34
Scania P360 adalah 14 meter dan lebar jalan angkut minimum pada tikungan
adalah 16 meter. (Lampiran E)
Gambar 4.1
Kondisi Jalan Tambang
4.1.2. Area Pemuatan
Area pemuatan merupakan lokasi di mana dilakukannya kegiatan
pembongkaran dan pemuatan batubarake alat angkut. Untuk kondisi area
pemuatan dapat dilihat pada (Gambar 4.2) Kegiatan pembongkaran dan pemuatan
batubarapada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, dikerjakan oleh alat yang sama, yaitu
backhoe. Alat gali-muat yang digunakan adalah jenis backhoe dengan merek
Komatsu PC 400 LC (Lampiran A).
Gambar 4.2
Kondisi Area Pemuatan
4.1.3 Pola Pemuatan
Berdasarkan cara pemuatan yang diterapkan adalah single spotting/ single truck
back up dimana sistem gerak alat angkut mundur mendekati alat muat untuk
dilakukan pengisian, dikarenakan dengan metode ini operator alat gali-muat dapat
35
leluasa untuk melihat posisi bak alat angkut. Setelah truk pertama berangkat maka
truk kedua memanuver untuk mengambil posisi dimuati oleh alat muat, truk
selanjutnya datang dan menuggu untuk dimuati.
4.1.4 Pengangkutan
Pengangkutan batubara yang sudah dibongkar dan dimuat oleh alat muat
excavator Komatsu PC 400 LC kemudian diangkut oleh alat angkut dumptruck
Scania P360, alat angkut membawa batubara ke dump hopper dengan jarak rata-
rata sejauh 4,4 km untuk ditumpahkan. Rata-rata waktu yang dibutuhkan alat
angkut untuk sampai ke dump hopper selama 31 menit. (Lampiran G)
4.1.5 Area Penumpahan (Dump Hopper)
Area ini merupakan tempat penumpahan batubara (dump hopper) yang
diangkut oleh alat angkut dari area pemuatan. Hal ini dilakukan selain untuk
membawa batubara ke live stock juga dilakukan untuk memperkecil ukuran
batubara. Area penumpahan batubara selanjutnya dibawa ke live stock dengan
menggunakan belt conveyor, yang selanjutnya dibawa ke TLS (Train Loading
Station) untuk dikirim ke pelabuhan dan juga PLTU sekitar dengan menggunakan
kereta batubara.
Gambar 4.3
Kondisi Area Penumpahan
36
akan mengurangi waktu kerja normal rata-rata menjadi waktu kerja efektif.
(Lampiran F)
a. Hambatan yang dapat dihindari
Hambatan yang dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi pada
suatu kegiatan dikarenakan akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap
waktu kerja yang telah dijadwalkan oleh suatu perusahaan. Hambatan yang dapat
dihindari yang terdapat di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk adalah :
1. Keterlambatan datangnya karyawan
2. Berhenti bekerja sebelum istirahat
3. Ganti operator
4. Berhenti bekerja sebelum akhir kerja.
5. Terlambat awal gilir
37
ton batubara. Untuk mencapai target produksi tersebut makakeserasian alat gali
muat dan alat angkut adalah salah satu faktor tercapainya target produksi pada
bulan Maret 2017. Apabila target produksi tidak tercapai pada bulan tersebut
maka kekurangan ditutupi dengan produksi bulan selanjutnya sehingga target
produksi tahunan PT. Bukit Asam, Tbk (Persero) dapat tercapai sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
Apabila match factor> 1 maka alat muat bekerja 100% sedangkan alat
angkut bekerja kurang dari 100% dan bila match factor < 1 maka alat angkut
bekerja 100% sedangkan alat muat bekerja kurang dari 100%. Agar kerja alat
berat dapat bekerja secara optimal maka match factor harus = 1 sehinggal alat
muat maupun alat angkut sama-sama bekerja 100%
4.3.1. Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut Secara Aktual
Saat ini keserasian alat berat pada site Banko Barat Pit 1 adalah 1 Unit
Excavator PC 400 LC melayani 7 dumptruck Scania P360 untuk produksi
batubara dengan Match Factor sebagai berikut.
n x Ctm x na
MF=
nm x Cta
Keterangan :
MF : Match Faktor
n : Jumlah bucket untuk mengisi dumptruck sampai penuh
Ctm : Cycle time alat muat
na : Jumlah alat angkut
nm : Jumlah alat muat
Cta : Cycle time alat angkut
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil perhitungan match factor yang
didapatkan saat ini adalah 1,45 (Lampiran H) sehingga terjadi waktu tunggu bagi
alat angkut. Dan untuk menghitung lamanya waktu tunggu alat angkut maka
digunakan rumus berikut.
