ABSTRAK
Saat ini, hampir semua lini kehidupan membutuhkan energi listrik. Salah satu indikator keandalan dan
stabilitas sistem tenaga listrik adalah kontinuitas ketersediaan energi listrik. Keandalan dan stabilitas sistem
sangat dipengaruhi oleh kualitas kerja dari setiap komponen perlatan dalam sistem tenaga listrik. APP
Semarang merupakan bagian dari PT. PLN, memiliki tanggung jawab ikut menjaga kontinuitas ketersediaan
energi listrik dengan melakukan pemeliharaan jaringan transmisi dan Gardu Induk di wilayah kerjanya,
termasuk di dalamnya pemeliharaan setiap komponen peralatan tegangan tinggi di setiap Gardu Induk.
Transformator merupakan komponen penting dalam sistem tenaga listrik. Transformator berfungsi
menyesuaikan nilai arus dan tegangan agar bisa digunakan sesuai kebutuhan pemakaian. Dalam operasi
penyaluran tenaga listrik, transformator merupakan jantung transmisi dan distribusi. Karena itu transformator
diharapkan dapat beroperasi secara maksimal, sehingga energi listrik dapat terjaga kontinuitas dan kualitasnya.
Seperti halnya perlatan tenaga lsitrik yang lain, transformator dituntut untuk selalu bekerja dalam kondisi
maksimal. Untuk itu, perlu adanya pemeliharan dan pemantauan kondisi transformator secara berkala.
Beberapa pengujian yang penting untuk memantau kondisi transformator adalah pengujian tahanan
isolasi belitan, pengujian ratio tegangan, pengujian SFRA, pengujian tangen delta, serta pengujian kualitas
minyak isolasi. Untuk menguji kualitas minyak isolasi, dilakukan enam macam pengujian, yaitu pengujian warna,
tegangan tembus, kadar air, kadar asam, tegangan antar muka, serta kandungan sedimen dalam minyak.
Kata kunci : Pemeliharaan transformator, pengujian tahanan isolasi belitan, pengujian ratio tegangan, SFRA,
pengujian tangen delta, pengujian karakteristik minyak transformator
1
2.3 Bagian-bagian Transformator 4. Konservator
2.3.1 Inti Besi 5. Sirip radiator (Radiator Fin) pendingin
Inti besi adalah media jalannya flux yang 6. Belitan/kumparan (winding)
timbul akibat induksi arus AC pada kumparan yang 7. LV bushing
mengelilingi inti besi sehingga menginduksi 8. HV bushing
kembali kumparan yang lain. 9. Terminal connection
2.3.2 Belitan/Kumparan 10. Carriage
Belitan transformator terdiri dari beberapa 11. Baut pada core
lilitan berisolasi yang membentuk suatu kumparan, 12. Header
diisolasi terhadap inti besi dan kumparan yang lain. 13. Termometer
2.3.3 Bushing 14. Relay bucholz
Bushing merupakan penghubung antara 15. Silica gel (breathe)
belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari
sebuah konduktor yang diselubungi isolator. 2.4 Pemeliharaan Traformator Daya
2.3.4 Pendingin Transformator daya memerlukan pengujian,
Timbul panas pada inti besi akibat rugi perawatan, serta pengarsipan data hasil uji guna
tembaga dan rugi besi. Untuk menghindari menghilangkan potensi-potensi sebab kerusakan.
kenaikan suhu berlebihan, trafo dilengkapi sistem Jenis program pengujian yang dilakukan :
pendingin sehingga panas dapat keluar dari trafo. 2.4.1 In Service Inspection
2.3.5 Tangki dan Konservator Inspeksi yang dilakukan saat trafo dalam
Bagian trafo yang terendam minyak isolasi kondisi operasi (in service). Tujuannya untuk
umumnya berada di dalam tangki. Konservator mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang
digunakan untuk menampung minyak trafo saat mungkin terjadi tanpa melakukan pemadaman.
