara itu teknologi dan
pada tingkat signifikansi 1%, artinya jika ada keterampilan sumber daya manusia merupakan
penambahan pekerja 1% akan menaikkan unsur penting dalam operasi industri (Thee,
produksi sebesar 0.005%. Efek ini menunjukkan 1993). Sedangkan pengembangan industri kecil
peranan pekerja dalam industri kecil hanyalah melalu pendekatan efisiensi tidak dapat

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012: 10-22 Analisis Efisiensi Industri Kecil 17
dipisahkan dari penerapan teknologi, mana- Tabel 7. Rerata Efisiensi Teknikal Subsektor
jemen sumber daya manusia, pemasaran dan
iklim usaha (Hill, 1995). Dilihat dari pada rata-
rata efisiensi keseluruhan skor efisiensi teknis
sebesar 0.745, menunjukkan secara keseluruhan
perusahaan pencapaian efisiensi adalah cukup
efisien. Maknanya kemampuan perusahaan rata-
rata dalam memanfaatkan sejumlah faktor input
yang dimiliki untuk digunakan mengeluarkan
output hanyalah pada kategori cukup saja,
atau belum mencapai efisiensi tertinggi. Dari
skor rata-rata efisiensi teknis sebesar 0.745 Sumber : Hasil perhitungan program FRONTIER
menunjukkan untuk mencapai efisiensi 100% (Version 4.1c)
perusahaan rata-rata harus meningkatkan
outputnya sebesar 25.5% dengan menggunakan dan minuman. Maka keduanya termasuk dalam
input yang sama. kategori efisiensi yang tinggi. Skor rata-rata
Dipahami terdapat tiga faktor dalam faktor efisiensi terendah adalah subsektor meubel yang
input yang berpengaruh terhadap pencapaian hampir sama besarnya dengan subsektor barang
output yaitu faktor efisiensi penggunaan input, logam.
faktor penggunaan teknologi, dan faktor input Untuk subsektor kerajinan tangan yaitu
(Cornwell, et.al., 1990; Kumbhakar 1990). perusahaan yang mengeluarkan barang seperti
Dengan demikian pencapaian efisiensi cendera hati, anyaman, wayang kulit, dan
perusahaan yang cukup ini dapat bersumber barang seni lainnya memiliki skor rata-rata
tiga faktor yaitu pertama, faktor efisiensi sebesar 0.951 mendekati satu atau maknanya
penggunaan input yaitu modal fisik dan pekerja efisiensinya tinggi. Memang subsektor ini
adalah cukup baik dalam penggunaannya untuk pencapaian efisiensinya tinggi karena dilihat
produksi. Kedua, faktor teknologi meskipun dari nilai modal kebanyakan perusahaan nilai
umumnya masih rendah tetapi penggunaannya modalnya kecil saja dan disisi lain harga jual
untuk produksi cukup efisien. Ketiga, faktor produk kerajinan tangan cenderung dapat
input yaitu modal fisik dan pekerjan, dimana bernilai lebih mahal dari nilai bahan mentahnya
bisa jadi pengusaha dalam mengevaluasi besar- karena sifat keunikan produknya. Bahan mentah
nya modal cenderung terlalu rendah hingga subsektor ini ada yang merupakan barang bekas
dampaknya nilai output menjadi terlihat lebih atau limbah industri, misalnya potongan kayu
tinggi atau lebih efisien, atau sebaliknya modal dalam ukuran kecil, atau potongan kain kecil
dinilai terlalu tinggi hingga dampak terhadap yang sudah tidak dapat dimanfaatkan oleh
nilai ouput menjadi terlihat lebih rendah. perusahaan pemilik. Maka mungkin faktor input
Sedangkan untuk mengetahui efisiensi tek- yang nilainya kecil dapat mencapai nilai produk
nis masing-masing subsektor maka dari data yang relatif lebih tinggi.
yang ada dikelompokkan dalam setiap bidang Demikian juga untuk subsektor makanan
subsektor pengolahan yaitu industri makanan dan minuman yaitu perusahaan yang menge-
dan minuman, meubel, kerajinan tangan, luarkan barang dalam bentuk makanan seperti
konveksi, dan barang logam. Hasil perhitungan kue-kue, roti, kropok, mi, bihun, tahu, tempe,
yang dilakukan secara sendiri-sendiri diperoleh dan barang berbentuk minuman seperti sirop,
rata-rata efisiensi teknis masing-masing susu, jamu, memiliki skor rata-rata 0.934 atau
subsektor dapat dilihat pada Tabel 7. Kategori efisiensi tinggi. Hampir mirip dengan
Dari tabel 7 terlihat rata-rata ada dua sub- subsektor kraft tangan, karakteristik bisnis di
sektor yang mencapai tingkat efisiensi melebihi subsektor ini nilai bahan baku dan fasilitas
nilai efisiensi teknis rata-rata keseluruhan, peralatannya cenderung relatif murah. Oleh itu,
dengan pencapaian skor mendekati satu, yaitu faktor input yang nilainya kecil saja bisa
subsektor kerajinan tangan dan sektor makanan mencapai nilai produk yang relatif lebih tinggi

