Abstrak. Metakognisi adalah suatu tingkatan dalam proses berpikir yang dapat
digunakan siswa untuk memecahkan masalah, memiliki kesadaran terhadap proses
berpikirnya dan mengontrol cara berpikirnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kemampuan metakognisi siswa kelas XI IPA dalam pembelajaran
biologi melalui assesmen pemecahan masalah di SMA Negeri 5 Kota Jambi tahun
ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Penelitian
dilakukan pada bulan Januari-Pebruari 2014 dengan populasi seluruh siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 5 Kota Jambi dengan sampel sebanyak 64 siswa yang diambil
menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan
assesmen pemecahan masalah yang diberikan sebanyak tiga kali, angket kepada siswa
setelah kegiatan pemecahan masalah dan wawancara kepada guru. Data hasil
penelitian kemampuan pemecahan masalah dan angket dianalisis secara deskriptif
kuantitatif dan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
ini menunjukkan kemampuan metakognisi siswa berdasarkan isian angket secara
keseluruhan berada pada kategori kemampuan tinggi dimana kemampuan
metakognisi diawal pemecahan masalah sebesar 65,3%, disaat pemecahan masalah
sebesar 65,5%, diakhir pemecahan masalah sebesar 67,1% dan kegiatan evaluasi diri
sebesar 55%. Kemampuan metakognisi ditinjau dari hasil kemampuan menyelesaikan
masalah pada wacana 1 sebesar 70 %, wacana 2 sebesar 73,6 % dan wacana 3 sebesar
59,9 %. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa dalam proses
pembelajaran biologi sebenarnya beberapa siswa telah memiliki dan menggunakan
kemampuan metakognisi dalam pembelajaran biologi. Simpulan dari penelitian ini
adalah kemampuan metakognisi siswa yang diungkap melalui asesmen pemecahan
masalah berada pada kategori kemampuan tinggi. Berdasarkan simpulan ini maka
disarankan guru untuk menggunakan assesmen pemecahan masalah dalam
pembelajaran biologi dan memperhatikan pengembangan dan evaluasi aspek
metakognisi didalam proses pembelajaran biologi, sehingga pembelajaran di kelas
lebih bermakna dan terarah.
1
PENDAHULUAN
2
Metakognisi merupakan salah satu penggabungan dari tingkatan domain
kognitif seseorang dan merupakan salah satu tipe pengetahuan yang harus dimiliki
oleh seseorang. Dengan demikian perlu diungkap melalui tes atau tugas berupa
pemecahan masalah. Menurut Paidi (2007:2) memecahkan masalah merupakan salah
satu bentuk berpikir kritis. Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah bukan
saja terkait dengan ketepatan solusi yang diperoleh, melainkan kemampuan yang
ditunjukkan sejak mengenali masalah, menemukan alternatif-alternatif solusi,
memilih salah satu alternatif sebagai solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah
diperoleh.
Kemampuan metakognisi untuk memecahkan masalah dipandang perlu
dimiliki siswa, terutama siswa SMA. Kemampuan ini dapat membantu siswa
membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan
berbagai sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan ini mengakibatkan siswa
pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan alasan
melakukannya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan metakognitif yang baik tidak
bisa memprediksi kelebihan dirinya dan tidak mempunyai perencanaan memilih
jurusan bidang studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya. Hartinah
(2010:203) menyatakan bahwa siswa SMA sudah mencapai tahap perkembangan
berpikir logis yaitu kemampuan menyusun rencana untuk memecahkan masalah.
Konsep yang dijadikan sebagai topik masalah untuk penelitian ini adalah
materi-materi pelajaran biologi di sekolah yang banyak dijumpai dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penting untuk siswa memahami konsep ini,
baik yang berkaitan dengan materi di kelas atau dengan materi aplikasi dan isu yang
beredar dimasyarakat. Sehingga memungkinkan untuk munculnya indikator-indikator
metakognisi menjadi tinggi dan siswa akan semangat dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh peneliti. Berdasarkan hal itu penulis tertarik mengungkap dan
menganalisis kemampuan metakognisi siswa dengan judul penelitian Analisis
Kemampuan Metakognisi Siswa dalam Pembelajaran Biologi Melalui Assesmen
Pemecahan Masalah di SMA Negeri 5 Kota Jambi.
3
METODE
4
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Analisis data mencakup hasil
pemecahan masalah, angket dan hasil wawancara.
