Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Produksi alat mekanis selain dipengaruhi oleh kondisi di lapangan juga


dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mekanis alat tersebut. Untuk mengetahui
produksi alat muat dan alat angkut, maka perlu dilakukan pengamatan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4.1 Kondisi Tempat Kerja


Tinjauan terhadap kondisi tempat kerja bertujuan untuk mengetahui apakah
kondisi tempat kerja sudah mendukung atau belum pada kegiatan pemuatan dan
pengangkutan.
4.1.1. Geometri Jalan Angkut
Jarak jalan angkut untuk pengangkutan material batubaradari pit menuju
dump hopper adalah sejauh 4.400 m. Geometri jalan angkut yang memenuhi
syarat adalah yang bentuk dan ukuran-ukurannya sesuai dengan tipe alat angkut
yang digunakan dan kondisi medan yang ada, sehingga dapat menjamin dan
menunjang keamanan, serta keselamatan dalam operasi pengangkutan.
a. Kemiringan jalan angkut (grade)
Kemiringan jalan angkut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja alat angkut dalam kegiatan penambangan batubaradari pit
sampai ke dump hopper. Kemiringan yang ada pada jalan angkut antara pit dan
dump hopper area sebesar 8%, di mana kemiringan tersebut sesuai dengan standar
dan kemampuan alat angkut mengatasi tanjakan. (Lampiran C)
b. Lebar jalan angkut
Berdasarkan pengukuran di Lapangan, lebar jalan angkut pada jalan lurus
dengan 2 jalur yang dapat dilalui oleh alat angkut sebesar23 meter dan lebar jalan
angkut pada jalan tikungan adalah 33 meter. Sedangkan secara teoritis
(perhitungan) lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus untuk dumptruck

34
Scania P360 adalah 14 meter dan lebar jalan angkut minimum pada tikungan
adalah 16 meter. (Lampiran E)

Gambar 4.1
Kondisi Jalan Tambang
4.1.2. Area Pemuatan
Area pemuatan merupakan lokasi di mana dilakukannya kegiatan
pembongkaran dan pemuatan batubarake alat angkut. Untuk kondisi area
pemuatan dapat dilihat pada (Gambar 4.2) Kegiatan pembongkaran dan pemuatan
batubarapada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, dikerjakan oleh alat yang sama, yaitu
backhoe. Alat gali-muat yang digunakan adalah jenis backhoe dengan merek
Komatsu PC 400 LC (Lampiran A).

Gambar 4.2
Kondisi Area Pemuatan
4.1.3 Pola Pemuatan
Berdasarkan cara pemuatan yang diterapkan adalah single spotting/ single truck
back up dimana sistem gerak alat angkut mundur mendekati alat muat untuk
dilakukan pengisian, dikarenakan dengan metode ini operator alat gali-muat dapat

35
leluasa untuk melihat posisi bak alat angkut. Setelah truk pertama berangkat maka
truk kedua memanuver untuk mengambil posisi dimuati oleh alat muat, truk
selanjutnya datang dan menuggu untuk dimuati.
4.1.4 Pengangkutan
Pengangkutan batubara yang sudah dibongkar dan dimuat oleh alat muat
excavator Komatsu PC 400 LC kemudian diangkut oleh alat angkut dumptruck
Scania P360, alat angkut membawa batubara ke dump hopper dengan jarak rata-
rata sejauh 4,4 km untuk ditumpahkan. Rata-rata waktu yang dibutuhkan alat
angkut untuk sampai ke dump hopper selama 31 menit. (Lampiran G)
4.1.5 Area Penumpahan (Dump Hopper)
Area ini merupakan tempat penumpahan batubara (dump hopper) yang
diangkut oleh alat angkut dari area pemuatan. Hal ini dilakukan selain untuk
membawa batubara ke live stock juga dilakukan untuk memperkecil ukuran
batubara. Area penumpahan batubara selanjutnya dibawa ke live stock dengan
menggunakan belt conveyor, yang selanjutnya dibawa ke TLS (Train Loading
Station) untuk dikirim ke pelabuhan dan juga PLTU sekitar dengan menggunakan
kereta batubara.

