Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apakah yang dimaksud dengan pikiran? Para ahli psikologi telah
menggunakan istilah ini untuk memberikan label terhadap kegiatan
mental yang bermacam-macam, seperti misalnya penalaran, pemecahan
masalah dalam proses belajar mengajar, dan pembentukan konsep. Lalu timbul
pertanyaan lain: apakah manusia berpikir menggunakan kata-kata atau
dengan bayang-bayang? Atau dengan cara lain yang berbeda? Dalam
penelitiannya, Francis Gatton (dalam Davidoff, 1988) telah meminta beberapa
orang untuk memikirkan keadaan meja makan mereka ketika sarapan pagi.
Kemudian ia meneliti lebih lanjut mengenai gambaran yang mereka buat itu.
Ia lalu menyimpulkan bahwa beberapa orang dapat mengingat dengan sangat
jelas, sedangkan orang lainnya sama sekali tidak dapat mengingat sesuatu
sama sekali.
Secara sederhana berpikir adalah memproses informasi secara mental atau
secara kognitif.secara lebih formal,berpikir adalah penyususnan ulang atau
manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang di
simpan dalam long-term-memory.jadi berpikir adalah sebuah representasi simbol
dari beberapa peristiwa atau item dalam dunia.berpikir juga dapat dikatakan
sebagai proses yang memerantarai stimulus dan respon (morgan dkk,1986)
Berpikir sangat erat hubungannya dengan hasil belajar dimana prestasi atau
kinerja akademik dan penetapan prestasi belajar di tentukan dalam evaluasi hasil
belajar siswa.suatu usaha belajar akan diketahui hasilnya melalui proses evaluasi.
Hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaraan yang telah
ditetapkan dalam perilaku tertentu.karenanya hasil belajar siswa mencangkup
aspek kognitif ,aspek efektif, aspek psikomotorik.
Tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui apakah usaha belajar yang dilakukan oleh
seseorang telah mencapai hasil yang diharapkan.evaluasi memiliki ruang lingkup
yang lebih luas karna mencangkup beberapa item.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah kami uraikan sebelumnya, maka dalam
penulisan makalah ini dapat kami rumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu berpikir
2. Apa itu evaluasi hasil belajar
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas psikologi, juga
memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca :
1. Menjelaskan apa itu berpikir
2. Menjelaskan apa itu evaluasi hasil belajar
D. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini memiliki 2 manfaat bagi pembaca :
1. Kegunaan Ilmiah
Untuk memperluas wawasan, memberikan penjelasan tentang berpikir dan
evaluasi hasil belajar yang ada dalam psikologi sebagai penambahan intelektual.
2. Kegunaan Praktis
Untuk memperoleh gambaran manfaat dan penggunaan dalam berpikir kritis
sehingga menghasilkan evaluasi hasil belajar yang diharapkan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. BERPIKIR
1. Definisi Berpikir
Berfikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif
.secara lebih formal,berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif
baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang di simpan dalam
long-term-memory.(morgan dkk,1986)
Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal ; manusia dapat
berfikir karena manusia berakal.akal merupakan inti sebagai sifat hakikat dan
manusia sebagai genus atau dhat sehingga manusia dapat dijelaskaan
sebagai makhluk yang berakal.
Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai
kebenaran sehingga manusia dapat berpikir untuk mencari keindahan dan
kebaikan.
2. Jenis, Tipe, dan Pola Berfikir
a. Jenis berpikir
(morgan dkk 1986) membagi dua jenis berpikir,yaitu berfikir autistik dan
berpikir langsung.
1) Berfikir autistik (autistic thingking)
Proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol
dengan makna yang sangat pribadi contohnya adalah mimpi.
2) Berpikir langsung (directed thingking)
Adalah berpikir untuk memecahkan masalah
b. Pola berpikir
Menurut kartini kartono (1996) ada enam pola berpikir yaitu:
1) Berpikir konkret,yaitu berpikir dalam dimensi ruang-waktu-tempat
tertentu
2) Berpikir abstrak,yaitu berpikir dalam ketidak berhinggaan, sebab bisa
di besarkan atau disempurnakan keluasannya.
3) Berpikir klasifikatoris,yaitu berpikir mengenai klarifikasi atau
pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4) Berpikir analogis,yaitu berpikir untuk mencari hubungan antara
peristiwa atas dasar kemiripannya.
5) Berpikir ilmiah,yaitu berpikir dalam hubungan yang luas,dengan
pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
6) Berpikir pendek,yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih
cepat, lebih dangkal, dan sering kali tidak logis.
c. Tipe berpikir
Menurut De Bono (1989) mengemukakan dua tipe berpikir yaitu:
1) Berpikir vertical / berpikir konvergen
Yaitu tipe berpikir tradisional dan generative yng bersifat logis dan
matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi
yang relavan.
Cara berpikir konvergen adalah cara berpikir dimana seseorang
didorong untuk menemukan jawaban yang benar atas suatu
permasalahan.cara berpikir konvergen nyaris terfokus,intens,cepat dan
terbatas pada informasi yang tersimpan dalam lokasi memori tertentu.
Dengn demikian cara berpikir konvergen secara umum memiliki
karakteristik:
(a) Vertical artinya berkerak secara bertahap
(b) Konvergen,terfokus menuju pada jawaban yang paling benar
(c) Sistematis-terstruktur
(d) logis,rasional,empiris
(e) dependen
(f) teramalkan(predictable)
2) Berpikir lateral / berpikir divergen
Cara berpikir divergen adalah pola berpikir seseorang yang lebih di
dominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan,berpikir
lateral,menyangkut pemikiran sekitar atau penyimpang dari pusat
persoalan.
Berpikir divergen adalah berpikir kreatif,berpikir untuk memberikan
bermacam kemungkinan jawaban berdasarkan inforamasi yang di
berikan dengan penekanan pada kuantitas,keragaman,originalitas
jawaban.
De Bono juga menjelaskan perbedaan antara berpikir vertical dan
berpikir lateral.perbedaan tersebut dapatdi gambarkan dalam table
berikut :
Vertical lateral
Bersifat selektif Bersifat generatif
Bergerak bila terdapat suatu arah untuk Bergerak agar dapat mengembangka
bergerak suatu jurusan
Bersifat analitis Bersifat provokatif
Berurutan Dapat membuat lompatan
Harus tepat pada setiap langkah Tidak harus tapat pada setiap langkah
Menggunakan kaidah negative agar dapat Tidak ada kaidah negatif
menutup jalur jalan tertentu
Memusatkan perhatian dan Menerima semua kemungkinan dan
mengenyampingkan hal yang tidak relavan pengaruh luar
Kategori kllasisifikasi dan label-label telah Tidak ada kategori dan label-label
terpatri
Mengikuti jalur yang paling tepat Menjelajahi yang paling tepat
Merupakan proses yang terbatas Merupakan suatu serba kemungkinan

