Anda di halaman 1dari 9

Makalah Seminar Kerja Praktik

ANALISIS PENGUKURAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA


DI PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG

Bayu Arie Wibowo (L2F006018)


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Saat ini, hampir semua lini kehidupan membutuhkan energi listrik. Salah satu indikator keandalan dan
stabilitas sistem tenaga listrik adalah kontinuitas ketersediaan energi listrik. Keandalan dan stabilitas sistem
sangat dipengaruhi oleh kualitas kerja dari setiap komponen perlatan dalam sistem tenaga listrik. APP
Semarang merupakan bagian dari PT. PLN, memiliki tanggung jawab ikut menjaga kontinuitas ketersediaan
energi listrik dengan melakukan pemeliharaan jaringan transmisi dan Gardu Induk di wilayah kerjanya,
termasuk di dalamnya pemeliharaan setiap komponen peralatan tegangan tinggi di setiap Gardu Induk.
Transformator merupakan komponen penting dalam sistem tenaga listrik. Transformator berfungsi
menyesuaikan nilai arus dan tegangan agar bisa digunakan sesuai kebutuhan pemakaian. Dalam operasi
penyaluran tenaga listrik, transformator merupakan jantung transmisi dan distribusi. Karena itu transformator
diharapkan dapat beroperasi secara maksimal, sehingga energi listrik dapat terjaga kontinuitas dan kualitasnya.
Seperti halnya perlatan tenaga lsitrik yang lain, transformator dituntut untuk selalu bekerja dalam kondisi
maksimal. Untuk itu, perlu adanya pemeliharan dan pemantauan kondisi transformator secara berkala.
Beberapa pengujian yang penting untuk memantau kondisi transformator adalah pengujian tahanan
isolasi belitan, pengujian ratio tegangan, pengujian SFRA, pengujian tangen delta, serta pengujian kualitas
minyak isolasi. Untuk menguji kualitas minyak isolasi, dilakukan enam macam pengujian, yaitu pengujian warna,
tegangan tembus, kadar air, kadar asam, tegangan antar muka, serta kandungan sedimen dalam minyak.
Kata kunci : Pemeliharaan transformator, pengujian tahanan isolasi belitan, pengujian ratio tegangan, SFRA,
pengujian tangen delta, pengujian karakteristik minyak transformator

I PENDAHULUAN II. DASAR TEORI


1.1 Latar Belakang 2.1 Transformator
PT. PLN (persero) adalah BUMN yang Transformator (trafo) daya adalah peralatan
bergerak di jasa penyediaan energi listrik. P3B tenaga listrik yang berfungsi menyalurkan tenaga
Jawa-Bali adalah unit PLN yang mengelola operasi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sistem tenaga listrik, pemeliharaan sistem sebaliknya.
transmisi, serta mengelola pelaksanaan transaksi
tenaga listrik antara PLN dengan perusahaan 2.2 Prinsip Kerja Transformator
pembangkit dan unit distribusi di Jawa-Bali. Saat
ini P3B Jawa-Bali memiliki 5 APB dan 16 APP.
Fokus studi kerja praktik ini adalah analisis
pengukuran dan pemeliharaan transformator daya
di GI Sayung 150/20 kV milik PT. PLN (Persero)
P3B Jawa-Bali yang berada di wilayah kerja APP
Semarang. Pemeliharaan transformator daya sangat
penting untuk menjaga efektivitas dan daya tahan
peralatan sistem tenaga listrik, sehingga kontinuitas Gambar 2.1. Rangkaian transformator
dan kualitas listrik yang dihasilkan tetap terjaga.
Belitan primer dihubungkan dengan sumber
1.2 Tujuan tegangan AC, sehingga mengalir arus AC
Tujuan kerja praktik ini adalah : di belitan primer.
1. Mengetahui prinsip kerja transformator Arus yang mengalir menyebabkan timbul
daya. fluks magnetik di belitan primer. Sesuai
2. Memahami pedoman pemeliharaan
hukum Maxwell, .
transformator daya.
Fluks magnetik membentuk sirkuit
3. Menganalisis kondisi transformator daya
magnetik di inti besi.
berdasarkan pengujian sesuai pedoman
pemeliharaan transformator daya. Fluks magnetik yang mengalir di sirkuit
magnetik akan menginduksi GGL di belitan
1.3 Batasan Masalah sekunder berdasarkan hukum Faraday
d . GGL yang dihasilkan
Laporan kerja praktik ini membahas prinsip N
kerja transformator dan hasil pengujian yang telah dt
dilakukan, yakni pengujian tahanan isolasi belitan, sebanding besar perubahan fluks dan
pengujian ratio tegangan, pengujian SFRA, banyaknya lilitan. GGL yang terbentuk
pengujian tangen delta, dan oil quality test. karena induksi elektomagnetik
menimbulkan arus di belitan sekunder.

