Anda di halaman 1dari 3

PENGATURAN GIZI DAN PENATALAKSANAAN DIET ATLET

Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi
juga rohani. Prestasi olahraga tercapai dengan adanya atlet-atlet yang berkualitas.
Pembentukan atlet yang berkualitas merupakan sebuah hasil latihan fisik yang cukup panjang
dan berkesinambungan serta didukung oleh pemenuhan gizi yang cukup. Hal ini karena
prestasi terbaik seorang atlet selain ditentukan oleh faktor yang ada dalam diri atlet tersebut,
yakni kemampuan fisik, segi mental, keterampilan taktik, bakat dan lain-lain juga ketepatan
program latihan, pemeliharaan kesehatan, pengaturan gizi dan penyediaan makanan atlet.
Gizi bagi para atlet merupakan komponen yang penting untuk menjaga potensi para atlet
secara maksimal dan mengurangi faktor resiko yang diakibatkan oleh aktivitas olah raga.
Pemenuhan gizi dapat tercapai melalui pengaturan pola makan yang baik.
Pengaturan pola makan atau diet adalah pengaturan makan yang sehat dan seimbang meliputi
kecukupan nutrisi makro dan mikro yang disesuaikan dengan berat dan tinggi badan serta
kadar lemak seseorang. Dalam jangka panjang atlet yang berhasil tergantung dari pemenuhan
gizi setiap harinya.
Atlet maupun pelatih hendaknya dapat memahami dan melaksanakan program gizi dengan
baik. Atlet yang kegemukan dan pelatih sering rawan terhadap ide yang salah mengenai
penurunan berat badan (BB) dan diet seperti sebagian besar masyarakat. Pengaturan gizi atlet
pada periode pembinaan prestasi dibagi menjadi tiga yaitu periode persiapan pertandingan,
periode pertandingan, dan periode pemulihan atau transisi. Adapun tujuan dari pengaturan
gizi atlet selama peride pembinaan adalah:
o Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi makro maupun
mikro sesuai dengan ukuran tubuh, aktivitas, program latihan dari tiap jenis olahraga.
o Menanggulangi kasus-kasus khusus yang ditemukan selama masa pembinaan dan berkaitan
dengan gizi.
o Memberi konsultasi dan pendidikan gizi baik secara formal ataupun informal terhadap atlet
atau official maupun pengelola makanan atlet.
o Monitoring dan evaluasi terhadap status atlet, maupun pelaksanaan penyelenggaraan
makanan atlet.
Pengaturan gizi pada atlet juga meliputi pengaturan makan pada masa latihan. Memasuki
masa latihan intensif diharapkan semua atlet telah memiliki kondisi fisik yang optimal.
Namun karena latar belakang yang berbeda ada kalanya kondisi fisik atau status gizi belum
optimal. Oleh karena itulah pengaturan makan sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki status gizi, baik akibat defisiensi zat gizi maupun kelebihan gizi, memelihara
kondisi fisik atlet agar tetap optimal selama menjalani latihan intensif serta membiasakan
atlet terhadap makanan yang sehat dan seimbang untuk kesehatan dan prestasi. Adapun
prinsip pengaturan makan pada saat latihan adalah:
1. Makanan bervariasi, setiap makanan mempunyai keunggulan dan kekurangan zat gizi
tertentu. Dengan memberikan makanan yang beraneka ragam setiap hari, maka kekurangan
zat gizi dari satu makanan akan dilengkapi oleh makanan lain.
2. Makanan seimbang; menjaga keseimbangan jumlah yang dikonsumsi dengan aktivitas
yang dilakukan sehingga berat badan tetap ideal atau terjaga.
3. Makanan lebih banyak terdiri dari sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, roti, sayuran
termasuk kacang-kacangan.
4. Mengurangi lemak terutama lemak jenuh dan minyak untuk mengurangi lemak dalam
makanan dapat dilakukan dengan cara memilih daging atau ayam yang sedikit lemak atau
kulit mengurangi pemakaian santan, minyak, memasak dengan cara dibakar dan lain-lain,
menggunakan susu rendah lemak dan lain-lain.
5. Mengurangi penggunaan gula yang berlebihan. Gula merupakan alternatif yang baik dalam
dunia olahraga bila jumlah, jenis kombinasi dan waktu pemakaianya dilakukan secara tepat.
6. Mengurangi penggunaan garam atau sodium klorida selalu digunakan dalam makanan.
Jenis sodium lain yang sering dikonsumsi Msg (Monosodium glutamat), sodium bicarbonat
dan beberapa vitamin C, tablet dalam bentuk sodium ascorbate. Kelebihan sodium menjadi
salah satu faktor resiko terhadap hypertensi dan pengurangan kalsium yang berkontribusi
pada pengurangan densitas tulang. Meskipun atlet banyak kehilangan elektrolit (termasuk
sodium) melalui keringat, terutama dalam cuaca panas namun kehilangan tersebut dapat
diganti dengan jumlah garam yang sangat sedikit.
7. Minum air putih atau juice buah lebih banyak, untuk mengontrol status hidrasi. Atlet
sebaiknya biasa menimbang berat badannya sebelum dan sesudah latihan. Setiap kehilangan
1 Kg berat badan berarti tubuh memerlukan penggantian 1 liter cairan.
8. Makan jenis makanan yang kaya kalsium untuk atlet wanita, terutama pada atlet yang
mengalami gangguan menstruasi atau amenorea.
9. Makan jenis makanan yang kaya zat besi terutama atlet wanita dan yang vegetarian.
Pengaturan makan atau diet hendaknya dapat diterapkan oleh semua atlet Indonesia.
Pengaturan gizi yang meliputi pengaturan makan ini hendaknya dapat disosialisasikan di
antara pelatih dan atlet di semua cabang olahraga.