3. Cara mengidentifikasi cara berpikir seseorang


Dengan mengacu pada karakteristik cara berpikir divergen ddan
konvergen yang bersumber dari fungsi belahan otak tersebut berikut cara
mengidentifikasikannya,untuk mengetahui kecenderunganya caraberpikir
seseorang dapat dilihat dari dimensi-dimensi yng merupakan indicator dari
proses kognisi yang terjadi ketika seseorang menerima dan mengolah
informasi serta merespon stimuli.Adapun caraberpikir yang dimksud adlah :
a. Orientasi perhatian
Artinya bagaimana individu mengarahkan perhatian terhadap suatu objek
(stimuli),apakah cenderung bersifat global ,sistemk, menekankan pada
keseluruhan (totalitas), atau cenderung bersifat detail, sistematik, dengan
menekankanpada cirri-ciri spesifik dari objek.
b. Pola diskriminasi (pembedaan)
Artinya bagaimana individu melakukan klasifikasi dan kategorisasi
terhadap objek, apakah kecenderungan mengklasifikasi suatu objek
dalam konteks yang lebih luas dalam konteks hubungan fungsional
dengan lebih menekankaan pada cirri atribut abstrak atau cenderung
mengkategori suatu objek kedalam konteks yang lebih spesifik (lebih
sempit) dalam cirri atribut riil yang teramati
c. Pola atau arah proses pemecahan masalah
Artinya bagaimana seseorang melakukan proses pemecahan suatu
masalah,apakah cenderung dilihat dari beberapa sisi,secara tidak
teratur,melompat-melompat,dan menyebar keberbagai arah untuk
menghasilkan banyak kemungkinan jawaban yang tidak teramalkan,atau
kancenderung hanya dilihat dari satu sisi,secara bertahap dalam urutan
tertentu, dan terfokus pada satu jawaban yang dinilainya paling tepat.
d. Fleksibilitas atau kelenturan ide atau gagasan
Artinya bagaimana seseorang memandang suatu persoalan,apakah
cenderung tidak selalu terikat pada struktur yang ada,mempunyai
kebebasan untuk memandang sutu persoalan,ataukah cenderung terikat
pada struktur yang aqda,mempunyai kebebasan (indepedensi) dalam
memandang suatu persoalan,ataukah cenderung terikat pada struktur
tertentu sehingga tidak mempunyai kebebasan untuk memandang suatu
persoalan.
4. Proses berpikir
Proses berpikir dilakukan dengan menggunakan bayangan (image)dan
bahaasa.bayangan yang di gunakan dalam berpikir adalah abstaksi dan
kontruksi berdasarkan informasi yang disimpan dalam long-term-memory.
Ketika menggunakan image untuk berpikir orang biasanya membuat peta
visual tentang masalah yang difikirkan berdasarkan masaalah
sebelumnya.sedangkan ketika menggunakan bahasa untuk berpikir orang
sering kali menggunakan symbol kata-kata,maknanya dan aturan tata bahasa
untuk di simpan bersama-sama dalam memori.
Untuk menghadapi suatu persoalan atau tugas membutuhkan kedua tipe
berpikir (divergen-konvergen).fungsi difergen untuk mendapatkan
kemungkinan jawaban sebanyak-banyaknya.sementara konvergen
diperlukan untuk memberikan penilaian secara kritis analitis terhadap hasil
pemikiran divergen.
Hubungan fungsional antara divergen dankonvergen dapat di ilustraasikan
dalam gambar berikut :

Proses berfikir disvergen Proses berpikir konvergen

Proses mencari Proses analitis kritis


A1
A2
A3

A4

Dapat dijelaskan bahwa di dalamnya terdapat dua fase yaitu mengalami


ide melalui intuisi dan mengekspresikan ide melalui berpkir.pada fase
pertama fungsi divergen tampak dominan,karea diperlukan untuk
menemukan berbagai gagasan sehingga perlu melibatkan kesadaran yang di
peroleh dari alam ketidak sadaran.(proses intuisi).kemudian pada fase kedua
secara kritis analitis melakukan terhadap gagasan gagasan yang ada untuk
selanjutnya di ekspresikan daam bentuk ide yang relavan dengan
persoalan.dalam hubungan ini apayng di sebut dengan berpikir tingkat tinggi
tidak lain adalah perwujudan dari fungsi divergen daan konvergen dalam
proses berpikir.

Proses berpikir dapat mengalami hambatan-hambatan.menurut walgito


( 1997) mengemukakan dua hambatan yang mungkin timbul dalam proses
berpikir yaitu:

Data yang kurang lengkap,sehingga masih banyak data lagi yang di


perlukan
Adanya pertentangan data,sehingga membingungkan dalam proses
berpikir
5. Teori-tori tentang berpikir
Dalam mempelajari dan memahami hakikat berpikir tingkat tinggi ada dua
pendekatan toritik,yaitu:pendekatan perkembangan dan pendekatan
definisional.Teori-teoriyang menggunakan pendekatan perkembangan adalah
teori Piaget,Vygotsky,Bloom dan teori novice-expert.Teori ini berasumsi
bahwa:
a. Terdapat sebuah kontinum kemampuan berpikir yang merentang dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang tinggi
b. Siswa harus menguasai bentuk berpikir yang lebih rendah sebelum
mampu mencapai bentuk piker yang lebih tinggi.
Sedangkan teori pendekatan defenisional berasumsi bahwa semua siswa
dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi.Teori yang termaksut
dalam pendekatan ini adalah teori Sternberg,IDEAL problem solver theory
dan teori Resnick.Pedekatan Sterberg dan Rasnick dalam model IDEAL
merupakan konsepsi tentang cara berpikir yang tepat sebagai upaya
pemecahan masalah yang bersifat fleksibel dan reflektif.