1
2.3 Bagian-bagian Transformator 4. Konservator
2.3.1 Inti Besi 5. Sirip radiator (Radiator Fin) pendingin
Inti besi adalah media jalannya flux yang 6. Belitan/kumparan (winding)
timbul akibat induksi arus AC pada kumparan yang 7. LV bushing
mengelilingi inti besi sehingga menginduksi 8. HV bushing
kembali kumparan yang lain. 9. Terminal connection
2.3.2 Belitan/Kumparan 10. Carriage
Belitan transformator terdiri dari beberapa 11. Baut pada core
lilitan berisolasi yang membentuk suatu kumparan, 12. Header
diisolasi terhadap inti besi dan kumparan yang lain. 13. Termometer
2.3.3 Bushing 14. Relay bucholz
Bushing merupakan penghubung antara 15. Silica gel (breathe)
belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari
sebuah konduktor yang diselubungi isolator. 2.4 Pemeliharaan Traformator Daya
2.3.4 Pendingin Transformator daya memerlukan pengujian,
Timbul panas pada inti besi akibat rugi perawatan, serta pengarsipan data hasil uji guna
tembaga dan rugi besi. Untuk menghindari menghilangkan potensi-potensi sebab kerusakan.
kenaikan suhu berlebihan, trafo dilengkapi sistem Jenis program pengujian yang dilakukan :
pendingin sehingga panas dapat keluar dari trafo. 2.4.1 In Service Inspection
2.3.5 Tangki dan Konservator Inspeksi yang dilakukan saat trafo dalam
Bagian trafo yang terendam minyak isolasi kondisi operasi (in service). Tujuannya untuk
umumnya berada di dalam tangki. Konservator mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang
digunakan untuk menampung minyak trafo saat mungkin terjadi tanpa melakukan pemadaman.
mengalami pemuaian karena kenaikan suhu. 2.4.2 In Service Measurement
2.3.6 Alat Pernafasan (Silica Gel) Pengukuran yang dilakukan saat trafo
Kontaminasi udara luar yang lembab akan dalam keadaan in service. Tujuannya untuk
menurunkan tegangan tembus. Untuk mencegah hal mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa
itu, pada ujung pipa penghubung udara luar melakukan pemadaman.
dilengkapi alat pernafasan berupa tabung berisi 2.4.3 Shutdown Testing / Measurement
kristal zat hygroskopis (silica gel). Pengukuran yang dilakukan saat trafo
2.3.7 Minyak Traformator padam, seperti saat pemeliharaan rutin maupun saat
Berfungsi untuk mengisolasi kumparan investigasi ketidaknormalan.
dalam trafo agar tidak terjadi loncatan bunga api
listrik, sekaligus sebagai pendingin yang III. UJI KONDISI TRAFO
meminimalisir panas yang timbul saat trafo bekerja. 3.1 Pengujian Tahanan Isolasi Belitan
2.3.8 Indikator Pengujian ini menggunakan alat ukur
Untuk mengawasi trafo yang sedang megger untuk memperoleh nilai tahanan isolasi
beroperasi, dipasang indikator berupa : belitan trafo antara bagian yang bertegangan (fasa)
Indikator suhu minyak terhadap ground maupun antar belitan primer,
Indikator permukaan minyak sekunder, dan tertier. Pengujian ini dilakukan untuk
Indikator kedudukan tap mengetahui besar kebocoran arus (leakage current)
2.3.9 Tap Changer pada isolasi belitan primer, sekunder, atau tertier.
Tap changer adalah penyesuai rasio Test index polarisasi dilakukan untuk
transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi menguji ketahanan isolasi trafo.
sekunder yang diinginkan dari jaringan tegangan
primer yang berubah-ubah.

dimana :
R10 = nilai tahanan isolasi pengukuran menit
kesepuluh ()
R1 = nilai tahanan isolasi pengukuran menit
pertama ()

Tabel 3.1. Data hasil pengujian tahanan isolasi belitan


URAIAN KEGIATAN KONDISI AWAL

SETELAH TRAFO OFF 1 10


Ip
Suhu : C Mnt Mnt

1 PRIMER - TANAH (M) 514 740 1,44

2 SEKUNDER - TANAH (M) 334 510 1,53


Gambar 2.2. Bagian-bagian transformator
3 TERTIER - TANAH (M) 319 555 1,74

Keterangan : 4 PRIMER - SEKUNDER (M) 441 705 1,60


1. Mounting flange 5 PRIMER - TE T E (M) 813 1140 1,40
2. Tangki transformator
6 SEKUNDER - TE T E (M) 435 605 1,39
3. Inti besi (core)