Cta x Nm
W ta= Ctm
Na
38
Dari hasil perhitungan dan data hasil pengamatan di lapangan maka waktu tunggu
untuk alat angkut saat ini adalah 1,41 menit. (Lampiran H)
4.3.2 Perbaikan Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Untuk mencapai keserasian antara alat gali muat dan alat angkut maka
perlu dikaji ulang agar match factor sama dengan 1, sehingga alat gali muat
maupun alat angkut dapat sama-sama bekerja 100%. Setelah dilakukan
pengamatan dan perhitungan kembali maka didapatkan keserasian alat muat dan
alat angkut dengan match factor sama dengan 1, yaitu 1 excavator PC 400 LC
harus melayani 10 dumptruck Scania P360. (Lampiran H)
Availability
Alat Muat Alat Angkut
(%)
MA 67 % 67%
PA 85 % 77 %
UA 64 % 66 %
39
EU 62% 62 %
40
Target produksi
Kebutuhan fleet = Produktifitas Excavator dalam sebulan
231.000 ton/bulan
= 97.957,89ton/bulan
41
4. Tahanan kemiringan (Grade Resistance)
Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya.
Pengaruh kemiringan terhadap tahanan kemiringan adalah naik untuk kemiringan
positif (Plus Slope), maka tahanan kemiringan atau grade resistance (GR) akan
melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull
yang diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun untuk kemiringan negatif
(Minus Slope), maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan,
berarti akan mengurangi rimpull yang dibutuhkan. Besarnya kemiringan biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 % berarti jalur jalan itu naik atau
turun sebesar 1 meter untuk tiap jarak mendatar 100 meter. Berat kendaraan itu
sendiri dinyatakan dengan gross ton. Nilai tahanan berbagai macam kemiringan
jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Kemiringan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Grade (%) = (h : x) . 100 %
Keterangan:
h : Beda tinggi dua titik yang diukur (m)
x : Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)
Tabel 3.3
Nilai Kemiringan Jalan
GR GR GR
Kemiring (lb/to Kemiring (lb/to Kemiring (lb/to
an (%) n) an (%) n) an (%) n)
1 20,0 9 179,2 20 392,3
2 40,0 10 199,0 25 485,2
3 60,0 11 218,0 30 574,7
42
4 80,0 12 238,4 35 660,6
5 100,0 13 257,8 40 742,8
6 119,8 14 277,4 45 820,8
7 139,8 15 296,6 50 894,4
8 159,2
Sumber : ( Partanto Prodjosumarto, 1995)
5. Koefisien Traksi atau Coefficient of Traction
Coefficient of Traction adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa
bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai
untuk menarik atau mendorong. Dalam artian lain Coefficient of Traction (CoT)
adalah suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban atau track penggerak
(driving tires of track) itu harus dikalikan untuk menunjukkan rimpull maksimum
antara ban atau track dengan permukaan jalur jalan tepat sebelum roda selip.
43
Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
oleh mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukan jalur jalan. Bila Coefficient of Traction cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka rimpull (RP) maksimum adalah fungsi dari
tenaga mesin (HP) dan gear ratios (versenelling) antara mesin dan roda
rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya
tenaga roda penggerak dikalikan dengan coefficient of traction.
Rimpull biasa dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
HP 375 Effisiensi Mesin
RP=
Kecepa tan , mp h
Dimana:
RP = Rimpull atau kekuatan tarik (lb)
HP = Tenaga mesin, Horse Power (HP)
375 = Angka konversi
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Target produksi batubara PT. Era Energi Mandiri adalah 15000 ton/bulan
atau sekitar 500 ton/hari.
2. Produksi teoritis excavator KOBELCO SK480LC adalah 3272,416
ton/hari, sehingga target produksi sebesar 3000 ton/hari sudah tercapai.
3. Produksi teoritis dump truck Mercedez-Benz Actros 4043 adalah 466,48
ton/hari/4 unit Dump Truck, sehingga target produksi sebesar 500 ton/hari
belum tercapai.
4. Banyaknya alat angkut yang rusak, lalu beberapa operator excavator dan
operator dump truck yang tidak hadir, serta kondisi jalan angkut yang
belum layak merupakan penyebab tidak tercapainya target produksi.
5. Kondisi loading point yang kurang baik sehingga menimbulkan antrean
khususnya pada alat angkut.
6. Kurangnya jumlah alat angkut pada kegiatan coal getting sehingga
menimbulkan waktu tunggu yang cukup lama bagi operator excavator.
44
7. Kurang lebarnya jalan angkut pada titik-titik tertentu yang menyebabkan
alat angkut sulit ber-manuver.
45
8. Tidak tercapainya target produksi batubara salah satunya adalah karena
faktor alam seperti hujan yang terus menerus yang menyebabkan waktu
kerja efektif menjadi berkurang.
9. Penambahan 12 unit alat angkut Dump Truck akan meningkatkan produksi
dari alat angkut menjadi sebesar 1865,92 ton/hari/16 unit Dump Truck,
sehingga target produksi 500 ton/hari dapat terpenuhi bahkan lebih besar
tiga setengah kali lipat dari target produksi yang direncanakan.
6.2 Saran
46
47