PERCOBAAN DARAH I
Hitung Eritrosit, Hitung Leukosit, Hitung Kadar Hemoglobin, dan Penentuan
Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus
Disusun oleh:
Elok Azkawati
163112620120099
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOMEDIK
UNIVERSITAS NASIONAL
2016
LATIHAN 7
PERCOBAAN DARAH I
B. Dasar Teori
Eritrosit
Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Darah
adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam
matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah
berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah merah berbentuk bulat gepeng
yang kedua permukaannya cekung.
Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat
oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah berasal dari
warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah
dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah
merah tidak terdapat nukleus. Sel eritrosit aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel.
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati.
Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan
berisi nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya
kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar
di dalam tubuh, setelah itu akan mati.
Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang dihancurkan akan terurai menjadi dua zat
yaitu hematin yang mengandung Fe yang berfungsi untuk membuat eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan karbon dioksida. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri
dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi. Di
dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut
anemia, yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis
eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Leukosit
Sel darah putih (lekosit) berwarna bening atau tidak berwarna,bentuknya lebih besar
dari sel darah merah (eritrosit), tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter lekosit
sekitar 10m. Batas normal jumlah lekosit berkisar 4.000-10.000/mm3 darah. Leukosit di
dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benta-benda asing (foreign
agents) termasuk kuman kuman penyebab penyakit infeksi. Lekosit yang berperan adalah
monosit, netrofil, limfosit. Lekosit juga memperbaiki kerusakan vaskuler. Lekosit yang
memegang peranan adalah eosinofil. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk
intinya, sel lekosit di golongkan menjadi dua golongan:
1. Lekosit bergranula
a. Eosinofil
Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma bergranula
kasar, refraktil dan berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu eosin.
Walaupun mampu melakukan fagositosis, eosinofil tidak mampu membunuh kuman.
b. Basofil
Mempunyai bentuk bulat, dan intinya sukar dilihat sebab tertutup oleh granula.
Granulanya sangat besar bulat berwarna ungu tua, jumlahnya banyak tetapi letaknya
tidak begitu rapat. Kadang kadang vakuol tampak berwarna pucat dalam sitoplasma.
c. Netrofil
Selsel ini di sebut lekosit polimorfonuklear karena bentuk intinya
bermacam macam. Ada dua jenis netrofil yaitu netrofil batang dan netrofil segmen.
Ciri ciri netrofil batang: inti berbentuk seperti batang, bentuk ginjal atau huruf S,
warna ungu tua. Sitoplasma kemerahan dan granula kecil kecil halus, warna
lembayung muda. Sedangkan netrofil segmen berbentuk bulat, sitoplasma kemerah
merahan banyak. Mempunyai inti terdiri 2-5 lobus yang di hubungkan dengan benang
kromatin, warna ungu tua padat. Granulanya kecil kecil ,warna lembayung muda
banyak tetapi terpisah
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah. Molekul hemoglobin terdiri dari: globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porifin yang
menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porifin yang
mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari hemedan globin.
Globin sebagai istilah generik untuk protein globural. Ada beberapa protein mengandung
heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 sub unit protein)
yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara struktural dan berukuran hampir
sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme,
sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki kapasitas empat molekul oksigen.
Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini
disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma
akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan
aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis
antigen dan antibody yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi
4 golongan yaitu sebagai berikut:
Seseorang yang memiliki golongan darah A dalam eritrosit (sel darah merah)
mengandung Antigen (Aglutinogen) A, dan plasma darah mengandung Antibodi
(Aglutinin) B.
Seseorang yang memiliki golongan darah B dalam eritrosit (sel darah merah)
mengandung Antigen (Aglutinogen) B, dan plasma darah mengandung Antibodi
(Aglutinin) A.
Seseorang yang memiliki golongan darah AB dalam eritrosit (sel darah merah)
mengandung Antigen (Aglutinogen) A dan B, dan plasma darah tidak mengandung
Antibodi (Aglutinin). Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut Resipien
universal (orang yang menerima darah). Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkandarah kecuali pada sesama AB-positif.
Seseorang yang memiliki golongan darah O dalam eritrosit (sel darah merah) tidak
mengandung Antigen (Aglutinogen), dan plasma darah mengandung Antibodi
(Aglutinin) A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut
Donor Universal (Orang yang mendonorkan darah). Namun orang dengan golongan
darah O-negatif hanya dapat menerima darah darisesama O-negatif.
Pada sistem rhesus, terdiri dari Rhesus Positif dan Rhesus Negatif.
Sebagian besar orang Asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus
negatif pada umumnya dimiliki oleh orang luar. Seseorang yang memiliki rhesus positif
darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan rhesus negatif,
tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidak cocokan golongan. Misalnya
donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap
antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan
yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada
saat kehamilan. Jika terdapat perbedaan rhesus pada pasangan suami istri, pada kehamilan
kedua dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim, atau jika lahir akan menderita hati yang
bengkak, anemia, kuning (jaundice), dan gagal jantung. Hal ini karena
anti rhesus(penghancuran sel arah merah) atau hemolitik.