2
Tabel 3.2. Klasifikasi kondisi hasil uji nilai index sebenarnya pada trafo, sehingga dapat mendiagnosa
polarisasi masalah antar belitan dan sistem isolasi pada trafo.
Kondisi Index Polarisasi Ratio yang akan dibandingkan adalah nilai
awal dengan nilai pengujian terakhir. Sehingga
Berbahaya < 1,0
dapat diketahui ratio trafo tersebut masih normal
Jelek 1,0 1,1 atau tidak. Persamaan dasar transformator adalah :
Dipertanyakan 1,1 1,25
Baik 1,25 2,0
dimana :
Sangat Baik > 2,0
E2 = tegangan pada sisi sekunder
E1 = tegangan pada sisi primer
Dari data di atas disimpulkan bahwa N2 = banyaknya belitan pada sisi sekunder
kebocoran arus masih dalam batas wajar sehingga N1 = banyaknya belitan pada sisi primer
trafo aman untuk diberi tegangan dan terhindar dari K = konstanta (ratio) transformator
kegagalan isolasi. Hal ini karena nilai index
polarisasi (IP) dari tahanan isolasi belitan trafo Idealnya trafo memiliki daya masukan
masih dalam batas kondisi baik yaitu di atas 1,25. sama dengan daya keluaran (input VA = output
VA), dirumuskan :
3.2 Pengujian Ratio Tegangan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
V1 I1 = V2 I2 atau
perbandingan tegangan dengan jumlah belitan

Tabel 3.3. Data hasil pengujian ratio tegangan


TEGANGAN RATIO HASIL PENGUKURAN
POSISI
TAP
NAME PLATE NAME PLATE RATIO DEVIASI %

PRIMER SEKUNDER RST R S T R S T

16L 150.000 18.000 8,3333 8,3616 8,3594 8,3678 0,34 0,31 0,41
15L 150.000 18.125 8,2759 8,3024 8,3027 8,3097 0,32 0,32 0,41
14L 150.000 18.250 8,2192 8,2446 8,2448 8,2528 0,31 0,31 0,41
13L 150.000 18.375 8,1633 8,1895 8,1878 8,1959 0,32 0,30 0,40
12L 150.000 18.500 8,1081 8,1332 8,1313 8,1400 0,31 0,29 0,39
11L 150.000 18.625 8,0537 8,0781 8,0761 8,0848 0,30 0,28 0,39
10L 150.000 18.750 8,0000 8,0232 8,0227 8,0303 0,29 0,28 0,38
9L 150.000 18.875 7,9470 7,9699 7,9697 7,9771 0,29 0,29 0,38
8L 150.000 19.000 7,8947 7,9174 7,9160 7,9239 0,29 0,27 0,37
7L 150.000 19.125 7,8431 7,8657 7,8643 7,8718 0,29 0,27 0,37
6L 150.000 19.250 7,7922 7,8137 7,8109 7,8198 0,28 0,24 0,35
5L 150.000 19.375 7,7419 7,7636 7,7617 7,7695 0,28 0,26 0,36
4L 150.000 19.500 7,6923 7,7124 7,7118 7,7201 0,26 0,25 0,36
3L 150.000 19.625 7,6433 7,6639 7,6632 7,6701 0,27 0,26 0,35
2L 150.000 19.750 7,5949 7,6155 7,6142 7,6214 0,27 0,25 0,35
1L 150.000 19.875 7,5472 7,5675 7,5666 7,5735 0,27 0,26 0,35
LN 150.000 20.000 7,5000 7,5193 7,5190 7,5256 0,26 0,25 0,34
N 150.000 20.000 7,5000 7,5202 7,5187 7,5262 0,27 0,25 0,35
RN 150.000 20.000 7,5000 7,5190 7,5189 7,5261 0,25 0,25 0,35
1R 150.000 20.125 7,4534 7,4736 7,4722 7,4791 0,27 0,25 0,34
2R 150.000 20.250 7,4074 7,4272 7,4259 7,4336 0,27 0,25 0,35
3R 150.000 20.375 7,3620 7,3816 7,3811 7,3876 0,27 0,26 0,35
4R 150.000 20.500 7,3171 7,3370 7,3356 7,3424 0,27 0,25 0,35
5R 150.000 20.625 7,2727 7,2925 7,2916 7,2985 0,27 0,26 0,35
6R 150.000 20.750 7,2289 7,2484 7,2478 7,2552 0,27 0,26 0,36