Gambar 4.3
Kondisi Area Penumpahan

4.2 Waktu Kerja Efektif


Dalam pengaturan kegiatan kerja penambangan PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk dilakukan 3 shift kerja, selama 7 hari. 1 shift mempunyai durasi waktu 8 jam
(7 jam kerja dan 1 jam istirahat). Jumlah waktu kerja normal rata-rata per hari
adalah 21 jam/hari yang mana dari waktu tersebut terdapat waktu hambatan yang

36
akan mengurangi waktu kerja normal rata-rata menjadi waktu kerja efektif.
(Lampiran F)
a. Hambatan yang dapat dihindari
Hambatan yang dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi pada
suatu kegiatan dikarenakan akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap
waktu kerja yang telah dijadwalkan oleh suatu perusahaan. Hambatan yang dapat
dihindari yang terdapat di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk adalah :
1. Keterlambatan datangnya karyawan
2. Berhenti bekerja sebelum istirahat
3. Ganti operator
4. Berhenti bekerja sebelum akhir kerja.
5. Terlambat awal gilir

b. Hambatan yang tidak dapat dihindari


Hambatan yang tidak dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi pada
suatu kegiatan karena :
1. Faktor alam (hujan,cuaca buruk)
2. Perbaikan alat (kerusakan alat ditempat)
3. Pengisian bahan bakar
4. Pindah posisi penempatan alat
5. Persiapan dan berangkat ke permukaan kerja
6. Persiapan alat sebelum digunakan.
Dari data-data waktu hambatan yang terjadi pada kegiatan penambangan
(lampiran F) dapat diketahui kondisi alat muat dan alat angkut saat ini. Untuk
produksi pada bulan Maret 2017 waktu kerja efektif yang digunakan adalah 15,36
jam dalam sehari, hal ini dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang tidak
mungkin dapat dihindari sebagaimana disebutkan pada poin sebelumnya. Waktu
kerja efektif yang tersedia pada bulan maret 2017 adalah 15,36 x 30 hari kerja =
461 jam kerja untuk mencapai target produksi sebanyak 231.000 ton
batubara/bulan.

4.3 Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Target produksi PT. Bukit Asam, Tbk (Persero) di satuan kerja
penambangan Banko Barat pit 1 pada bulan Maret 2017 adalah sebesar 231.000

37
ton batubara. Untuk mencapai target produksi tersebut makakeserasian alat gali
muat dan alat angkut adalah salah satu faktor tercapainya target produksi pada
bulan Maret 2017. Apabila target produksi tidak tercapai pada bulan tersebut
maka kekurangan ditutupi dengan produksi bulan selanjutnya sehingga target
produksi tahunan PT. Bukit Asam, Tbk (Persero) dapat tercapai sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
Apabila match factor> 1 maka alat muat bekerja 100% sedangkan alat
angkut bekerja kurang dari 100% dan bila match factor < 1 maka alat angkut
bekerja 100% sedangkan alat muat bekerja kurang dari 100%. Agar kerja alat
berat dapat bekerja secara optimal maka match factor harus = 1 sehinggal alat
muat maupun alat angkut sama-sama bekerja 100%
4.3.1. Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut Secara Aktual
Saat ini keserasian alat berat pada site Banko Barat Pit 1 adalah 1 Unit
Excavator PC 400 LC melayani 7 dumptruck Scania P360 untuk produksi
batubara dengan Match Factor sebagai berikut.
n x Ctm x na
MF=
nm x Cta

Keterangan :
MF : Match Faktor
n : Jumlah bucket untuk mengisi dumptruck sampai penuh
Ctm : Cycle time alat muat
na : Jumlah alat angkut
nm : Jumlah alat muat
Cta : Cycle time alat angkut
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil perhitungan match factor yang
didapatkan saat ini adalah 1,45 (Lampiran H) sehingga terjadi waktu tunggu bagi
alat angkut. Dan untuk menghitung lamanya waktu tunggu alat angkut maka
digunakan rumus berikut.
Cta x Nm
W ta= Ctm
Na