D. Cara kerja :
1. Menghitung jumlah eritrosit/ sel darah merah :
a. Hisap darah vena/ perifer dengan pipet thoma samapai angka 0,5 lalu diencerkan
dengan larutan hayem sampai angka 101, jangan sampai ada gelembung udara.
b. Kocok selama 5 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.
c. Siapkan biik hitung dengan hati-hati bersihkan dengan kain yang bersih dan
halus, juga siapkan mikroskop.
d. Amati bilik hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x (obyektif 10x
dan okuer 10x).
e. Kemudian hitung jumlah sel darah pada 5 kotak R kecil yang terletak di bagian
tengah bilik hitung, masing-masing kotak kecil ini terdiri atas 16 kotak dengan
ukuran isi : 1/20 mm x 1/20 m = 1/400 mm2 luasnya, dan dalamnya 1/10 mm
sehingga jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya adalah : 5 x 16 x 1/400 x
1/10 mm3 = 1/50 mm ( F bilik hitung) jadi jumlah sel eritrosit adalah : 5RxFxP
Dimana :
R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5 kotak)
F = Faktor bilik hitung
P = Pengenceran pipet
b. Cara Talquist :
Cara ini biasa digunakan di BKIA, metodenya berdasarkan pada perbedaan warna
yag terserap pada kertas saring atau kertas Talquist yang dibandingkan dengan
bermacam-maca warna standard yang tertera pada buku Talquist. Pembacaan
kadar Hb dinyatakan dalam angka Talquist. Pada cara ini darah yang keluar dari
jari dihisap dengan kertas saring/kertas Talquist dan segera setelah kering
disesuaikan dengan warna standard yang ada pada buku Talquist.
1
mm3 = R butir
50
1 mm3 = R x 50 butir
Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian yang tidak
tercampur (dibuang), sehingga pengencerannya menjadi 200x. sehingga jumlah sel darah
merah per mm3 darah adalah 200 x 50 x R = R x 104 butir. Menurut literatur jumlah eritrosi
tnormal pada wanita antara 4-5 juta eritrosit /l darah dan pada pria 4,55,5 juta eritrosit/
l darah. Jika mengacu pada literatur tersebut OP memiliki jumlah eritrosit melebihi rentang
normal yaitu 7.920.000 sel/L darah. Peningkatan jumlah eritrosit melebihi melebihi 6 juta/l
darah dapat mengindikasikan suatu kelainan yang disebut Polisitemia, namun perlu
pemeriksaan lebih lanjut
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit pada seseorang, yaitu :
a. Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan memiliki
sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi. .
b. Usia/umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml. Ketika bayi
tersebut tumbuh eritrositnya berkurang menjadi sampai 4 juta / ml, kemudian naik lagi
pada orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta / ml.
c. Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel darah.
Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih banyak
sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar hemoglobin
dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein yang
mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap
oksigen dan karbondioksida.
d. Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang
banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
e. Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit)
lebih sedikit daripada laki laki, hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada
perempuan ketika menstruasi.
Kadar hemoglobin pada pria adalah 13-18 g/dL sedangkan pada wanita 12-16 g/dL.
Hemoglobin memiliki beberapa fungsi yaitu: mengambil oksigen dari paru-paru, lalu
memberikannya kepada jaringan tubuh, membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-
paru, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, dan merupakan sumber bilirubin yang akan
diubah menjadi urobilin. Kadar hemoglobin pada OP yaitu 17,8 g/dL kadar tersebut masih
normal dan mendekati 18 g/dL. Kadar hemoglobin yang cukup tinggi ini bisa dikarenakan
jumlah eritrosit yang tinggi yaitu 7.920.000 sel/L darah. Selain itu ada beberapa faktor yang
menyebabkan hemoglobin tinggi yaitu
Pada penentuan golongan darah terjadi gumpalan ketika darah OP ditetesi dengan
serum yang mengandung antibody Anti-A dan antibody Anti-AB. Tejadinya gumpalan atau
aglutinasi disebabkan karena pada permukaan eritrosit OP terdapat antigen A dan pada serum
terdapat antibody Anti-A, terjadinya ikatan antigen dan antibody tersebut menyebabkan
terjadinya aglutinasi, hal tersebut juga terjadi ketika ditetesi serum yang mengandung antibody
Anti-AB. Sehingga OP tersebut memiliki golongan darah A karena terjadi gumpalan ketika
ditetesi dengan serum yang mengandung antibody Anti-A dan antibody Anti-AB. Selain
adanya penentuan darah berdasarkan sistem ABO ada juga penentuan sistem darah berdasarkan
Rhesus (Rh).
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di
permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini
diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada
tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki
golongan darah Rh- (Rhesus Negatif). Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif).
Saran
Pada saat praktikum sebaiknya mahasiswa berkonsentrasi pada praktikum yang
dikerjakan, sehingga praktikum cepat selesai dan tertib. Apabila pekerjaannya sudah selesai
dapat memperhatikan praktikum yang dikerjakan oleh temannya sehingga suasana lab tetap
tertib.
G. DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Astie. 2014. Penentuan Golongan Darah Manusia. Online. Tersedia dalam
https://www.scribd.com/doc/241692119/Penentuan-Golongan-Darah-Manusia-pdf
Natalina. 2015. Pemeriksaan Sederhana Golonga Darah dan Rhesus. Online. Tersedia dalam
http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=157
Ramdani, Fahmy. 2015. Kelebihan dan Kekurangan Hemoglobin. Online. Tersedia dalam
https://fahmyramdani.blogspot.co.id/2015/12/kelebihan-dan-kekurangan-
hemoglobin.htmlValen,