6. Pengaruh berpikir pada belajar


Jenis berpikir yang memiliki nilai positif terhadap proses belajar adalah
berpikir kritis.Perkins(dalam Eggen dan Kauchak,1997) menyatakan bahwa
berpikir kritis adalah kemampuan untuk menggumpul,menginterprestasi,dan
mengevaluasi informasi secara akurat dan efisien.Menurut Robert
Sternberg(dalam Elliot dkk,1996) berpikir kritis terdiri dari proses-
proses,strategi,dan reprentasi mental yang di gunakan orang untuk
memecahkan masalah,membuat keputusan dan mempelajari konsep-konsep
baru.
Berbagai penelitian tentang berpikir memiliki implikasi dalam praktek
pendidikan yaitu:
1. Untuk membantu siswa mencapai pengasaan keterampilan,guru dapat
menggunakan metode-metode seperti reciprocal teaching.
2. Guru harus menggunakan pendekatan mengajar yang sesuai dengan
tujuan.
3. Guru harus mengajarkan materi pelajaran yang sesuai dengan
konteksnya
4. Untuk menghindari dekontekstualisasi,guru harus membuat siswa
mengatasi berbagai masalah-masalah nyata tapi identek dengan
tujuan yang di harapkan
5. Siswa perlu diminta untuk mengklasifikasi segala sesuatu ke dalam
kategori-kategori dan dimensi-dimensi,membuat hipotesis,menarik
kesimpulan,melakukan analisis dan memecahkan masalah
6. Guru memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman
terhadap proses belajar.
B. EVALUASI HASIL BELAJAR