18 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis


Sedangkan subsektor pakaian yaitu peru- Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi
sahaan yang produksinya berbahan kain dan teknis dari stochastic frontier masing-masing
benang, misalnya baju, kerudung, batik, han- subsektor diatas dapat dipahami bahwa untuk
duk, sprei dan sarung bantal, terlihat memiliki subsektor kerajinan tangan efisiensinya paling
skor rata-rata yang cukup yaitu 0.684. Me- tinggi. Subsektor jika dibandingkan subsektor
mang subsektor pakaian juga membutuhkan lainnya memiliki kekhasan tersendiri. Subsektor
cukup banyak modal untuk membeli bahan kerajinan tangan lebih ditentukan oleh kemam-
mentah antaranya untuk kain dan benang, puan keterampilan pengusaha dan pekerja untuk
meskipun tidak sebesar subsektor meubel dan produksi, dan tidak perlu banyak modal untuk
barang logam. Maka pencapaian efisiensinya membuat produk yang bernilai tinggi.
relatif cukup efisien. Selanjutnya dari aspek efisiensi teknis
Subsektor barang logam yaitu perusahaan perusahaan yang diukur dari hasil perhitungan
yang bahan produksinya berasal dari besi, alu- stochastic frontier sebagaimana telah diuraikan di
munium, tembaga, kuningan, yang luarnya muka, pada Tabel 8 di bawah terlihat taburan
antaranya ornamen pagar, vas, spare part ken- terbanyak iaitu 37% perusahaan dengan skor
daraan bermotor, kompor, lampu dan barang indeks antara 0.51 sampai 0.75, kemudian
berbasis logam lainnya memiliki efisiensi yang sebanyak 30.7% perusahaan memiliki skor
lebih rendah dengan skor rata-rata 0.654. indeks efisiensinya di atas 0.75 atau efisiensinya
Memang subsektor ini membutuhkan modal bagus, dan sebanyak 22.8% skor indeks
besar untuk mesin dan peralatannya yang efisiensinya antara 0.26 sampai 0.50 atau
harganya relatif mahal, demikian juga untuk efisiensinya kurang, serta terlihat sebesar 9.5%
membeli bahan baku yang harganya juga relatif efisiensinya sangat rendah dengan skor indeks
mahal. Subsektor ini seringkali mengalami efisiensi di bawah 0.26. Dengan demikian
kesulitan dalam memperoleh bahan baku di meskipun skor rata-rata efisiensi keseluruhan
pasar dan harga bahan baku pun seringkali naik perusahaan dari hasil penganggaran stochastic
dengan tiba-tiba, maka dampaknya kebanyakan frontier sebesar 0.745 atau cukup efisien, namun
Teknikal Efisiensi
perusahaanBilangan
kesulitan dalam
Persen produksinya. demikian masih banyak perusahaan yang
(dalam indeks)
Disamping itu subsektor barang logam meru- efisiensinya perlu ditingkatkan yaitu terutama
< 0.26 pakan bisnis yang34 lebih membutuhkan
9.5 tekno- yang tergolong dalam kategori rendah dan
0.26 0.50 logi yang relatif82 tinggi, sedangkan
22.8 teknologi sangat rendah.
yang digunakan masih relatif tradisional
0.51 0.75 133 37
dibandingkan dengan produk pesaing dari Tabel 8. Sebaran Teknikal Efisiensi Usaha
0.76 1.00 industri besar dan
110 terutama 30.7
dari barang impor
yang lebih murah,
359 maka semuanya
100 memberi
dampak yang kurang baik untuk subsektor ini.
Masalah yang sama juga dihadapi oleh
subsektor meubel. Subsektor meubel yaitu peru-
sahaan yang mengeluarkan barang antaranya
meja, kursi, lemari, dan baranga lain yang bahan
mentahnya dari kayu, rotan, yaitu memiliki skor
efisiensi rata-rata 0.653 atau cukup efisien.
Subsektor meubel membutuhkan modal besar
untuk mesin dan peralatan, juga untuk membeli
bahan baku dalam produksi. Sedangkan pada KESIMPULAN
akhir-akhir ini kayu dan rotan semakin susah
ditemukan di pasar, akibat semakin berkurang- Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi tek-
nya hutan, smeuanya bisa memberi dampak nikal dapat disimpulkan bahwa secara umumnya
yang kurang baik pada produksi perusahaan. efisiensi teknikal usaha pencapaiannya dalam
Oleh karena itu sewajarnya jika rata-rata kategori cukup bagus. Sedanghkan peranan
efisiensinya lebih rendah pekerja dalam industri kecil hanyalah kecil sekali