3
7R 150.000 20.875 7,1856 7,2054 7,2039 7,2106 0,28 0,25 0,35
8R 150.000 21.000 7,1429 7,1629 7,1614 7,1683 0,28 0,26 0,36
9R 150.000 21.125 7,1006 7,1206 7,1199 7,1264 0,28 0,27 0,36
10R 150.000 21.250 7,0588 7,0790 7,0779 7,0855 0,29 0,27 0,38
11R 150.000 21.375 7,0175 7,0375 7,0375 7,0438 0,28 0,28 0,37
12R 150.000 21.500 6,9767 6,9974 6,9961 7,0028 0,30 0,28 0,37
13R 150.000 21.625 6,9364 6,9568 6,9557 6,9632 0,29 0,28 0,39
14R 150.000 21.750 6,8966 6,9177 6,9154 6,9229 0,31 0,27 0,38
15R 150.000 21.875 6,8571 6,8779 6,8765 6,8847 0,30 0,28 0,40
16R 150.000 22.000 6,8182 6,8395 6,8371 6,8458 0,31 0,28 0,41

Sesuai standar, toleransi yang diizinkan 2. Kumparan (Winding)


untuk deviasi ratio tegangan adalah 0,5 %. Dari Kerusakan yang mungkin terjadi :
data di atas disimpulkan bahwa semua ratio a. Short Sirkuit
tegangan trafo di semua tap masih normal, sehingga Terjadi jika isolasi konduktor terkelupas,
trafo masih layak untuk dioperasikan. konduktor satu dan lainnya terhubung.
b. Open Sirkuit
3.3 Pengujian SFRA Kebalikan dari short sirkuit, terjadi jika
Sweep Frequency Response Analyzer kawat konduktor putus.
adalah alat yang bisa memberikan indikasi c. Deformasi Radial
perubahan parameter adanya perubahan inti dan
belitan trafo tanpa membongkar bagian dalam trafo,
melalui serangkaian pengujian sehingga dapat
diketahui bagaimana suatu belitan memberi respon
sinyal dalam berbagai variasi frekuensi.
3.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Performa
Kerja Transformator Gambar 3.2. a. Lekukan karena gaya
Terdapat tiga faktor yang dominan : b. Lekukan bebas
1. Masa pakai alat
Semakin tua usia trafo, kemungkinan Deformasi radial adalah perubahan susunan
penurunan kualitas kerja semakin besar. jari-jari kumparan pada kumparan.
2. Transportasi
Relokasi trafo memungkinkan terjadinya
perubahan struktur dalam trafo akibat
goncangan yang terjadi selama transportasi.
3. Gangguan kerja
Gangguan atau fenomena lain yang
memungkinkan gangguan trafo terjadi.

3.3.2 Kerusakan Transformator Gambar 3.3. Deformasi radial pada kumparan


Saat trafo bekerja, terdapat gaya yang
menimbulkan tekanan pada trafo (dynamic force). d. Deformasi Axial
Semakin besar energi yang diterima trafo, dynamic Terjadi ketika kumparan bergeser ke atas
force yang timbul semakin besar. Kerusakan yang atau ke bawah.
mungkin timbul pada transformator antara lain :
1. Inti Trafo (Core)
Konstruksi inti trafo berupa lembaran-
lembaran besi yang direkatkan menjadi sebuah inti
besi. Gangguan dapat menyebabkan pergeseran
lembaran-lembaran ini. Jika jarak antar lembaran
berubah, kapasitansi total pada inti juga berubah.
Selain itu, gangguan juga dapat menyebabkan
laminasi antar lembaran terbakar.
Gambar 3.4. Deformasi axial pada kumparan

3. Penyambungan (Clamping)
Banyak sekali komponen trafo yang harus
mengalami penyambungan, misal antar lembaran
inti, sambungan kumparan dengan bushing,
sambungan kumparan inti dengan tap changer.
4. Bushing
Gangguan trafo dapat menyebabkan
Gambar 3.1. Laminasi yang terbakar bushing terbakar dan melengkung.

