Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor yang terjadi


jika terdapat dua benda yang memiliki perbedaan suhu dan saling bersentuhan
sama lain dalam medium yang tetap. Kalor secara alami mengalir dari daerah
bersuhu tinggi ke darah bersuhu rendah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
kalor atau energi berpindah secara konduksi dan laju perpindahan kalor sebanding
dengan gradien suhu normal. Dalam pembelajaran konduksi diperlukan
pemahaman teori dasar mengenai hukum Fourier. Selain itu, nilai konduktivitas
termal dari suatu bahan juga mempunyai peranan penting dalam proses
perpindahan kalor secara konduksi.

Konduksi atau hantaran kalor hanya terjadi apabila terdapat perbedaan


suhu. Berdasarkan perubahan suhu menurut waktu, konduksi dapat dibagi
menjadi dua keadaan, yaitu konduksi tunak (steady-state conduction) dan
konduksi tidak tunak (unsteady-state conduction). Konduksi tunak merupakan
konduksi ketika suhu yang dihantarkan tidak berubah atau distribusi suhu konstan
terhadap waktu. Sebaliknya, konduksi tak tunak terjadi jika suhu berubah terhadap
waktu.

Salah satu aplikasi dari perpindahan kalor konduksi tunak adalah penggunaan
insulasi panas. Insulasi panas adalah material yang digunakan untuk memantulkan
panas dan/atau menahan panas. Seiring dengan semakin maraknya pemanasan global,
insulasi panas banyak digunakan sebagai pelapis pada dinding/atap bangungan,
seperti rumah, gudang, pabrik, lapangan indoor, peternakan dan lain-lain.

Dengan menggunakan insulasi panas, maka panas dari dinding/atap dapat


ditahan, sehingga suhu di dalam ruangan tetap terjaga dan mengurangi penggunaan
energi listrik untuk mengkondisikan suhu ruangan. Dalam sistem insulasi panas
terdapat berbagai faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya nilai R dan tebal kritis
suatu material insulasi, pengaruh tahanan kontak termal serta faktor konveksi udara
yang berpengaruh terhadap besarnya koefisien perpindahan panas menyeluruh pada
sistem.

1.2 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengenai topik ini adalah:

Mengetahui fenomena perpindahan panas konduksi tunak dan konduksi


tak tunak yang terjadi dari setiap kasus/ keadaan sistem yang diberikan
Memahami penerapan hukum fourier pada konduksi tunak dan tak
tunak
Mempelajari desain sistem insulasi dari suatu bahan dengan
mementukan koefisien perpindahan kalor menyeluruh, tebal kritis
isolasi dan tahanan kontak termal yang terjadi
Memahami cara penyelesaian kasus perpindahan kalor tunak dengan
menentukan sudut pandang dinemsi yang diperlukan (dimensi tunggal
atau dimensi rangkap)
Memahami cara penyelesain kasus perpindahan kalor tak tunak dengan
menggunakan pendekatan kapasitas kalor tergabung, aliran kalor
transien, dan konduksi batas konveksi

6. Bagaimana pengaruh keberadaan sumber kalor di dalam sistem terhadap laju


perpindahan kalor yang dihasilkan?
Jawab:
Dalam penerapan prinsip perpindahan kalor konduksi tunak satu dimensi terdapat
pengaruh keberadaan sumber kalor di dalam sistem yang terdiri dari dinding datar
dengan sumber kalor dan silinder dengan sumber kalor. Kedua sistem sumber kalor
tersebut meghasilkan laju perpindahan kalor yang berbeda.
Pada dinding datar dengan sumber kalor, kalor yang dibangkitkan per satuan
volume adalah dan konduktivitas termal tidak berubah terhadap suhu. Proses
perpindahan kalor dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perpindahan kalor satu dimensi pada dinding datar dengan sumber kalor
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer 10th ed.

Dari gambar diatas, Tw merupakan suhu di dinding dan To adalah suhu di pusat.
Penyelesaian persamaan aliran kalor dengan kondisi batas di atas akan menghasilkan
persamaan distribusi suhu sepanjang arah x, yaitu:
q
T To = + Tw
2k
Distribusi suhu dapat pula dihitung dengan:
T T0 x 2
= ( )
Tw T0 L
Sedangkan, pada silinder pejal dengan jari jari R dengan sumber panas terbagi rata
dan konduktivitas termal tetap, suhu hanya merupakan fungsi jari jari saja karena
silinder memiliki bentuk cukup panjang. Proses perpindahan panas dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Perpindahan panas konduksi satu dimensi pada silinder pejal dengan sumber
kalor
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer

Penyelesaian persamaan aliran panas dengan kondisi batas di atas akan


menghasilkan persamaan distribusi suhu sepanjang arah radial, yaitu:
q 2
T = Tw + (R r 2 )
4k
Suhu maksimal tercapai di pusat silinder pada saat r = 0.
qR2
To = Tw +
4k
Distribusi suhu dapat pula dihitung dengan
T Tw r 2
= 1( )
To Tw R
TUGAS B

2. A 32.4-cm-OD pipe, 145-cm long, is buried with its centerline 1.2 m below the
surface of the ground. The ground surface is at 280 K and the mean thermal
conductivity of the soil is 0.66 W/m K. If the pipe surface is at 370 K, what is the heat
loss per day from the pipe?

Diketahui:
- OD = diameter luar pipa = 32.4 cm = 0.324 m
- L = 145 cm = 1.45 m
- D = jarak dari titik pusat pipa ke permukaan tanah = 1.2 m
- To = 280 K
- T1 = 370 K
- k = 0.66 W/m K

Ditanya: q = ...?

Jawab:

Dalam sistem dimensi rangkap terdapat faktor bentuk konduksi (conduction shape
factor), S sehingga

Pada soal No. 2 faktor bentuk pada situasi ini dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3-1

Tabel 3-1. Faktor Bentuk Konduksi, Dirangkum dari Rujukan 6 dan 7

(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th ed.)


0.324
Pada soal diketahui OD = 0.324 m, sehingga diperoleh = = = 0.162
2 2

L diketahui pula senilai 1.45 m, sehingga

D = 1.2 m dan 3r = 3 x 0.162 m = 0.486 m, sehingga diperoleh D > 3r

Oleh karena L r dan D > 3r, maka digunakan S dengan persamaan:

2L 2 3,14 1.45 m
S= = = 4.54 m
D 1.2 m
ln( r ) ln 0.162 m

Aliran kalor dihitung dari

W
q = k STmenyeluruh = 0.66 4.54 m (370 280)K = 269.67 W
mK

= 269.67 W 3.412 = 38.34 /
1 24

Sumber Rujukan

Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill.
Dr. Ir. Haryadi, MT dan Ir. Ali Mahmudi M.Eng. 2012. Buku Bahan Ajar:
Perpindahan Panas. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Pane, Ali Hasini. 2015. Perpindahan Panas konduksi Steady State - One
Dimensional. Medan: Advance Learning Program (ALP Consultant).

Anda mungkin juga menyukai