mengalami pemuaian karena kenaikan suhu. 2.4.2 In Service Measurement
2.3.6 Alat Pernafasan (Silica Gel) Pengukuran yang dilakukan saat trafo
Kontaminasi udara luar yang lembab akan dalam keadaan in service. Tujuannya untuk
menurunkan tegangan tembus. Untuk mencegah hal mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa
itu, pada ujung pipa penghubung udara luar melakukan pemadaman.
dilengkapi alat pernafasan berupa tabung berisi 2.4.3 Shutdown Testing / Measurement
kristal zat hygroskopis (silica gel). Pengukuran yang dilakukan saat trafo
2.3.7 Minyak Traformator padam, seperti saat pemeliharaan rutin maupun saat
Berfungsi untuk mengisolasi kumparan investigasi ketidaknormalan.
dalam trafo agar tidak terjadi loncatan bunga api
listrik, sekaligus sebagai pendingin yang III. UJI KONDISI TRAFO
meminimalisir panas yang timbul saat trafo bekerja. 3.1 Pengujian Tahanan Isolasi Belitan
2.3.8 Indikator Pengujian ini menggunakan alat ukur
Untuk mengawasi trafo yang sedang megger untuk memperoleh nilai tahanan isolasi
beroperasi, dipasang indikator berupa : belitan trafo antara bagian yang bertegangan (fasa)
Indikator suhu minyak terhadap ground maupun antar belitan primer,
Indikator permukaan minyak sekunder, dan tertier. Pengujian ini dilakukan untuk
Indikator kedudukan tap mengetahui besar kebocoran arus (leakage current)
2.3.9 Tap Changer pada isolasi belitan primer, sekunder, atau tertier.
Tap changer adalah penyesuai rasio Test index polarisasi dilakukan untuk
transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi menguji ketahanan isolasi trafo.
sekunder yang diinginkan dari jaringan tegangan
primer yang berubah-ubah.
dimana :
R10 = nilai tahanan isolasi pengukuran menit
kesepuluh ()
R1 = nilai tahanan isolasi pengukuran menit
pertama ()
2
Tabel 3.2. Klasifikasi kondisi hasil uji nilai index sebenarnya pada trafo, sehingga dapat mendiagnosa
polarisasi masalah antar belitan dan sistem isolasi pada trafo.
Kondisi Index Polarisasi Ratio yang akan dibandingkan adalah nilai
awal dengan nilai pengujian terakhir. Sehingga
Berbahaya < 1,0
dapat diketahui ratio trafo tersebut masih normal
Jelek 1,0 1,1 atau tidak. Persamaan dasar transformator adalah :
Dipertanyakan 1,1 1,25
Baik 1,25 2,0
dimana :
Sangat Baik > 2,0
E2 = tegangan pada sisi sekunder
E1 = tegangan pada sisi primer
Dari data di atas disimpulkan bahwa N2 = banyaknya belitan pada sisi sekunder
kebocoran arus masih dalam batas wajar sehingga N1 = banyaknya belitan pada sisi primer
trafo aman untuk diberi tegangan dan terhindar dari K = konstanta (ratio) transformator
kegagalan isolasi. Hal ini karena nilai index
polarisasi (IP) dari tahanan isolasi belitan trafo Idealnya trafo memiliki daya masukan
masih dalam batas kondisi baik yaitu di atas 1,25. sama dengan daya keluaran (input VA = output
VA), dirumuskan :
3.2 Pengujian Ratio Tegangan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
V1 I1 = V2 I2 atau
perbandingan tegangan dengan jumlah belitan
16L 150.000 18.000 8,3333 8,3616 8,3594 8,3678 0,34 0,31 0,41