4
(a) (b)
Gambar 3.5. (a) Bushing yang terbakar
(b) Bushing yang melengkung

Identifikasi kondisi transformator dengan


SFRA dibagi berdasarkan range frekuensi. Setiap Gambar 3.7. Grafik magnitude R-S-T primer
range frekuensi menginterpretasikan karakteristik
kerusakan yang berbeda-beda. Terdapat 4 Trafo yang baik, pada grafik kumparan
pembagian range frekuensi : primernya, fasa R berimpit dengan fasa T,
1. < 2 kHz : deformasi inti, open sedangkan fasa S berada sedikit di bawahnya,
sirkuit, short sirkuit, dengan pola dan lekukan hampir sama dengan fasa
residual magnetism lain. Dari grafik di atas, terlihat grafik fasa R dan T
2. 2 s/d 20 kHz : deformasi axial dan berimpit. Diagnosa awal, kumparan primer trafo ini
radial, gangguan secara umum baik. Metode perbandingan fasa
penyambungan dilakukan dengan membandingkan 2 fasa-2 fasa.
3. 20 s/d 400 kHz : deformasi tap winding a. Fasa R T
4. 400 kHz - 2 MHz: grounding dan Dari grafik hasil uji SFRA di atas, diperoleh
kerusakan pada bushing grafik magnitude untuk fasa R T primer
sebagai berikut :
Interprestasi hasil uji SFRA dapat dilakukan
dengan 3 metode, yaitu :
1. Membandingkan Hasil Uji dan Data Awal
Penguji membandingkan grafik hasil uji
dengan data awal (base line). Data awal,
idealnya adalah data saat trafo baru selesai
dirakit dan belum mengalami relokasi.
2. Membandingkan Hasil Uji dan Sister Unit
Sister unit adalah trafo dengan spesifikasi
sama dan dirakit oleh perusahaan yang
sama. Idealnya, sister unit yang digunakan
dalam kondisi baru dan belum direlokasi.
3. Membandingkan Hasil Uji Antar Fasa
Metode ini diambil jika trafo belum Gambar 3.8. Grafik magnitude R-T primer
memiliki base line dan tidak ada trafo
sejenis yang dapat dijadikan sister unit.

Hasil uji yang disertakan dalam laporan


pemeliharaan ada 2 grafik, yaitu magnitude graph
dan phase graph. Pada pemeliharaan trafo di Gardu
Induk 150/20 kV Sayung, didapatkan hasil uji :
0

-20

-40
M a g n itu d e (d B )

-60

-80 Gambar 3.9. Hasil analisis R-T primer

-100
100 1k 10 k
Frequency (Hz)
100 k 1M b. Fasa R S
[R-N [open]] [S-N[open]] [T-N [open]]
[Tert T1-s,t short]
[r-n [open]]
[Tert T1- r,t short]
[s-n [open]]
[R-r[IW]]
[t-n [open]]
[S-s [IW]]
[tert T1-r,s short]]
[T-t [IW]]
[Tertier T1-T2 [open]]
Dari grafik hasil uji SFRA di atas, diperoleh
Gambar 3.6. Magnitude graph trafo 30 MVA GI Sayung grafik magnitude untuk fasa R S primer
sebagai berikut :
Laporan ini mendiagnosa kumparan primer
dengan metode perbandingan fasa. Dari grafik 3.6,
harus dipisahkan dulu grafik kumparan primernya.

5
Tabel 3.4. Perbandingan hasil antar fasa
Fasa yang Range
Kondisi
Dibandingkan Freakuensi

RT Light Distortion 1 100 kHz


RS Light Distortion 1 100 kHz
ST Light Distortion 1 100 kHz

Tabel 3.4 menyatakan adanya gejala


distorsi ringan pada kumparan primer di semua
perbandingan fasa. Gejala terjadi pada range
frekuensi 1 100 kHz. Kemungkinan kerusakan
Gambar 3.10. Grafik magnitude R-S primer ringan yang terjadi pada kumparan primer trafo
adalah deformasi pada inti, deformasi kumparan,
ataupun deformasi pada tap winding.

3.4 Pengujian Tangen Delta


Pengujian tangen delta merupakan
pengukuran kerugian dielektrik untuk mengetahui
kualitas isolasi belitan dengan mengukur arus bocor
kapasitif. Trafo yang diuji dianggap kapasitor
murni. Jika kapasitor murni diberi tegangan AC
sinusoidal maka arusnya akan mendahului tegangan
90. Berlaku hubungan antara Ic dan V :

Ic = .CV

Gambar 3.11. Hasil analisis R-S primer Karena kehilangan daya dielektrik, sudut
arus mendahului tegangan tidak lagi 90. Faktor
c. Fasa S T daya dari kapasitor adalah cos . Dan adalah
Dari grafik hasil uji SFRA di atas, diperoleh sudut fasa dari kapasitor.
grafik magnitude untuk fasa S T primer Sudut kehilangan daya (loss angle) adalah
sebagai berikut : = 90 - . Sehingga faktor daya bisa ditulis sebagai
sin . Dalam kapasitor sempurna, = 90 sehingga
= 0. Karenanya kehilangan daya dalam kapasitor
sempurna adalah nol. Besar kehilangan daya
dielektrik karena kapasitor yang tidak sempurna :

PD = V IR = V I cos = V I sin

Gambar 3.14. Komponen pada kapasitor yang tidak


sempurna
Gambar 3.12. Grafik magnitude S-T primer
Komponen pada kapasitor tidak sempurna
dijelaskan pada gambar 3.14, dan diagram fasornya
pada gambar 3.15.