1. Definisi Evaluasi Hasil Belajar


Evalusi dan belajar berhubungan sangat erat. Suatu usaha belajar yang
dilakukan oleh seseorang baru akan diketahui hasilnya melalui proses evaluasi.
Tanpa evaluasi, sulit diketahui apakah usaha belajar yang dilakukan olej
seseorang telah mencapai hasil yang diharapkan. Hasil belajar adalah suatu
hasil yang diharapkan dari prmbelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan
perilaku tertentu (Gronlund, 1976). Menurut Sudirjatrov(1993), hasil belajar
adalah tingkat pernyataan yang dicapai oeleh siswa dalam mengikuti program
pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Karenanya,
hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotorik.
Untuk mengetahi apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan, diperlukan evaluasi hasil belajar. Dalam menggunaan
sehari-hari, istilah evaluasi sering dipadankan dengan istilah assessment
(pengukuran), tes, ujian, dan ulangan. Kelima istrilah tersebut tampaknya sama
tapi tetap memiliki perbedaan-perbedaan. Dari kelima istilah tersebut, istilah
evaluasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas karena mencakup kesemuanya.
Pengukuran adalah suatu bentuk evaluasi dengan cara membandingkan atribut
yang hendak diukur dengan alat ukurnya secara deskriptif, tes merupakan salah
satu bentuk pengukuran, ujian dan ulangan adalah bentuk-bentuk tes yang
digunakan di sekolah.
Evaluasi hasil belajar adalah semua proses dan alat yang digunakan guru
untuk membuat keputusan tentang kemajuan belajar yang dicapai oleh siswa.
Evaluasi juga mencakup keputusan tentang bagaimana cara mengetahui hasil
belajar siswa, kapan melakukanya, dan apa saja yang hedak diketahui ( Eggen
dan Kauchak,1997). Norman E.Gronlund (1976) mendefinisikan evaluasi sebagai
suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat suatu keputusan
sampai sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Wingstone
dkk. Menyatakan evaluasi sebagai penaksiran terhadap pertumbuhan siswa ke
arah tujuan atau nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Ralph Tyler
(1950) mendefinisiskan evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauhmana,dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan akan
dicapai.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa setidaknya ada
tiga unsur evaluasi belajar, yaitu:
a. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan.
b. Dalam evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data berkenaan dengan
objek yang dievaluasi.
c. Evaluasi, dalam pembelajaran khususnya, tidak terlepas dari tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Ada tiga tujuan evaluasi, yaitu untuk: (Eggen dan Kaunchak, 1997)
a. Mengumpulkan informasi dan membuat keputusan tentang kemajuan belajar
siswa
Evaluasi ditujukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar siswa, informasi tersebut berguna untuk melihat sampai sejauhmana
tingkat kemajuan yang dicapai. Informasi tersebut kemudian akan menjadi
dasar keputusan guru tentang kemajuan belajar siswa dan tindakan apa
yang selanjutnya akan dikakukan agar siswa mencapai kemajuan yang
optimal.
b. Meningkatkan belajar siswa
Evaluasi juga bertujuan untuk meningkatkan belajar siswa, karena melalui
evaluasi siswa dapat mengetahui hasil belajar yang telah dicapainya.
Pengetahuan tentang hasil belajar yang dicapai tersebut menjadi titik tolak
siswa dalam upaya meningkatkan belajarnya. Jika hasilnya masih belum
memuaskan, siswa dapat melakukan intropeksi guna menemukan strategi
yang lebih baik dalam belajar.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Hasil belajar siswa dapat memberikan dorongan pada siswa dalam upaya
memperbaiki atau meningkatkan usaha belajarnya. Hasil yang sudah
memuaskan dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar, sebaliknya
hasil yang belum memuaskan akan memacu semangat belajarnya untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Menurut Syah 92005), pelaksanaan evaluasi memilki lima tujuan, yaitu;
1) untuk mengetahui tingkat kemajuan yang dicapai siswa,
2) untuk mengetahui posisi masing-masing siswa di dalam kelas
3) untuk mengetahui tingkat usaha belajar siswa
4) untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menggunakan kemampuan
kognitif nya, dan
5) untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar
yang digunakan oleh guru.
Dilihat dari fungsinya, scara psikologis, evaluasi hasil belajar memilki
berbagai fungsi baik bagi siswa, orang tua maupun guru. Bagi siswa,
evalausi berfungsi sebagai alat bantu untuk mengetahui taraf kemampuan
dan kemajuan belajarnya, siswa diharapkan mampu menentukan posisi atau
statusnya secara tepat di antara teman-temanya dan masyarakat. Bagi
orang tua atau wali siswa, evaluasi membantu mereka dalam mengetahui
perkembangan belajar yang telah dicapai siswa. Pengetahuan tentang
perkembangan belajar ini akan sangat membantu orang tua dalam
menentukan langkah-langkah pendidikan lanjutan bagi putra-putrinya. Bagi
guru, evaluasi dapat membantu merek untuk mengetahui tingkat efektivitas
pembelajaranya. Pengetahuan ini selanjutnya akan menjadi masukan bagi
guru dalam mengembangkan dan memperbaiki kualitas pembelajaranya.
Menurut Ngalim Purwanto (1989), ada empat fungsi evaluasi dalam
pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan
siswa setelah mengalami suatu kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran;
c. Untuk keperluan bimbingan dan konseling;
d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
3. Syarat-syarat Evaluasi yang Efektif
Guru yang baik menggunakan berbagai alat untuk mengevaluasi berbagai
aspek kemajuan yang dicapai siswa. Evaluasi yang efektif, mencakup empat
proses, yaiti:

a. Proses perancangan
Rancangan evaluasi yang efektif haruslah didasarkan pada tujuan
pembelajaran. Meski demikian, banyak guru pembelajaran pada suatu topik
pembelajaran berada pada level aplikasi atau analisi, akan tetapi
evaluasainya pada level pengetahuan saja. Tujuan pembelajarannya berupa
kemampuan melakukan sesuatu yang dapat diamati, tetapi evaluasinya
berupa pertanyaan multiple-choice.
b. Proses persiapan siswa untuk mengikuti evaluasi
Dengan mempresiapkan siswa, guru dapat meningkatkan peluang skor
tes menunjukkan presentasi siswa secara akurat, dan sekaligus
meningkatkan validitasnya. Mempersiapkan siswa dalam menghadapi tes
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuang jangka panjangnya adalah agar siswa dapat memeahami
prosedur dan strategi mengikuti tes dan memasuki situasi tes dengan tingkat
kecemasan yang serendah mungkin, sedangkan tujuan jangka pendeknya
adalah agar siswa memahami format tes dan materi tes.
c. Proses penyelenggaraan evaluasi
Dalam penyelenggaran tes, hal-hal yang harus dilakukan adalah: (a)
mengkondisikan tempat penyelenggaraan tes senyaman mungkin, (b)
memberikan arahan tentang prosedur pelaksanaan tes dan apa yang harus
diperhatikan siswa, dan(c) memonitor pelaksanaan tes.
d. Proses analisis hasil evaluasi
Pada proses ini, guru menilai hasil tes, dan mengembalikan kepada siswa
keesokan harinya. Hal ini penting sebagai umpan balik yang
memungkingkan siswa untuk mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan-
kesalahan mereka bila ada.
Terkait dengan tes, syarat-syarat tes yang baik (Suryabrata,2002) adalah:
tes itu harus reliable, valid, objektif, diskriminatif, komprehensif, dan mudah
digunakan.