15L 150.000 18.125 8,2759 8,3024 8,3027 8,3097 0,32 0,32 0,41
14L 150.000 18.250 8,2192 8,2446 8,2448 8,2528 0,31 0,31 0,41
13L 150.000 18.375 8,1633 8,1895 8,1878 8,1959 0,32 0,30 0,40
12L 150.000 18.500 8,1081 8,1332 8,1313 8,1400 0,31 0,29 0,39
11L 150.000 18.625 8,0537 8,0781 8,0761 8,0848 0,30 0,28 0,39
10L 150.000 18.750 8,0000 8,0232 8,0227 8,0303 0,29 0,28 0,38
9L 150.000 18.875 7,9470 7,9699 7,9697 7,9771 0,29 0,29 0,38
8L 150.000 19.000 7,8947 7,9174 7,9160 7,9239 0,29 0,27 0,37
7L 150.000 19.125 7,8431 7,8657 7,8643 7,8718 0,29 0,27 0,37
6L 150.000 19.250 7,7922 7,8137 7,8109 7,8198 0,28 0,24 0,35
5L 150.000 19.375 7,7419 7,7636 7,7617 7,7695 0,28 0,26 0,36
4L 150.000 19.500 7,6923 7,7124 7,7118 7,7201 0,26 0,25 0,36
3L 150.000 19.625 7,6433 7,6639 7,6632 7,6701 0,27 0,26 0,35
2L 150.000 19.750 7,5949 7,6155 7,6142 7,6214 0,27 0,25 0,35
1L 150.000 19.875 7,5472 7,5675 7,5666 7,5735 0,27 0,26 0,35
LN 150.000 20.000 7,5000 7,5193 7,5190 7,5256 0,26 0,25 0,34
N 150.000 20.000 7,5000 7,5202 7,5187 7,5262 0,27 0,25 0,35
RN 150.000 20.000 7,5000 7,5190 7,5189 7,5261 0,25 0,25 0,35
1R 150.000 20.125 7,4534 7,4736 7,4722 7,4791 0,27 0,25 0,34
2R 150.000 20.250 7,4074 7,4272 7,4259 7,4336 0,27 0,25 0,35
3R 150.000 20.375 7,3620 7,3816 7,3811 7,3876 0,27 0,26 0,35
4R 150.000 20.500 7,3171 7,3370 7,3356 7,3424 0,27 0,25 0,35
5R 150.000 20.625 7,2727 7,2925 7,2916 7,2985 0,27 0,26 0,35
6R 150.000 20.750 7,2289 7,2484 7,2478 7,2552 0,27 0,26 0,36
3
7R 150.000 20.875 7,1856 7,2054 7,2039 7,2106 0,28 0,25 0,35
8R 150.000 21.000 7,1429 7,1629 7,1614 7,1683 0,28 0,26 0,36
9R 150.000 21.125 7,1006 7,1206 7,1199 7,1264 0,28 0,27 0,36
10R 150.000 21.250 7,0588 7,0790 7,0779 7,0855 0,29 0,27 0,38
11R 150.000 21.375 7,0175 7,0375 7,0375 7,0438 0,28 0,28 0,37
12R 150.000 21.500 6,9767 6,9974 6,9961 7,0028 0,30 0,28 0,37
13R 150.000 21.625 6,9364 6,9568 6,9557 6,9632 0,29 0,28 0,39
14R 150.000 21.750 6,8966 6,9177 6,9154 6,9229 0,31 0,27 0,38
15R 150.000 21.875 6,8571 6,8779 6,8765 6,8847 0,30 0,28 0,40
16R 150.000 22.000 6,8182 6,8395 6,8371 6,8458 0,31 0,28 0,41
3. Penyambungan (Clamping)
Banyak sekali komponen trafo yang harus
mengalami penyambungan, misal antar lembaran
inti, sambungan kumparan dengan bushing,
sambungan kumparan inti dengan tap changer.
4. Bushing
Gangguan trafo dapat menyebabkan
Gambar 3.1. Laminasi yang terbakar bushing terbakar dan melengkung.
4
(a) (b)
Gambar 3.5. (a) Bushing yang terbakar
(b) Bushing yang melengkung
-20
-40
M a g n itu d e (d B )
-60
-100
100 1k 10 k
Frequency (Hz)
100 k 1M b. Fasa R S
[R-N [open]] [S-N[open]] [T-N [open]]
[Tert T1-s,t short]
[r-n [open]]
[Tert T1- r,t short]
[s-n [open]]
[R-r[IW]]
[t-n [open]]
[S-s [IW]]
[tert T1-r,s short]]
[T-t [IW]]
[Tertier T1-T2 [open]]
Dari grafik hasil uji SFRA di atas, diperoleh
Gambar 3.6. Magnitude graph trafo 30 MVA GI Sayung grafik magnitude untuk fasa R S primer
sebagai berikut :
Laporan ini mendiagnosa kumparan primer
dengan metode perbandingan fasa. Dari grafik 3.6,
harus dipisahkan dulu grafik kumparan primernya.