I
Tangen sudut
yang dihitung

IC
Tangen Delta () = IR/IC

V
IR
Gambar 3.13. Hasil analisis S-T primer Gambar 3.15. Diagram fasor pada kapasitor yang tidak
sempurna
Dari tiga perbandingan fasa di atas, dengan
DL/T 911-2004 Analyzer didapatkan hasil : Dari gambar di atas berlaku persamaan :

6
Tabel 3.6. Klasifikasi hasil uji tangen delta
Hasil Uji Kondisi
< 0,5 % Bagus

,5 - 0,7 % Mengalami penurunan
Arus total diperoleh dari :
,7 - 1,0 % Perlu investigasi
, Jelek, perlu reklamasi

sehingga Dari hasil uji di atas disimpulkan bahwa


kualitas isolasi belitan baik dan trafo masih layak
Tangen Delta () = operasi. Rata-rata hasil uji < 0,5 % (normal). Tetapi
ada beberapa yang melebihi batas normal (> 0,5 %)
dimana : yaitu CHG primer, CLT sekunder, dan CLG
IC = Arus kapasitor (Ampere) sekunder sehingga perlu diteliti lebih lanjut seperti
IR = Arus resistan (Ampere) melakukan pengujian tahanan isolasi dan lain-lain.
= 2f
PD = Power Disappear (Watt) 3.5 Oil Quality Test
Tan = Dissipation factor Oil quality test (uji karakteristik minyak)
melingkupi beberapa pengujian, yakni pengujian
Tabel 3.5. Data hasil pengujian tangen delta warna, pengujian tegangan tembus, pengujian kadar
air, pengujian kadar asam, pengujian tegangan antar
KONDISI
URAIAN KEGIATAN
AWAL muka (Interfacial Tension), dan pengujian sedimen.

TAN CAP Tabel 3.7. Data hasil pengujian karakteristik minyak


PRIMER 10,1 kV
(%) ( nF ) Hasil Pengujian
Properties
UST A CHL 0,28 7,243 Nilai Satuan
UST B CHT 0,05 105.9 pF Warna 2,3
UST A + B CHL + CHT 0,26 7,352 Tegangan Tembus (BDV) 74,6 kV/2,5 mm

GST A + B CHG + CHL + CHT 0,36 10,9 52 C 16,73 ppm


Kadar Air
GSTg A CHT + CHG 0,47 3,653 20 C 4,6818 ppm

GSTg B CHL + CHG 0,37 10,79 Kadar Asam 0,05 MgKOH/g

GSTg A + B CHG 0,51 3,546 Tegangan Antar Muka (IFT) 34,5 mN/m

TAN CAP Berat Sedimen 0,0278 g


SEKUNDER 6.11 kV Sedimen 0,0332 Wt %
(%) ( nF ) Berat Sampel 83,624 g

UST A CLH 0,18 7,253

UST B CLT 1,10 717.0 pF


3.5.1 Pengujian Warna Minyak
Tingkat warna mengindikasikan kadar
UST A + B CLH + CLT 0,32 8,016 karbon, partikel isolasi, dan material terlarut.
GST A + B CLG + CLH + CLT 0,40 26,93 Minyak yang gelap menunjukkan telah terjadi
oksidasi pada minyak trafo.
GSTg A CLT + CLG 0,45 19,93

GSTg B CLH + CLG 0,34 25,66

GSTg A + B CLG 0,52 18,44

TAN CAP
TERTIER
(%) ( nF )
Gambar 3.16. Skala warna standar minyak trafo
UST A CTH 0,03 106.1 pF
Tabel 3.8. Identifikasi warna minyak trafo
UST B CTL 0,23 4,116
Nilai Identifikasi Penampakan
UST A + B CTH + CTL 0,02 4,236 Diagnosa
Warna Minyak Warna Minyak
GST A + B CTG +CTH + CTL 0,28 26,18 1-2,5 Kuning pucat Baik

GSTg A CTH + CTG 0,35 26,05 2,5 3,5 Kuning terang Wajar / Cukup
GSTg B CTL + CTG 0,28 22,06 3,5 6 Kuning sawo Sedang

GSTg A + B CTG 0,30 21,94 6 - 10 Coklat kehitaman Jelek

Sesuai standar, trafo baru dinyatakan baik Nilai uji warna minyak 2,3 secara fisik
jika hasil uji tangen deltanya kurang dari 0.5 %. berwarna kuning pucat dan dinyatakan masih baik.
Sedangkan trafo yang sudah beroperasi, interpretasi 3.5.2 Pengujian Tegangan Tembus
hasil uji tangen deltanya sebagai berikut : Pengujian ini memberi tegangan frekuensi
sistem ke minyak sampel di antara dua elektrode.