Sumber:
Anonim. 2006. Seminar nasional gizi dan olahraga. http://www.gizi kesehatan.ugm.ac.id. [13
September 2008]

Damayanti D. 2007. Makanan atlet dalam perjalanan. http://www.bulutangkis


indonesia.blogspot.com. [13 September 2008]
PEDOMAN GIZI OLAHRAGA PRESTASI
ATLET DENGAN KONDISI KHUSUS
Atlet dengan kondisi khusus seperti vegetarian, amenorea, gangguan makan
dan mempunyai penyakit Diabetes Mellitus sebaiknya dalam pengawasan tim
kesehatan. Hal ini berkaitan dengan kegiatan olahraganya dan kemungkinan besar
akan berdampak juga pada prestasi yang akan dicapai. Rekomendasi tim kesehatan
(dokter, tenaga gizi) akan sangat erat hubungannya dengan intensitas latihan agar
tidak terjadi cedera otot (kekuatan dan daya tahan otot), kemampuan dan kekuatan
performa atlet serta kebugaran. Oleh karena itu perlu juga tim kesehatan berkoordinasi
dengan pelatih agar proses latihan dan saat pertandingan olahraga dapat mencapai
yang diinginkan.
A. Atlet Vegetarian
Atlet vegetarian adalah atlet yang tidak mengkonsumsi bahan makanan sumber
hewani. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa atlet vegetarian berisiko untuk
kekurangan asam amino esensial (lisin, treonin, metionin, triptofan), asam lemak
esensial, vitamin B12(kobalamin), vitamin B2(riboflavin), Ca (kalsium), Fe (besi), dan
Zinc (Seng). Atlet vegetarian terutama yang wanita lebih tinggi kemungkinannya
mengalami defisiensi Fe (besi) yang dikenal dengan anemia.
Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pada atlet vegetarian maka dalam
perencanaan menu seorang vegetarian harus memperhatikan hal hal
berikut ini:
1) Memilih bahan makanan yang bervariasi dan terdiri dari serealia, kacang-kacangan,
biji-bijian, sayur dan buah.
2)kebutuhan asam lemak esensial dapat dipenuhi dengan mengutamakan pemilihan
bahan makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian dan alpukat.
3)kebutuhan vitamin B12, kalsium, zat besi, serta beberapa asam amino esensial, dapat
dipenuhi dengan mengonsumsi tempe sebagai lauk dan makanan selingan.
Pada atlet vegetarian yang membutuhkan energi dalam jumlah tinggi, jika
semua kebutuhan dipenuhi dari makanan yang bersumber nabati, berisiko
menyebabkan terjadinya bulky. Pada kondisi ini disarankan untuk mengatasi defisiensi
beberapa zat gizi seperti tersebut diatas sebagian dapat dipenuhi dalam bentuk
suplemen.

Anda mungkin juga menyukai