5
Tabel 3.4. Perbandingan hasil antar fasa
Fasa yang Range
Kondisi
Dibandingkan Freakuensi
Ic = .CV
Gambar 3.11. Hasil analisis R-S primer Karena kehilangan daya dielektrik, sudut
arus mendahului tegangan tidak lagi 90. Faktor
c. Fasa S T daya dari kapasitor adalah cos . Dan adalah
Dari grafik hasil uji SFRA di atas, diperoleh sudut fasa dari kapasitor.
grafik magnitude untuk fasa S T primer Sudut kehilangan daya (loss angle) adalah
sebagai berikut : = 90 - . Sehingga faktor daya bisa ditulis sebagai
sin . Dalam kapasitor sempurna, = 90 sehingga
= 0. Karenanya kehilangan daya dalam kapasitor
sempurna adalah nol. Besar kehilangan daya
dielektrik karena kapasitor yang tidak sempurna :
PD = V IR = V I cos = V I sin
I
Tangen sudut
yang dihitung
IC
Tangen Delta () = IR/IC
V
IR
Gambar 3.13. Hasil analisis S-T primer Gambar 3.15. Diagram fasor pada kapasitor yang tidak
sempurna
Dari tiga perbandingan fasa di atas, dengan
DL/T 911-2004 Analyzer didapatkan hasil : Dari gambar di atas berlaku persamaan :
6
Tabel 3.6. Klasifikasi hasil uji tangen delta
Hasil Uji Kondisi
< 0,5 % Bagus
,5 - 0,7 % Mengalami penurunan
Arus total diperoleh dari :
,7 - 1,0 % Perlu investigasi
, Jelek, perlu reklamasi
GSTg A + B CHG 0,51 3,546 Tegangan Antar Muka (IFT) 34,5 mN/m
TAN CAP
TERTIER
(%) ( nF )
Gambar 3.16. Skala warna standar minyak trafo
UST A CTH 0,03 106.1 pF
Tabel 3.8. Identifikasi warna minyak trafo
UST B CTL 0,23 4,116
Nilai Identifikasi Penampakan
UST A + B CTH + CTL 0,02 4,236 Diagnosa
Warna Minyak Warna Minyak
GST A + B CTG +CTH + CTL 0,28 26,18 1-2,5 Kuning pucat Baik
GSTg A CTH + CTG 0,35 26,05 2,5 3,5 Kuning terang Wajar / Cukup
GSTg B CTL + CTG 0,28 22,06 3,5 6 Kuning sawo Sedang
Sesuai standar, trafo baru dinyatakan baik Nilai uji warna minyak 2,3 secara fisik
jika hasil uji tangen deltanya kurang dari 0.5 %. berwarna kuning pucat dan dinyatakan masih baik.
Sedangkan trafo yang sudah beroperasi, interpretasi 3.5.2 Pengujian Tegangan Tembus
hasil uji tangen deltanya sebagai berikut : Pengujian ini memberi tegangan frekuensi
sistem ke minyak sampel di antara dua elektrode.
7
Tabel 3.9. Standar tegangan tembus minyak 3.5.5 Pengujian Tegangan Antar Muka
Kondisi Minyak (Interfacial Tension / IFT)
Tegangan Pengujian ini mencari keberadaan polar
Wajar/ contaminant terlarut dari hasil proses pemburukan.
Operasi Baik Buruk
Trafo Cukup Nilai IFT dipengaruhi banyaknya partikel kecil
kV/2,5 mm kV/2,5 mm kV/2,5 mm hasil oksidasi pada minyak dan kertas isolasi.