7
Tabel 3.9. Standar tegangan tembus minyak 3.5.5 Pengujian Tegangan Antar Muka
Kondisi Minyak (Interfacial Tension / IFT)
Tegangan Pengujian ini mencari keberadaan polar
Wajar/ contaminant terlarut dari hasil proses pemburukan.
Operasi Baik Buruk
Trafo Cukup Nilai IFT dipengaruhi banyaknya partikel kecil
kV/2,5 mm kV/2,5 mm kV/2,5 mm hasil oksidasi pada minyak dan kertas isolasi.

500 kV > 60 50 60 < 50 Tabel 3.12. Identifikasi nilai IFT minyak trafo
150 kV > 50 40 50 < 40 Status
IFT Kondisi Transformator
Minyak
70 kV > 40 30 - 40 < 30
Sangat
30 - 45 Baik
Baik
Diperoleh hasil uji tegangan tembus 74,6
kV/2,5 mm. Sesuai standar, minyak tersebut layak Terdapat lumpur terlarut
27 - 30 Baik
pakai karena masih di atas prasyarat ketegori baik. dalam minyak
3.5.3 Pengujian Kadar Air Isolasi dilapisi asam,
Air dan oksigen dalam minyak 24 - 27 Cukup Baik lumpur siap mengendap
menyebabkan korosi, membantuk asam dan dalam transformer
endapan, serta menurunkan usia trafo. Satuan hasil Lumpur dalam radiator, inti
pengujian ini adalah ppm (part per million), 18 - 24 Jelek
besi, dan kumparan trafo
perbandingan mg kadar air terhadap 1 kg minyak.
Lumpur mengeras dan
Sangat
Tabel 3.10. Standar kadar air dalam minyak 14 - 18 berlapis, kemampuan isolasi
Jelek
melemah
Standar Tegangan Sistem (kV)
Pengujian Resiko Radiator tertutup lumpur,
Kadar Air < 69 69 288 > 345 9 - 14
Tinggi suhu operasi meningkat
ASTM D-1533 35 % 25 % 20 % Dimungkinkan terjadi
Tak Layak
<9 kerusakan pada
Pakai
transformator
Standar kadar air pada minyak trafo
tegangan sistem 150 kV adalah < 25 ppm. Dari
pengujian diperoleh hasil 16,73 ppm pada suhu 52 Hasil uji di lapangan menunjukkan nilai
C dan 4,6818 ppm pada suhu 20 C. Dengan IFT 34,5 mN/m pada suhu 52 C. Sesuai tabel 3.12,
demikian kondisi minyak masih baik karena kadar minyak trafo masih sangat baik dan dapat
airnya masih dalam batas yang diperbolehkan. digunakan kembali.
3.5.4 Pengujian Kadar Asam 3.5.6 Pengujian Sedimen (Sludge)
Pengujian ini dilakukan untuk mencari Pengujian ini bertujuan mengukur banyak
angka kenetralan/bilangan asam, yakni menghitung zat pengotor minyak, dengan membandingkan berat
jumlah kalium hidroksida (KOH) yang dibutuhkan endapan yang tersaring dengan minyak sample.
(dalam mg) untuk menetralkan asam dalam 1 gram Standar persentase zat pengotor minyak
minyak uji. Angka kenetralan yang menunjukkan trafo yang dibolehkan maksimal 0,05 wt %. Minyak
penyusun asam minyak trafo dapat mendeteksi dengan kandungan sedimen di atas itu tidak layak
kontaminasi minyak, menunjukkan kecenderungan pakai dan harus direklamasi. Dari hasil uji 83,624 g
perubahan kimia, cacat, atau indikasi perubahan sampel minyak trafo, ditemukan sedimen 0,0278 g
kimia dalam bahan tambahan (additive). atau 0,0332 wt %. Karena jumlah endapan masih di
bawah 0,05 %, minyak masih dapat digunakan.
Tabel 3.11. Standar angka kenetralan dan tingkat
keasaman minyak trafo IV PENUTUP
Angka Kenetralan Tingkat Keasaman 4.1 Kesimpulan
1. Pengujian yang dilakukan selama penulis
0 - 0,05 Sangat basa
kerja praktik adalah pengujian tahanan
0,05 0,1 Basa isolasi belitan, pengujian ratio tegangan,
pengujian SFRA, pengujian tangen delta,
0,1 0,15 Agak basa
serta pengujian karakteristik minyak isolasi.
0,15 0,20 Netral 2. Hasil pengujian tahanan isolasi belitan,
didapatkan nilai Index Polarisasi ,25 di
0,20 0,25 Agak asam
semua pengujian. Dengan nilai IP terukur
0,25 0,30 Asam ini, kebocoran arus masih dalam batas
toleransi sehingga trafo aman dioperasikan.
0,30 0,40 Sangat asam
3. Hasil pengujian ratio tegangan, didapatkan
nilai % deviasi rata- t ,5 pada
Hasil pengujian lapangan menunjukkan semua pengujian. Dengan hasil ini
angka kenetralan minyak 0,05 mgKOH/g pada suhu diketahui bahwa ratio tegangan di semua
52 C. Hasil tersebut menandakan minyak trafo posisi tap masih dalam batas toleransi
masih baik dan dapat digunakan kembali. sehingga trafo layak dioperasikan.
4. Hasil pengujian SFRA, terdapat distorsi
ringan pada sisi primer trafo. Gejala yang