Wta : waktu tunggu alat angkut

38
Dari hasil perhitungan dan data hasil pengamatan di lapangan maka waktu tunggu
untuk alat angkut saat ini adalah 1,41 menit. (Lampiran H)
4.3.2 Perbaikan Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Untuk mencapai keserasian antara alat gali muat dan alat angkut maka
perlu dikaji ulang agar match factor sama dengan 1, sehingga alat gali muat
maupun alat angkut dapat sama-sama bekerja 100%. Setelah dilakukan
pengamatan dan perhitungan kembali maka didapatkan keserasian alat muat dan
alat angkut dengan match factor sama dengan 1, yaitu 1 excavator PC 400 LC
harus melayani 10 dumptruck Scania P360. (Lampiran H)

4.4 Ketersedian Alat Mekanis


Salah satu faktor utama untuk mencapai target produksi adalah
ketersediaan alat mekanis. Semakin tinggi tingkat ketersediaan alat mekanis maka
semakin baik pula operasi penambangan yang direncanakan. Ketersediaan alat
mekanis ditinjau dari kondisi alat mekanis itu sendiri yang berhubungan dengan
waktu kerja alat, yaitu jam alat beroperasi, jam breakdown, dan jam standby.
Tingkat ketersediaan alat mekanis dapat digunakan untuk mengetahui
sejauh mana efisiensi penggunaan dari alat mekanis tersebut. Kesediaan alat
merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama
waktu kerja dari alat yang tersedia. Petunjuk dari kesediaan alat mekanis terdiri
dari mechanical availability (MA), physical availability (PA), dan Used of
availability (UA). Berikut ini adalah data kesediaan (Availability), penggunaan
efektif (Effective Utilization) alat secara aktual yang didapatkan dari kontraktor
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. pada bulan Februari 2017 :
Tabel 4.1
Kesediaan (Availability) Alat Muat dan Alat Angkut Bulan Februari saat ini.
(Lampiran L)

Availability
Alat Muat Alat Angkut
(%)

MA 67 % 67%
PA 85 % 77 %
UA 64 % 66 %

39
EU 62% 62 %

4.5 Produktifitas AlatMuat dan Alat Angkut


Kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang seharusnya
dicapai dengan kondisi aktual di lapangan berbeda. Produktifitas alat muat PC 400
LC saat ini adalah 250 ton/jam dan produktifitas alat angkut dumptruck Scania
P360 saat ini adalah 26,63 ton/jam.
Dalam menghitung produksi suatu alat mekanis dibutuhkan data waktu
edar suatu alat mekanis. Kondisi jalan angkut dan kondisi tempat kerja itu sendiri
sangat mempengaruhi waktu edar dari alat muat dan alat angkut. Waktu edar dari
alat muat excavatorKomatsu PC 400 LC adalah 0,35 menit (Lampiran F) dan
waktu edar alat angkut dumptruck Scania P360 adalah 31,98 menit dengan jarak
dari front penambangan sampai ke dump hopper sejauh 4,4 km (Lampiran G).
Selain itu, kondisi alat itu sendiri sangat mempengaruhi target
produksi suatu penambangan, bila alat mengalami kerusakan (breakdown) maka
akan timbul waktu hambatan yang mengakibatkan tidak tercapainya target
produksi batubara.
Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan nilai produktifitas alat
muat dan alat angkut. Secara teoritis produktifitas alat muat Excavator PC 400 LC
adalah 212,49 ton/jam (lampiran J) dan produktifitas 10 alat angkut dumptruck
Scania P360 adalah 197,77 ton/jam (Lampiran K)

4.6 Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut


Target produksi batubara di Satuan Kerja Banko Barat Pit 1 pada bulan
Maret 2017 adalah sebesar 231.000 ton batubara dan untuk mencapai produksi
tersebut maka perlu adanya sejumlah alat berat yang harus beroperasi di front
penambangan, berikut jumlah fleet yang harus disiapkan di area front
penambangan secara rencana.
Produktifitas PC 400 LC = 212,49 ton/jam
Jam efektif kerja sehari = 15,36 jam/hari
Jam efektif kerja sebulan = 15,36 jam/hari x 30 hari = 461 jam/bulan
Produktifitas PC 400 LC = 212,49 ton/jam x 461 jam/bulan
= 97.957,89 ton/bulan

40
Target produksi
Kebutuhan fleet = Produktifitas Excavator dalam sebulan

231.000 ton/bulan
= 97.957,89ton/bulan

= 2,35 dibulatkan menjadi 3 fleet.


