Kematian terjadi pada pH darah kurang dari 6.8 atau lebih dari
8.0. Oleh karena hal tersebut keseimbangan pH CES sangat
penting untuk dijaga karena tubuh cenderung memproduksi
asam akibat hasil dari berbagai metabolisme. Asam-asam
tersebut yaitu:
Asam didapat dalam makanan
Asam yang diperoleh dari makanan ini berjumlah kecil. Karena
tidak semuanya dapat terdisosiasi menghasilkan H+
Metabolisme protein asam sulfat & asam fosfat
Metabolisme asam lemak benda keton
Glikolilisis anaerob laktat
Glikolisis aerob CO2
Metabolisme seluler CO2
H2CO3 D H+ + HCO3
H+ + Hb = HHb
Sistem Pernafasan
Ginjal
Eksresi Bikarbonat
Ginjal mengatur keberadaan ion bikarbonat melalui dua
mekanisme :
1. Reabsorpsi kembali HCO3- yang difiltrasi ke dalam plasma di
tubulus proksimalis
2. Penambahan HCO3- baru ke plasma pada tubulus distalis
untuk menggantikan HCO3- yg dipakai oleh asam yang tdk
menguap (HCL, H3PO4, H2SO4 dan as. organik) dlm drh hasil
proses metabolisme.
Bikarbonat dengan bebas difiltrasi, tetapi karena membran
luminal tidak permeable terhadap HCO3- yang difiltrasi
tersebut, zat ini tidak dapt berdifui ke dalam sel tersebut.
Dengan demikian, reabsorpsi dilakukan secara tidak langsung.
Ion hidrogen berikatan dengan bikarbonat membentuk H2CO3
dibawah penagruh karbonat anhidrase, terurai menjadi CO2
dan H2O. CO2 kemudian dengan mudah menembus membran
tubulus. Selanjutnya CO2 tersebut kembali berikatan dengan
H2O membentuk H2CO3 yang terurai menjadi H+ dan HCO3-.
Selanjutnya, HCO3- yang terbentuk dapat berdifusi pasif ke
luar sel dan kedalam plasma kapiler-peritubulus.
Sekresi Amonia
Penyangga urin yang penting meliputi penyangga fosfat yang
difiltrasi dan amonia yang disekresi. Dalam keadaan normal, H+
yang disekresikan pertama-tama disangga oleh sistem
penyangga fosfat, yang berada di cairan tubulus karena
kelebihan ingesti fosfat telah difiltrasu tetapi tidak
direabsorpsi. Jika sekresi H+ meningkat kapasitas fosfat urin
untuk menyangga akan terlampaui, tetapi ginjal tidak berespon
dengan mensekresikan lebih banyak fosfat basa. Setelah
semua ion fosfat basa yang disekresikan menghisap H+,
keasaman cairan tubulus dengan cepat meningkat. Jika
terdapat asidosis, sel-sel tubulus mensekresikan NH3 ke
dalam cairan tubulus setelah penyangga fosfat urin menjadi
jenuh. Keberadaan NH3 ini memungkinkan ginjal terus
mensekresikan tambahan ion H+ karena NH3 akan berikatan
dengan H+ bebas dicairan tubulus untuk membentuk ion
amonium (NH4+)
NH4+NH3 + H+
Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan,
yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH,
darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab
Penyebab asidosis metabolik antara lain :
1. Diare berat yang menyebabkan kehilangan HCO3- dari
tubuh.
2. Diabetes Melitus dimana kelainan metabolisme lemak terjadi
akibat ketidakmampuan sel manggunakan glukosa karena tidak
terdapat insulin akan menyebabkan pembentukan berlebihan
asam-asam keto.
3. Olehraga berlebihan, dimana terjadi kelebihan produksi
asam laktat
4. Asidosis uremik, pada gagal ginjal berat, ginjal tidak mampu
mengeksresika H+ sehingga terjadi penimbunan, ginjal juga
tidak mampu menghemat HCO3- dalam jumlah yang adekuat
untuk digunakan sebagai penyangga beban asam normal.
Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala,
namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan
kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal
ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai
merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin
mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok,
koma dan kematian.
Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil
pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri
radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai
contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH
darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran
kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin
diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam
urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih
secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada
penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan
insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun
tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila
terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena
dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis
berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena.
Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat
dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Berikut adalah klasifilaksinya :
1. Asidosis Respiratori Akut.
Terjadi jika komponen ginjal belum berjalan dan HCO3- masih
dalam keadaan normal. Seperti pada edema pulmonal akut,
aspirasi benda asing, atelektasis, pneumutorak, syndrome tidur
apnea, pemberian oksigen pada pasien hiperkapnea kronis
(kelebihan CO2 dalam darah).
Penatalaksanaan
1. Pengobatan Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif
Secepatnya Dengan :
a. Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau
posisi pasien dalam posisi semi fowler (memfasilitasi ekspansi
dinding dada).
b. Latih untuk nafas dalam dengan ekspirasi memanjang
(meningkatkan ekshalosi CO2).
c. Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan
penghisapan jika diperlukan (memperbaiki fentilasi perfusi).
2. Pemberian preparat farmakologi yang digunakan sesuai
indikasi. Contohnya : bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronchial, dan antibiotic yang digunakan untuk infeksi
pernafasan.
3. Tindakan hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan,
untuk membersihkan saluran pernafasan dari mucus dan
drainase purulen.
4. Hidrasi yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk
menjaga membrane mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi.
5. Kadar O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien
selama 1-2 hari bilamana tidak ada riwayat hiperkapnea kronik.
Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis
metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.S
ebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung
disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan
perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi
pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari
bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis
metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal
dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah
menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah. Penyebabnya antara lain pernafasan yang cepat dan
dalam yang disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik
adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
DAFTAR PUSTAKA