1) Tes itu harus reliable


Suatu tes adalau reliable bila tes tersebut memiliki keajegan hasil
atau konsistensi. Jika suatu tes diberikan kepada sekelompok subjek di
satu waktu, dan diberikan kepada subjek yang sama di lain waktu
hasilnya sama atau relative sama, maka dikatakan tes tersebut memilki
reliablitas tinggi.
Untuk mengetahui apakah suatu tes ini reliableatau tidak dapat
ditempuh dengan cara mencari koefisien reliabilitasnya yang di
lambangkan dengan symbol r koefisien reabilitas dapat diestimasi
dengan berbagai cara, antara lain dengan teknik korelasi, teknik analisis
varians skor, dan analisis varians eror(Azwar, 1996).
2) Tes itu harus valid
Suatu tes adalah valid jika tes tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Misalnya tes untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam harus benar-benar dan hanya mengukur hasil belajat
siswa dalam pelajaran itu, tidak boleh misalnya kemampuan berbahasa
Arab ikut diperhitungkan.
Untuk menyelidiki validitas suatu tes, ditempuh dengan mencari
koefisien validitas. Koefisien validitas dinyatakan oleh korelasi antara
distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu
kreteria. Kreteria ini dapat berupa skor tes lain yang mempunyai fungsi
ukur sama dan dapat pula berupa ukuran-ukuran lain yang relevan
(Azwar, 1996).
3) Tes itu harus objektif
Suatu tes adalah objektif jika tidak ada unsur-unsur subjektivitas
individu di dalamnya. Objektivitas suatu tes menyangkut dua hal, yaitu
(a) yang berhubungan dengan penskoran tes tersebut, dan (b) yang
berhubungan dengan interpretasi skor tes tersebut.
4) Tes itu harus diskriminatif
Suatu tes disebut diskriminatif jika tes itu disusun sedemikian rupa
sehingga dapat melacak (menunjukkan) perbedaan antara siswa yang
mempunyai daya diskriminasi yang tinggi jika dijawab dengan benar
oleh semua atau sebagian besar siswa yang berkemampuan tinggi dan
tidak dapat dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian besar
siswa yang berkemampuan kurang.
5) Tes itu harus komprehensif
Suatu tes dikatakan komprehensif jika tes tersebut mencakup
segala hal yang harus diselidiki sesuai dengan tujuan tes. Misalnya
suatu tes hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam, haruslah dapat menguji penguasaan siswa terhadap semua
materi pelajaran yang telah diberikan, tidak hanya sebagian saja.
6) Tes itu harus mudah digunakan
Suatu tes dikatakan mudah digunakan jika dalam penyelenggaraan
maupun penskoran tes tersebut tidak terjadi kesu;itan yang berarti.
Misalnya dalam bentuk tes pilihan ganda, petunjuk pengisiannya jelas
dan telah tersedia kunci jawabannya.
4. Bentuk dan Teknik Evaluasi
Bentuk evaluasi beragam tergantung pada tujuannya. Di antara bentuk-
bentuk evaluasi yang biasa dilaksanakan adalah:
a. Evalusi Formatif
Evaluasi formatif adalah bentuk evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
penyajian suatu pelajaran atau model. Tujuan evaluasi ini ialah untuk
memperoleh informasi tentang efektivitas pembelajaran yang diberikan dan
mendeteksi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari pelajaran tersebut.
Hasil evaluasi ini digunakan sebagai pertimbangan dalam memperbaiki
pembelajaran selanjutnya. Dalam praktek di sekolah, jenis evaluasi ini biasa
disebut ulangan harian atau quis.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah bentuk evaluasi yang dilakukan untuk mengukur
kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan
program pembelajaran, biasanya akhir semester atau akhir tahun ajaran.
Hasilnya dijadikan bahan laporan kemajuan belajar siswa dan bahan
pertimbangan dalam kenaikan kelas.
c. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi prasyarat adalah bentuk evaluasi yang biasanya dilakukan untuk
mengidentifikasi penguasaan atau kemampuan siswa atas materi
sebelumnya yang mendasari materi baru yang akan dipelajari. Misalnya,
evaluasi kemampuan membaca Al-Quran dengan fasih sebelum mempelajari
tajwidnya.
d. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostic adalah bentuk evaluasi yang ditujukan untuk
mengidentifikasi bagian-bagian pembelajaran yang belum dikuasai oleh
siswa. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan langkah-langkah
perbaikan selanjutnya agar semua bagian materi pelajaran tersebut dapat
dikuasai oleh siswa.
Dalam prosedur pelaksanaannya, ada dua teknik evaluasi, yaitu teknik tes
dan teknik non tes. Teknik tes adalah prosedur evaluasi yang digunakan
pengujian atau pengetesan, sedang teknik non tes adalah prosedur evalusi
tanpa pengukuran. Teknik tes atau biasa disebut dengan tes prestasi
(achievement tes) ialah tes yang digunakan untuk mengukur prestasi atau
hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar (Azwar, 1996). Ada dua bentuk
tes prestasi, yaitu tes yang telah terstandar (standardized test) dan te buatan
guru (teacher mode test). Standarzdized tes adalah tes yang mengalami
proses standardisasi, yakni proses menguji validitas maupun reliabilitasasnya
sehingga tes tersebut benar-benar valid dan reliable untuk suatu tujuan dan
bagi suatu kelompok tertentu. Standardized achievement test harus meliputi:
1) Didasarkan atas bahan dengan tujuan umum.
2) Mencakup aspek hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau
topic
3) Disusun dengan bantuan ahli
4) Mempunyai reliabilitas yang tinggi
5) Mimiliki ukuran-ukuran (norma) untuk bermacam-macam kelompok yang
secara luas mewakili performance seluruh Negara atau daerah.
6) Menggunakan item-item tes yang sudah diujicobakan (try out), dianalisis,
dan direvisi menjadi sebuah tes.
Pada tes buatan guru, terdapat dua jenin tes, yaitu tes tertulis dan tes
lisan. Tes tertulis adalah jenis tes yang soal maupun jawabannya