1. Hasil kegiatan pemecahan masalah
Hasil kegiatan pemecahan masalah siswa diolah dengan cara penskoran
menggunakan rubrik penilaian berentang antara 1-4 untuk setiap komponen kriteria
jawaban. Hasil kemampuan pemecahan masalah berfungsi untuk menunjukkan
penggunaan kemampuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah. Langkah-
langkah menganalisis data hasil kemampuan pemecahan masalah adalah dengan
mengkuantitatifkan hasil jawaban dengan memberi skor sesuai dengan bobot yang
telah ditentukan sebelumnya dan membuat tabulasi data.
Selanjutnya data atau skor kemampuan pemecahan masalah siswa diolah dengan
menggunakan analisis statistik tertentu dilakukan dengan menggunakan rumus
persentase sebagai berikut (Riduwan, 2011:41)
Keterangan:
p = peresentase
F = Skor jawaban responden
N = Skor tertinggi
5
2. Angket
Kuesioner (angket) dianalisis secara kuantitatif. Selanjutnya pengolahan data
angket dengan menggunakan analisis statistik tertentu dilakukan dengan
menggunakan rumus persentase sebagai berikut: (Riduwan, 2011:41)
Keterangan:
p = persentase
F = Skor jawaban responden
N = Skor total
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kemampuan metakognisi siswa ditinjau dari hasil kemampuan memecahkan
masalah
Tabel 4.1 Distribusi hasil kemampuan menyelesaikan masalah pada wacana 1 berkaitan dengan
penggunaan kemampuan metakognisi
Sangat
1 Mengidentifikasi Masalah 213 83,2
Tinggi
2 Merumuskan Masalah 189 73,8 Tinggi
3 Mengemukakan dugaan atau solusi sementara 172 67,1 Tinggi
Menemukan solusi atau jawaban terbaik menggunakan berbagai
4 158 61,7 Tinggi
sumber
5 Kelancarannya menyelesaikan masalah 164 64,1 Tinggi
Jumlah 896
% 70 Tinggi
Data Tabel 4.1 memperlihatkan secara deskriptif bahwa siswa sudah memiliki
kemampuan tinggi pada setiap indikator kemampuan memecahkan masalah dengan
rata-rata persentase 70 %. Skor tertinggi terdapat pada indikator kemampuan siswa
mengidentifikasi masalah artinya siswa telah melibatkan kemampuan metakognisinya
yaitu kemampuan merencanakan bagaimana memecahkan masalah secara optimal.
Sedangkan skor terendah pada indikator menemukan solusi atau jawaban terbaik
menggunakan berbagai sumber artinya pelibatan kemampuan memecahkan masalah
pada indikator ini masih kurang optimal.
7
Saya mengetahui tujuan saya menyelesaikan masalah yang terdapat dalam
3 48 75
wacana.
Saya memikirkan langkah atau strategi untuk menyelesaikan masalah dalam
4 32 50
wacana sehingga saya dapat menyelesaikannya tepat waktu.
5 Saya membaca wacana lebih dari satu kali. 25 39,1
6 Saya yakin saya memahami isi wacana. 42 65,6
Jumlah 251 391,9
Rerata (%) 65,3
Kategori Tinggi
8
2. Merumuskan masalah
Pada tahap merumuskan masalah kemampuan metakognisi yang dilibatkan adalah
disaat menyelesaikan masalah yaitu mulai melaksanakan langkah-langkah
penyelesaian masalah.
3. Mengemukakan dugaan atau solusi sementara
Tahap mengemukakan dugaan atau solusi sementara kemampuan metakognisi
yang dilibatkan adalah disaat menyelesaikan masalah dimana siswa memikirkan
informasi penting apa yang perlu diingat sebagai solusi atau jawaban sementara.
4. Menemukan solusi atau jawaban terbaik
Tahap menemukan solusi atau jawaban terbaik menggunakan berbagai
sumber berkaitan dengan kemampuan metakognisi yaitu aktivitas metakognisi di
akhir menyelesaikan masalah, dimana siswa melakukan pemantauan dengan memilih
jawaban yang terbaik.
5. Kelancarannya menyelesaikan masalah
Kelancaran menyelesaikan masalah menunjukkan ketepatan menyelesaikan
kegiatan pemecahan masalah dalam waktu yang ditentukan serta alasan logis yang
digunakan untuk memilih jawaban terbaik.