8
mungkin terjadi adalah deformasi pada inti, Bayu Arie Wibowo. Lahir di
deformasi pada kumparan, ataupun Purbalingga, 24 September
deformasi pada tap winding. 1987, menempuh pendidikan
5. Hasil pengujian tangen delta, didapatkan dasar di SDN Panulisan Timur
nilai rata-rata tangen delta masih normal, 11 (kelas 1-3) dan SDN
yaitu < 0,5 %. Dapat disimpulkan keadaan Panulisan Timur 07 (kelas 4-
isolasi belitan trafo masih baik. Hanya 6), kemudian dilanjutkan di
terdapat beberapa item yang nilainya lebih MTs Islam Ngruki Sukoharjo Solo. Lulus pada
dari 0,5 % yaitu CHG primer, CLT tahun 2003, lalu dilanjutkan di SMAN 1 Cilacap
sekunder, dan CLG sekunder sehingga (kelas 1) dan SMAN 1 Majenang (kelas 2-3).
perlu investigasi lanjut, seperti melakukan Saat ini sedang menempuh pendidikan Strata-1 di
pengujian tahanan isolasi dan lain-lain. Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro,
6. Untuk menguji kualitas minyak isolasi konsentrasi Teknik Tenaga Listrik.
trafo, dilakukan 6 macam pengujian
karakteristik minyak, yaitu pengujian
warna, pengujian tegangan tembus, Semarang, April 2013
pengujian kadar air, pengujian kadar asam,
pengujian tegangan antar muka, serta Mengetahui
pengujian kandungan sedimen dalam Dosen Pembimbing
minyak. Dari semua pengujian karakteristik
minyak yang dilakukan, diketahui minyak
trafo dalam keadaan baik sehingga dapat
digunakan kembali tanpa harus direklamasi. Ir. Bambang Winardi
NIP. 196106161993031002
4.2 Saran
1. Pemeliharaan trafo sebaiknya dilakukan
berkala sesuai panduan dari pabrikan
sehingga trafo dapat beroperasi kontinyu
guna menjamin ketersediaan energi listrik.
2. Jika terjadi ketidaknormalan suatu hasil
pengujian, perlu investigasi lanjut dengan
melakukan pengujian lainnya sehingga
dapat mengetahui kondisi trafo lebih dalam.
3. Literatur mengenai SFRA yang membahas
proses analisa hasil ujinya perlu
diperbanyak dan ditulis dalam format yang
mudah difahami. Bila perlu PLN
menerbitkan buku pegangan yang khusus
memuat bahasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik
Pengujian Tegangan Tinggi, Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
[2] Arismunandar, Artono. 2001. Teknik
Tegangan Tinggi. Jakarta: Pradnya
Paramita
[3] Sulasno, Ir. 2004. Dasar Teknik Konversi
Energi Listrik dan Sistem Pengaturan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
[4] Isnanto. 2009. Transformator Distribusi.
[online].
(http://masisnanto.blogdetik.com/2009/01/2
3/transformator-distribusi, diakses 19
Februari 2013 pukul 5:46)
[5] Fauzi Kadili, M.R. 2012. Transformator.
[online].
(http://muhamadrizkifauzikadili.blogspot.co
m/2012/06/transformator-1-fasa.html,
diakses 19 Februari 2013 pukul 7:45)

Anda mungkin juga menyukai