dilaksanakan secara tertulis, sedang tes lisan adalah jenis tes yang soal
maupun jawabannya dilakukan secara lisan. Tes tertulis bentuknya sangat
beragam, namun secara garis besar terbagi dua, yaitu tes bentuk objektif dan
tes bentuk subjektif.
Meski bentuk dan jenis evaluasi itu sangat beragam, pada prinsipnya
semuanya ditujukan untuk mengukur prestasi atau hasil belajar yang dicapai
siswa. Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa prinsip yang harus
digunakan. Gronlund seperti yang dikutip oleh Azwar(1996) merumuskan
beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:
a) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representative dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh program pembelajaran;
c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna
pengukur hasil belajar yang diinginkan;
d) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya;
e) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati;
f) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para
anak didik.
Bentuk penilaian lain yang saat banyak digunakan terkait dengan penerapan
kurikulum berbasis Kompetensi adalah evaluasi dengan menggunakan
portafolio. Menurut Poulson(1991), portafolio adalah kumpulan pekerjaan siswa
yang menunjukkan usaha, perkumpulan, dan kecakapan mereka dalam suatu
bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi
isi, kreteria, seleksi, kreteria penilaian, dan bukti refleksi diri.
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau
catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara teratur. Portofolio dapat
berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan
guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru terhadap
siswa, laporan kegiatan siswa, dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.
Penilaian portofolio pada umumnya berbentuk produk dokumen (tulisan,
gambar, karangan, dan lain-lain) serta melibatkan komunikasi yang inovatif. Hasil
portafolio perorangan (atau kelompok) kemudian dapat didiskusikan,
diseminarkan, dan dipamerkan.
Gronlund (1998) menyatakan bahwa portofolio memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
(1) Kemajuan siswa dapat terlihat dengan jelas;
(2) Penekanan pada hasil pekerjaan terbauk siswa memberikan pengaruh
positif pada belajar;
(3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan
motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang
lain;
(4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sesuai dengan
perbedaan individu mereka;
(5) Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa
bagi siswa itu sendiri, orang tua dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Definisi Berpikir
Berfikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif
.secara lebih formal,berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif
baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang di simpan dalam
long-term-memory.(morgan dkk,1986)
Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal ; manusia dapat berfikir
karena manusia berakal.akal merupakan inti sebagai sifat hakikat dan manusia
sebagai genus atau dhat sehingga manusia dapat dijelaskaan sebagai makhluk
yang berakal.
Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai
kebenaran sehingga manusia dapat berpikir untuk mencari keindahan dan
kebaikan.
2. Definisi Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi dan belajar berhubungan sangat erat. Suatu usaha belajar yang
dilakukan oleh seseorang baru akan diketahui hasilnya melalui proses evaluasi.
Tanpa evaluasi, sulit diketahui apakah usaha belajar yang dilakukan oleh
seseorang telah mencapai hasil yang diharapkan. Hasil belajar adalah suatu
hasil yang diharapkan dari prmbelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan
perilaku tertentu (Gronlund, 1976). Menurut Sudirjatrov(1993), hasil belajar
adalah tingkat pernyataan yang dicapai oeleh siswa dalam mengikuti program
pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Karenanya,
hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotorik.
B. Saran
Diharapkan masukan serta kritikan yang membangun dalam penyempurnaan
makalah ini agar dapat meningkatkan wawasan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki serta mengevaluasi hasil belajar sehingga menjadi
pembendahaharaan ilmu kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Khodijah Nyanyu,2016.psikologi pendidikan.jakarta .raja grafindo persada

Syah muhibbin.2010 psikologi pendidikan .bandung.remaja rosdakarya

Munandar utami S.C.2015.psikolologi belajar .jakarta.raja grafindo persada

Media wiki http://www.forbes.com/sites/work-in-progress/2012/03/27/how-to-develop-5-critical-thinking-


types/
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi


Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

berkah dan limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul

BERPIKIR dan EVALUASI HASIL BELAJARini dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya ilmiah

tidaklah mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan

makalah ini terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan

masukan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun guna kesempurnaan

skripsi ini.

Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai rintangan,

mulai dari pengumpulan literatur, maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan
kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku

mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril.

Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga kesemuanya ini

dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin!

Makassar, Oktober 2015

Penulis

Anda mungkin juga menyukai