Jadi, untuk mencapai target produksi sebesar 231.000 ton batubara secara teoritis
(perhitungan) dalam satu bulan terdapat 3 Excavator PC 400 LC yang harus
beroperasi di front penambangan.

3. Tahanan gulir atau tahanan gelinding (Rolling Resistance)


Tahanan gulir adalah jumlah semua gaya gaya luar (external forces) yang
berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang berjala di atas jalur jalan (jalan
raya atau kereta api) atau permukaan tanah. Dengan sendirinya yang mengalami
tahanan gulir (Rolling Resistance / RR) ini secara langsung adalah bagian luar ban
ban kendaraan tersebut.
Tabel 3.2
Nilai Tahanan Gulir
Tekanan Ban Karet (lb/ton)
No Kondisi Jalan
Tinggi Rendah Rata rata
1 Jalan keras dan licin 35 45 40
2 Jalan yang di aspal 40 65 50 60 45 60
Jalan keras dengan permukaan 40 70 50 70 45 70
3 terpelihara baik
Jalan yang sedang diperbaiki dan 90 - 100 80 100 85 100
4 terpelihara
5 Jalan yang kurang terpelihara 100 - 140 70 100 85 120
Jalan berlumpur dan tidak 180 - 220 150 220 165 210
6 terpelihara
7 Jalan berpasir dan berkerikil 260 - 290 220 260 240 275
8 Jalan berlumpur dan sangat lunak 300 400 280 340 290 370
Sumber : (Partanto Prodjosumarto, 1995)
Untuk menentukan nilai tahanan gulir adalah sulit untuk dilakukan karena
ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan gerak kendaraan ikut mempengaruhi nilai
tahanan gulir. Nilai tahanan gulir dapat dilihat pada Tabel 3.2.

41
4. Tahanan kemiringan (Grade Resistance)
Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya.
Pengaruh kemiringan terhadap tahanan kemiringan adalah naik untuk kemiringan
positif (Plus Slope), maka tahanan kemiringan atau grade resistance (GR) akan
melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull
yang diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun untuk kemiringan negatif
(Minus Slope), maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan,
berarti akan mengurangi rimpull yang dibutuhkan. Besarnya kemiringan biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 % berarti jalur jalan itu naik atau
turun sebesar 1 meter untuk tiap jarak mendatar 100 meter. Berat kendaraan itu
sendiri dinyatakan dengan gross ton. Nilai tahanan berbagai macam kemiringan
jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Kemiringan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Grade (%) = (h : x) . 100 %
Keterangan:
h : Beda tinggi dua titik yang diukur (m)
x : Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

Gambar 3.6 Perhitungan Kemiringan Jalan

Tabel 3.3
Nilai Kemiringan Jalan
GR GR GR
Kemiring (lb/to Kemiring (lb/to Kemiring (lb/to
an (%) n) an (%) n) an (%) n)
1 20,0 9 179,2 20 392,3
2 40,0 10 199,0 25 485,2
3 60,0 11 218,0 30 574,7

42
4 80,0 12 238,4 35 660,6
5 100,0 13 257,8 40 742,8
6 119,8 14 277,4 45 820,8
7 139,8 15 296,6 50 894,4
8 159,2
Sumber : ( Partanto Prodjosumarto, 1995)
5. Koefisien Traksi atau Coefficient of Traction
Coefficient of Traction adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa
bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai
untuk menarik atau mendorong. Dalam artian lain Coefficient of Traction (CoT)
adalah suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban atau track penggerak
(driving tires of track) itu harus dikalikan untuk menunjukkan rimpull maksimum
antara ban atau track dengan permukaan jalur jalan tepat sebelum roda selip.

Besarnya Coeffisient of Traction (CoT) tergantung dari:


1) Keadaan ban, yaitu keadaan dan macamnya, bentuk kembangan ban
tersebut. Untuk crawler track tergantung dari keadaan dan bentuk jalan
yang dilalui.
2) Keadaan permukaan jalur jalan, yaitu basah atau kering, keras atau lunak,
bergelombang atau rata dan sebagainya.

3) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.