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012: 10-22 Analisis Efisiensi Industri Kecil 19
dalam meningkatkan produksi. Aspek modal com/locate/futures. [15Atuahene-Gima,
dan pekerja memiliki efek yang berbeda K. 1996. Market Orientation and Inno-
terhadap produksi perusahaan pada keseluruhan vation. Journal of Business Research, (35):
sampel penelitian. Jika modal ditingkatkan 1% 93"103.
akan dapat menaikkan produksi sebesar 0.193%.
Bachruddin, Z., Kuncoro, M., Widyobroto, Budi,
sedangkan jika ada penambahan pekerja 1%
P., Murti, Tridjoko W. & Zuprizal, I. 1996.
akan menaikkan produksi sebesar 0.005%.
Kajian pengembangan pola industri
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi teknikal
pedesaan melalui koperasi dan usaha
dari stochastic frontier masing-masing subsektor
kecil, LPM UGM dan Balitbang Depar-
diatas dapat dipahami bahwa untuk subsektor
temen Koperasi & PPK, Yogyakarta.
kerajinan tangan efisiensinya paling tinggi.
Selanjutnya bagi meningkatkan efektifitas Bates, Timothy. 2005. Analysis of Young, Small
pembangunan industri kecil penting melakukan Firms That Have Closed: Delineating
secara terpadu antara penyediaan modal dengan Successful From Unsuccessful Closures,
peningkatan ketrampilan dan penguasaan Wayne State University, Detroit, Mi
teknologi bagi pengusaha dan pekerja pada 48202, USA Journal of Business Venturing
industri kecil. (20): 343358
Brush, C.G., Vanderwerf, P.A. 1992. A
Comparison of Methods and Sources For
DAFTAR PUSTAKA Obtaining Estimates of New Venture
Performance. J. Bus. Venturing 7 (2): 157
Aigner, D.J., Lovell, C.A.K. & Schmidt, P. 1977. 170.
Formulation and estimation of stochastic
frontier production function models. Chakravarthy, B. S. 1986. Measuring strategic
Journal of Econometrics 6: 21-37. performance. Strategic Management Journal
7: 437-458.
Anderson, R. I., Fish, M., Xia, Y., & Michello, F.
1999. Measuring Efficiency In The Hotel Coelli, T. 1996. A Guide to DEAP Version 2.1:
Industry: A Stochastic Frontier Approach. A Data Envelopment Analysis (Com-
International Journal of Hospitality puter) Program, Centre for Efficiency and
Management, 18 (1): 4557. Productivity Analysis, Department of
Econometrics, University of New
Aquilina, Matteo., Klump, Rainer., Pietrobelli, England Armidale, NSW, 2351, Australia.
Carlo. 2006. Factor Substitution, Average Web: http://www.une.edu.au/econo-
Firm Size and Economic Growth, Small metrics/cepa.htm. [12 Mac 2007].
Business Economics (26): 203214 Springer
2006 DOI10.1007/S11187-005-4715-4 Cronin, J., Joseph Jr., Page, Jr. & Thomas J. 1988.
An examination of the relative impact of
Asian Development Bank. 2004. Special Theme: growth strategies on profit performance,
The changing face of the microfinance European Journal of Marketing 22(1): 57 - 68.
industry, Annual Report 2004, http://
www.adb.org/documents/ reports/ Darwis, A.A. 2002. Pengembangan industri kecil
annual_report/2004/special-theme.pdf dan menengah berbasis ilmu pengetahuan dan
[14 Februari 2006]. teknologi (terjemahan). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Atherton, A. 2005. A future for small business?
Prospective scenarios for the develop- DEPERINDAG. 2004. Kebijakan Pembangunan
ment of the economy based on current Industri dan Perdagangan, Menteri
policy thinking and counterfactual rea- Perindustrian Dan Perdagangan, Jakarta.
soning futures, Available online 19 March Dess, G.G. & Robinson, R. B. 1984. Measuring
2005, 37: 777794. http://www.elsevier. organizational performance in the absence