500 kV > 60 50 60 < 50 Tabel 3.12. Identifikasi nilai IFT minyak trafo
150 kV > 50 40 50 < 40 Status
IFT Kondisi Transformator
Minyak
70 kV > 40 30 - 40 < 30
Sangat
30 - 45 Baik
Baik
Diperoleh hasil uji tegangan tembus 74,6
kV/2,5 mm. Sesuai standar, minyak tersebut layak Terdapat lumpur terlarut
27 - 30 Baik
pakai karena masih di atas prasyarat ketegori baik. dalam minyak
3.5.3 Pengujian Kadar Air Isolasi dilapisi asam,
Air dan oksigen dalam minyak 24 - 27 Cukup Baik lumpur siap mengendap
menyebabkan korosi, membantuk asam dan dalam transformer
endapan, serta menurunkan usia trafo. Satuan hasil Lumpur dalam radiator, inti
pengujian ini adalah ppm (part per million), 18 - 24 Jelek
besi, dan kumparan trafo
perbandingan mg kadar air terhadap 1 kg minyak.
Lumpur mengeras dan
Sangat
Tabel 3.10. Standar kadar air dalam minyak 14 - 18 berlapis, kemampuan isolasi
Jelek
melemah
Standar Tegangan Sistem (kV)
Pengujian Resiko Radiator tertutup lumpur,
Kadar Air < 69 69 288 > 345 9 - 14
Tinggi suhu operasi meningkat
ASTM D-1533 35 % 25 % 20 % Dimungkinkan terjadi
Tak Layak
<9 kerusakan pada
Pakai
transformator
Standar kadar air pada minyak trafo
tegangan sistem 150 kV adalah < 25 ppm. Dari
pengujian diperoleh hasil 16,73 ppm pada suhu 52 Hasil uji di lapangan menunjukkan nilai
C dan 4,6818 ppm pada suhu 20 C. Dengan IFT 34,5 mN/m pada suhu 52 C. Sesuai tabel 3.12,
demikian kondisi minyak masih baik karena kadar minyak trafo masih sangat baik dan dapat
airnya masih dalam batas yang diperbolehkan. digunakan kembali.
3.5.4 Pengujian Kadar Asam 3.5.6 Pengujian Sedimen (Sludge)
Pengujian ini dilakukan untuk mencari Pengujian ini bertujuan mengukur banyak
angka kenetralan/bilangan asam, yakni menghitung zat pengotor minyak, dengan membandingkan berat
jumlah kalium hidroksida (KOH) yang dibutuhkan endapan yang tersaring dengan minyak sample.
(dalam mg) untuk menetralkan asam dalam 1 gram Standar persentase zat pengotor minyak
minyak uji. Angka kenetralan yang menunjukkan trafo yang dibolehkan maksimal 0,05 wt %. Minyak
penyusun asam minyak trafo dapat mendeteksi dengan kandungan sedimen di atas itu tidak layak
kontaminasi minyak, menunjukkan kecenderungan pakai dan harus direklamasi. Dari hasil uji 83,624 g
perubahan kimia, cacat, atau indikasi perubahan sampel minyak trafo, ditemukan sedimen 0,0278 g
kimia dalam bahan tambahan (additive). atau 0,0332 wt %. Karena jumlah endapan masih di
bawah 0,05 %, minyak masih dapat digunakan.
Tabel 3.11. Standar angka kenetralan dan tingkat
keasaman minyak trafo IV PENUTUP
Angka Kenetralan Tingkat Keasaman 4.1 Kesimpulan
1. Pengujian yang dilakukan selama penulis
0 - 0,05 Sangat basa
kerja praktik adalah pengujian tahanan
0,05 0,1 Basa isolasi belitan, pengujian ratio tegangan,
pengujian SFRA, pengujian tangen delta,
0,1 0,15 Agak basa
serta pengujian karakteristik minyak isolasi.
0,15 0,20 Netral 2. Hasil pengujian tahanan isolasi belitan,
didapatkan nilai Index Polarisasi ,25 di
0,20 0,25 Agak asam
semua pengujian. Dengan nilai IP terukur
0,25 0,30 Asam ini, kebocoran arus masih dalam batas
toleransi sehingga trafo aman dioperasikan.