Hasil Kemampuan metakognisi diawal pemecahan masalah sebesar 65,3 %,
disaat menyelesaikan masalah 65,5 %, diakhir menyelesaikan masalah 67,1 % dan
pada kegiatan evaluasi diri 54,1 % dapat ditunjukkan melalui aktivitas metakognisi
yang dijadikan sebagai pernyataan dalam angket. Schraw & Dennison (1994:460)
menyatakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan metakognisi adalah dengan
menggunakan angket kemampuan metakognisi. Angket tersebut memuat pernyataan-
pernyataan positif yang dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa kemampuan
metakognisi terdiri dari dari beberapa aspek. Aspek tersebut dijadikan sebagai
indikator kemampuan metakognisi siswa yaitu: (1) perencanaan, penentuan tujuan,
dan penyediaan faktor pendukung dalam belajar (diawal pemecahan masalah), (2)
strategi yang digunakan untuk memproses informasi secara lebih efisien (disaat
melaksanakan pemecahan masalah) (3) pemantauan, klarifikasi dan ketepatan
(diakhir penyelesaian masalah) (4) evaluasi ketercapaian tujuan belajar, efektivitas
9
strategi yang digunakan menanggulangi berbagai kesulitan ketika sedang
memecahkan suatu masalah (evaluation).
Berdasarkan analisis data angket diperoleh kemampuan metakognisi dalam
melakukan pemecahan masalah sebelum, selama dan setelah menyelesaikan kegiatan
pemecahan masalah sudah terlihat. Umumnya kemampuan metakognisi dalam setiap
indikator sudah berada pada rentang kategori sedang sampai tinggi, walaupun dalam
beberapa pernyataan dalam setiap indikator berada pada kategori rendah.
Kemampuan metakognisi dari 64 siswa yang subjek penelitian ini, 48,40 % memiliki
10,90 % pada kemampuan kategori rendah dan 6,20 % pada kemampuan sangat
10,90% 6,20%
pelaksanaan serta menilai setiap tindakan yang diambil mempunyai peranan yang
10
Aktivitas-aktivitas belajar seperti merencanakan cara melakukan pendekatan
terhadap tugas yang diberikan, memonitor pengertian, mengevaluasi kemajuan ke
arah penyelesaian tugas adalah merupakan kemampuan metakognitif yang alami
Livingston dalam Thohari, 2010:21. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru
SMA Negeri 5 Kota Jambi dapat diterangkan bahwa siswa dalam pembelajaran sudah
memiliki konsep awal dari rumah. Siswa juga bertanya tentang tujuan mengerjakan
suatu tugas dan bertanya bagaimana siswa harus mengerjakan tugas. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran umumnya siswa sudah memiliki
kemampuan metakognisi siswa diawal pembelajaran yaitu tahap perencanaan.
Dimana siswa memikirkan tujuan dan bagaimana mengerjakan tugas. Menurut
Desmita (2012:135) kemampuan metakognisi dalam pembelajaran dapat ditunjukkan
kemampuannya melakukan aktivitas metakognisi yang mencakup perencanaan
(planning) tentang bagaimana menyelesaikan tugas.
Prinsipnya jika dikaitkan dengan proses belajar, kemampuan metakognitif
adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap
perencanaan, memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian
memonitor kemajuan dalm belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada
kesalahan yang terjadi selama memahami konsep, menganalisis keefektifan dari
strategi yang dipilih. Bagian akhir sebagai bentuk upaya refleksi, biasanya seseorang
yang memilki kemampuan metakognitif yang baik selalu mengubah kebiasaan belajar
dan juga strateginya jika diperlukan, karena mungkin hal itu tidak cocok lagi dengan
keadaan tuntutan lingkungannya (Thohari, 2010:21).
PENUTUP
Kesimpulan. Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa kemampuan metakognisi siswa yang diungkap melalui assesmen pemecahan
masalah dan isian angket secara keseluruhan berada pada kategori kemampuan tinggi
dengan rata-rata angka persentase 63,2 % dimana kemampuan diawal pemecahan
masalah sebesar 65,3 %, disaat pemecahan masalah sebesar 65,5 %, diakhir
pemecahan masalah sebesar 67,1 % dan kegiatan evaluasi diri sebesar 55 %.
11
Saran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka disarankan agar guru untuk
menggunakan assesmen pemecahan masalah dengan menggunakan topik yang
familiar dan dikenal siswa dalam pembelajaran biologi dan memperhatikan
pengembangan dan evaluasi aspek metakognisi didalam proses pembelajaran biologi,
sehingga pembelajaran di kelas lebih bermakna dan terarah.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim, 1995. Diakses tanggal 08 juni 2013. Metacognition. http:// www. Ncrel.
Org/sdrs/areas/issues/students/ learning/lrn1met.Htm.
Paidi, 2007. Diakses 16 Juni 2013. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
Biologi di SMA. http://staff.uny.ac.id/sites /default/files /132 048519 /Arti
kel%20 Semnas%20FMIPA2010%20UNY.
Uno, H. B., 2012. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
12
13
14
15
16
17
18
19