Nilai Coefficient of Traction (CoT) pada bermacam macam
keadaan jalur jalan dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Nilai Coefficient of Traction Dalam Berbagai Kondisi Jalan

Kondisi Jalan Ban Karet (%)

Jalan kering dan keras 0,80 1,00 80 100


Jalan tanah liat kering 0,50 0,70 50 70
Jalan tanah liat biasa 0,40 0,50 40 50
Jalan berpasir basah dan berkerikil 0,30 0,40 30 40
Jalan berpasir kering yang terpisah / terpancar 0,20 0,30 20 30
Sumber : (Partanto Prodjosumarto, 1995)
6. Rimpull atau kekuatan tarik

43
Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
oleh mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukan jalur jalan. Bila Coefficient of Traction cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka rimpull (RP) maksimum adalah fungsi dari
tenaga mesin (HP) dan gear ratios (versenelling) antara mesin dan roda
rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya
tenaga roda penggerak dikalikan dengan coefficient of traction.
Rimpull biasa dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
HP 375 Effisiensi Mesin
RP=
Kecepa tan , mp h

Dimana:
RP = Rimpull atau kekuatan tarik (lb)
HP = Tenaga mesin, Horse Power (HP)
375 = Angka konversi

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
1. Target produksi batubara PT. Era Energi Mandiri adalah 15000 ton/bulan
atau sekitar 500 ton/hari.
2. Produksi teoritis excavator KOBELCO SK480LC adalah 3272,416
ton/hari, sehingga target produksi sebesar 3000 ton/hari sudah tercapai.
3. Produksi teoritis dump truck Mercedez-Benz Actros 4043 adalah 466,48
ton/hari/4 unit Dump Truck, sehingga target produksi sebesar 500 ton/hari
belum tercapai.
4. Banyaknya alat angkut yang rusak, lalu beberapa operator excavator dan
operator dump truck yang tidak hadir, serta kondisi jalan angkut yang
belum layak merupakan penyebab tidak tercapainya target produksi.
5. Kondisi loading point yang kurang baik sehingga menimbulkan antrean
khususnya pada alat angkut.
6. Kurangnya jumlah alat angkut pada kegiatan coal getting sehingga
menimbulkan waktu tunggu yang cukup lama bagi operator excavator.

44
7. Kurang lebarnya jalan angkut pada titik-titik tertentu yang menyebabkan
alat angkut sulit ber-manuver.

45
8. Tidak tercapainya target produksi batubara salah satunya adalah karena
faktor alam seperti hujan yang terus menerus yang menyebabkan waktu
kerja efektif menjadi berkurang.
9. Penambahan 12 unit alat angkut Dump Truck akan meningkatkan produksi
dari alat angkut menjadi sebesar 1865,92 ton/hari/16 unit Dump Truck,
sehingga target produksi 500 ton/hari dapat terpenuhi bahkan lebih besar
tiga setengah kali lipat dari target produksi yang direncanakan.

6.2 Saran

1. Perlunya dilakukan perawatan jalan secara berkala, penambahan rambu-


rambu jalan, penambahan lampu jalan tambang, serta perubahan jadwal
kerja dari alat pendukung.
2. Memperlebar jalan angkut baik itu pada lurusan maupun pada tikungan
agar mengurangi waktu hambatan pada saat ada dua alat angkut sedang
berpapasan sehingga alat angkut tidak perlu menepi untuk memberikan
jalan pada alat angkut lain.
3. Pengawasan yang lebih baik terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan
agar waktu kerja yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan lebih
disiplin.
4. Perlunya perhitungan produksi secara berkala dengan memperhatikan
faktor-faktor produksi dengan lebih mendalam, agar produksi yang
direncanakan dapat dikontrol dengan lebih baik.
5. Alat-alat penunjang seperti Compactor dan Grader harus lebih
dioptimalkan untuk kegiatan perawatan jalan angkut daripada harus
menggunakan Dozer yang dinilai belum optimal dalam perawatan jalan
angkut.
6. Diadakannya shift malam agar kegiatan coal getting lebih optimal dan
target produksi batubara dapat meningkat. Namun jika cuaca malam
kurang mendukung untuk coal getting, sebaiknya hanya dilakukan
perawatan jalan angkut saja agar keesokan harinya kegiatan coal getting
dapat dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan tanpa harus melakukan
perawatan jalan terlebih dahulu.

46
47

Anda mungkin juga menyukai