0,30 0,40 Sangat asam
3. Hasil pengujian ratio tegangan, didapatkan
nilai % deviasi rata- t ,5 pada
Hasil pengujian lapangan menunjukkan semua pengujian. Dengan hasil ini
angka kenetralan minyak 0,05 mgKOH/g pada suhu diketahui bahwa ratio tegangan di semua
52 C. Hasil tersebut menandakan minyak trafo posisi tap masih dalam batas toleransi
masih baik dan dapat digunakan kembali. sehingga trafo layak dioperasikan.
4. Hasil pengujian SFRA, terdapat distorsi
ringan pada sisi primer trafo. Gejala yang
8
mungkin terjadi adalah deformasi pada inti, Bayu Arie Wibowo. Lahir di
deformasi pada kumparan, ataupun Purbalingga, 24 September
deformasi pada tap winding. 1987, menempuh pendidikan
5. Hasil pengujian tangen delta, didapatkan dasar di SDN Panulisan Timur
nilai rata-rata tangen delta masih normal, 11 (kelas 1-3) dan SDN
yaitu < 0,5 %. Dapat disimpulkan keadaan Panulisan Timur 07 (kelas 4-
isolasi belitan trafo masih baik. Hanya 6), kemudian dilanjutkan di
terdapat beberapa item yang nilainya lebih MTs Islam Ngruki Sukoharjo Solo. Lulus pada
dari 0,5 % yaitu CHG primer, CLT tahun 2003, lalu dilanjutkan di SMAN 1 Cilacap
sekunder, dan CLG sekunder sehingga (kelas 1) dan SMAN 1 Majenang (kelas 2-3).
perlu investigasi lanjut, seperti melakukan Saat ini sedang menempuh pendidikan Strata-1 di
pengujian tahanan isolasi dan lain-lain. Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro,
6. Untuk menguji kualitas minyak isolasi konsentrasi Teknik Tenaga Listrik.
trafo, dilakukan 6 macam pengujian
karakteristik minyak, yaitu pengujian
warna, pengujian tegangan tembus, Semarang, April 2013
pengujian kadar air, pengujian kadar asam,
pengujian tegangan antar muka, serta Mengetahui
pengujian kandungan sedimen dalam Dosen Pembimbing
minyak. Dari semua pengujian karakteristik
minyak yang dilakukan, diketahui minyak
trafo dalam keadaan baik sehingga dapat
digunakan kembali tanpa harus direklamasi. Ir. Bambang Winardi
NIP. 196106161993031002
4.2 Saran
1. Pemeliharaan trafo sebaiknya dilakukan
berkala sesuai panduan dari pabrikan
sehingga trafo dapat beroperasi kontinyu
guna menjamin ketersediaan energi listrik.
2. Jika terjadi ketidaknormalan suatu hasil
pengujian, perlu investigasi lanjut dengan
melakukan pengujian lainnya sehingga
dapat mengetahui kondisi trafo lebih dalam.
3. Literatur mengenai SFRA yang membahas
proses analisa hasil ujinya perlu
diperbanyak dan ditulis dalam format yang
mudah difahami. Bila perlu PLN
menerbitkan buku pegangan yang khusus
memuat bahasan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik
Pengujian Tegangan Tinggi, Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
[2] Arismunandar, Artono. 2001. Teknik
Tegangan Tinggi. Jakarta: Pradnya
Paramita
[3] Sulasno, Ir. 2004. Dasar Teknik Konversi
Energi Listrik dan Sistem Pengaturan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
[4] Isnanto. 2009. Transformator Distribusi.
[online].
(http://masisnanto.blogdetik.com/2009/01/2
3/transformator-distribusi, diakses 19
Februari 2013 pukul 5:46)
[5] Fauzi Kadili, M.R. 2012. Transformator.
[online].
(http://muhamadrizkifauzikadili.blogspot.co
m/2012/06/transformator-1-fasa.html,
diakses 19 Februari 2013 pukul 7:45)