20 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis


of objective measures: the case of the Kuncoro, M. 2000. The economics of industrial
privately-held firm and conglomerate agglomeration and clustering, 1976-1996:
business unit. Strategic Management Journal the case of Indonesia (Java), Unpublished
5: 265-273. PhD thesis, the University of Melbourne,
Melbourne.
Dess, G.G., Lumpkin, G.T. & Mcgee, J.E. 1999.
Linking Corporate Entrepreneurship To Kuratko,Donald F. 2004. Entrepreneurship
Strategy, Structure, and Process: Education: Emerging Trends and Challenges
Suggested Research For The 21st Century 2003 Coleman
Directions.Entrepreneurship: Theory & Foundation White Paper Series For The U.S.
Practice, (23): 85-102. Association of Small Business &
Entrepreneurship, The Entrepreneurship
Economy. 2007. Kenaikan BBM Industri Pelaku
Program College of Business Ball State
Industri Barang Modal Semakin Ter-
University Muncie,
puruk, Economy-Sektor Riil, http://
economy.okezone.com/read/2007/12/ Maes, Johan. 2003. Modeling Small Business
04/19/ Selasa, 4 Desember 2007 Profitability. An Empirical Test In The
Construction Industry, Working Paper
Foley, P. & Green, D.H. 1989. Small Business
Steunpunt Ooi: August 2003 Paper Presented
Success. London: Paul Chapman
At The Academy of Management Annual
Publishing.
Meeting, August 1-6, 2003, Seattle (Wa)
Golden, B.R. 1992. The past is the past-or is it?
Mole, K. 2002. Augmenting Productivity In
The use of the retrosspective accounts as
SMEs; A Report for the small business
indicators of past strategy. Research
service. Centre For Small and Medium
Notes. Academy of Management Journal
Sized Enterprises. Warwick Business
35(4): 848-860.
School. October.
Hill, Hall. 1995. Small-Medium Enterpises and
Murphy, G.B., Trailer, J.W. & Hill, R.C. 1996.
Rapid Industrialization: The Asean
Measuring performance in entrepreneur-
Experience, Working Paper, Mimeo
ship research. Journal of Business Research
Ho, Ngiap Kum. & Mula, J. 2001. Impact of 36(1): 15-23.
advisers on small and medium enter-
Parsons, J. 2001. Current approaches to measu-
prises business performance - A Study
rement within the service sector & service
of CPA interventions on Singaporean
scetor/white collar institutions. Report on
Chinese SMEs. Working paper July.
the APO Symposium on Productivity
International Graduate School of Mana-
Measurement in the Service Sector. Kuala-
gement. University of South Australia.
lumpur, 1-4 August 2000, http://
Johan Maes, Luc Sels, Filip Roodhooft, 2004. www.apo-tokyo.org. [19 Ogos 2007)
Learning About Small Business Profitability:
Pasanen, Mika. 2003. In Search of Factors
The Influence of Management Practices and
Affecting SME Performance The Case of
Owner-Manager Human Capital, Vlerick
Eastern Finland, Doctoral Dissertation,
Leuven Gent Working Paper Series 2004/07,
Faculty of Business and Information
Vlerick Leuven Gent Management School,
Technology of The University 2003,
Ku Leuven, D/2004/6482/08)
Department of Business and Management
Kumbhakar, S.C., Soumandra, G. & McGuckin, University of Kuopio, www.Uku.Fi/
J.T. 1991. A generalized production func- Kirjasto/Julkaisutoiminta/Julkmyyn.
tion approach for estimating determinants Htm.
of inefficiency in U.S. dairy farms. Journal
Pettigrew, A. 1992. The character and signifi
of Business and Economic Statistics, 9:3
cance of strategy process research.
(July): 279-286.
Strategic Management Journal 13(8): 5-16.

Volume 16, Nomor 1, Juni 2012: 10-22 Analisis Efisiensi Industri Kecil 21
Rahmah Ismail, Norlinda Tendot Abud Bakar. Storey, D. 1994. Understanding The Small
2008. Analisis Kecekapan Teknikal Firma Business Sector, International Thompson
Melayu dalam Sektor Pembuatan Business Press, London.
Malaysia, IJMS 15(2): 143-163
Storey, D. 1994. Understanding the small business
Rauzah Zainal Abidin. 2000. Determining sector, London: International Thompson
Technical Efficiency Among Manufac- Business Press.
turing Industries in Malaysiausing
Sumardjani, Lisman. 2009. Rotan: Contoh
Stochastic Frontier Production Function,
Hancurnya Industri Akibat Kebijakan
Jurnal Produktiviti, 46-53
Kehutanan Tanpa Strategi, http://
Riley Jr., Richard, A.P., Timothy, A. & Trom- www.rotanindonesia.org/index.php?
peter, G. 2003. The value relevance of non- option=com, (19 Ogos 2009)
financial performance variables and
Surya Online. 2007 UKM Logam Semakin Ter-
accounting information: the case of the
puruk, 31 Januari 2007. http://www1.
airline industry. Journal of Accounting and
surya.co.id/v2/?p=642
Public Policy 22: 231254.
Tambunan, T. 2001. Perkembangan UKM dalam era
Robinson, J.P. 2000. What are employability
AFTA: peluang, tantangan, permasalahan dan
skills? A Fact Sheet, Alabama Cooperative
alternatif solusinya, Yayasan Indonesia
Extension System. Community Resource
Forum LPFE-UI. Jakarta.
Development September 1(3): 15. Home
Page: http://www.Aces.Edu/Depart- Thee, Kian Wie, 1993. Edi Working Papers:
ment/Crd. [12 May 2006]. Industrial Stucture and Small-Medium
Enterprises Development In Indonesia,
Sin, L.Y.M. , Tsea, A. C.B., Heungb, V.C.S. &
The Economic Development Institute of
Yim, F.H.K. 2005. An analysis of the
Worl Bank 1993, Washington DC, USA
relationship between market orientation
and business performance In The Hotel Wing, C.C.K. & Yiu, M.F.K. 1996. Firm Dynamic
Industry, A department of Marketing, and Industrialization In The Chinese
The Chinese University of Hong Kong, Economy In Transition: Implication For
Hong Kong, Hospitality Management 24: Small Business Policy, Elsevier Science Inc.,
555577, www.Elsevier.Com/Locate/ 655 Avenue of The Americas. New York.
Ijhosman [12 February 2006]. Journal of Business Venturing 11: 489-505.
Small and Medium Enterprise Statistics For The UK. Zulridah Mohd. Noor, Rahmah Ismail. 2004.
2003. Published 26th August 2004, http:/ Analisis Kecekapan Teknikal dalam Indus-
/www.Sbs.Gov.Uk/Sbsgov/Action/ tri Skel Kecil dan Sederhana di Malaysia,
Layer?R.S. Kertas Kerja Seminar Kebangsaan, Daya
Saing Ekonomi dan Sosial: Ke Arah
Soetrisno, Noer,,2009. Pengembangan Klaster
Pemantapan Pembangunan Ekonomi, 12-
IKM/UKM Di Indonesisa: Pengalaman
14 Jun 2004. Port Dickson
Dan Prospek, Makalah Disampaikan
Dalam International Conference & Zulridah Mohd. Noor, Rahmah Ismail. 2007.
Workshop On Cluster Development, Solo Analisis Kecekapan Teknik Dalam Skel
Indonesia 27-28 Nov 2009 Kecil dan Sederhana Di Malaysia, IJMS
14 (1): 199-218

22 M. Farid Wajdi BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

Anda mungkin juga menyukai