BAB II Revisi
BAB II Revisi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konselor
2.1.1 Defenisi Konselor
Konselor ialah orang-orang yang dilatih untuk membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternative pemecahan masalah dan mampu membuat orang lain
tersebut mengambil keputusan atas oermasalahnnya. (KEMENKES RI, 2010).
Konselor ialah orang yang memberikan konseling kepada seorang klien
remaja atau kelompok remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali
dan memecahkan masalahnya, seperti masalah gizi (anemia,kegemukan,gizi
kurang), pacaran, kesulitan belajar, kesehatan reproduksi secara umum, HIV-
AIDS, Infeksi menular seksual (IMS), Infeksi saluran reproduksi (ISR),
kehamilan yang tidak di inginkan (KTD), penyalahgunaan NAPZA, dan lain-lain.
(KEMENKES, 2010)
2.2 Konselor Sebaya
2.2.1 Defenisi Konselor Sebaya
Konselor sebaya ialah seorang remaja yang mampu memberikan
informasi tentang kesehatan dan dapat membantu teman sebayanya untuk
mengenali masalahnya, dan menyadari adanya kebutuhan untuk mencari
pertolongan (rujukan) dalam rangka menyelesaikan masalahnya.
Konselor sebaya bukanlah konselor ahli sehingga dalam melaksanakan
tugas sebagai konselor sebaya, kamu dibimbing oleh konselor ahli atau pengelola
program kesehatan remaja di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnyan atau
pendamping (guru bimbingan konseling di sekolah, ketua atau pemimpin dari
kelompok-kelompok remaja).(KEMENKES RI, 2010)
Konselor sebaya adalah pendidik sebaya yang punya komitmen dan
motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling dalam program PKPR bagi
kelompok siswa di sekolahnya. Konselor sebaya dalam penelitian ini adalah siswa
SMP yang terpilih menjadi konselor sebaya dalam program PKPR di sekolah.
2.2.2. Tugas Konselor Sebaya
Konselor sebaya bertugas sebagai pendengar yang baik bagi curhat klien
sebaya, Membantu petugas PKPR atau pendampingmu untuk sedini mungkin
masalah kesehatan yang dialami klien sebaya, Membantu menyelesaikan masalah
klien sebaya sesuai dengan kemampuan konselor sebaya, Memberikan informasi
dan pengetahuan yang benar tentang kesehatan remaja, dan Mengajak atau
merujuk klien sebaya untuk ke ahli jika masalahnya di luar kemampuan konselor
sebaya untuk membantu klien sebaya.
2.2.5. Keterampilan
1. Mendengar Aktif
Konseling melibatkan kemampuan mendengar aktif yaitu dalam
mendengar aktif, kamu bukan hanya sekedar mendengar, melainkan juga
menyimak dan mampu menyampaikan kembali apa yang kamu dengar.
3. Komunikasi Verbal
Konseling adalah suatu layanan yang dilakukan oleh para konselor. Hal ini
bukan merupakan hubungan yang secara kebetulan direncanakan untuk
membereskan masalah klien. Konseling merupakan suatu proses yang
direncanakan untuk mempercepat pertumbuhan klien.
meliputi :
a. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Duduk dengan badan menghadap klien
Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas
Responsive dengan menggunakan bagian wajah, umapamanya senyum
spontan atau anggukan kepala
Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearah klien
untuk menunjukkan kebersamaan dengan klien.
b. Kontak mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada
waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya.
c. Mendengarkan
Mendengarkan dengan tepat dan mengingat apa yang klien
katakana dan bagaimana mengatakannya.
(6) Clarification
(7) Paraprashing
(9) Leading
Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor
dan klien dalam proses konselor. Penggunaan Silence bertujuan agar klien dapat
istirahat untuk mengorganisasikan pikiran, perasaan dan kalimat selanjutnya dan
memotivasi klien untuk mencapai tujuan konseling. (Supriyo dan Mulawarman,
2006). Menurut Tohirin (2011 : 341) dalam konseling, diam bukan berarti tidak
ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Dalam
menggunakan teknik ini, konselor tidak mengatakan apa-apa tetapi menunjukkan
ekspresi wajah sebagai respon dari pernyataan klien.
Menurut hasil penelitian dilakukan oleh Roro Atika (2008) dengan judul
penelitian yaitu Hubungan Keterampilan Konselor dalam Melaksanakan
Konseling Individual dengan Kepuasan Klien dalam Menerima Layanan
Konseling di SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa keterampilan
konselor dalam melaksanakan konseling individual mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kepuasan klien dalam menerima layanan konseling. Jadi apabila
keterampilan konselor dalam melaksanakan konseling individual baik maka klien
akan merasa puas dalam menerima layanan konseling individual. Begitupula
sebaliknya jika keterampilan konselor dalam melaksanakan konseling individual
kurang baik maka klien akan merasa kurang puas dalam menerima layanan
konseling individual
Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan,
ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja
melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat
eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat
internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif
lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and
stress period).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan
seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas
bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian
dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock, 2002).
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak
berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari
kata latin yang berarti usia kedewasaan. Kata ini lebih menunjukkan pada
perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu
secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan (Hurlock,
1980).
Santrock (2002) menambahkan bahwa kita dapat mengetahui kapan
seorang anak muda mengawali masa pubertasnya, tetapi menentukan secara tepat
permulaan dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche, yang terjadi agak
terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang menggemparkan pada
masa pubertas.
Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi
tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.
Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang
menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan
senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai
pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau
situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.
2.5.1 Layanan
Fungsi pemahaman akan diperoleh klien saat klien memahami seluk beluk
masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif serta positif dan
dinamis. Fungsi pengentasan mengarahkan klien kepada pengembangan persepsi,
sikap dan kegiatan demi terentaskannya masalah klien berdasarkan pemahaman
yang diperoleh klien. Fungsi pengembangan/pemeliharaan merupakan latar
belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien. Fungsi pencegahan akan
mencegah menjalarnya masalah yang sedang dialami klien dan mencegah
masalah-masalah baru yang mungkin timbul. Sedangkan fungsi advokasi akan
menangani sasaran yang bersifat advokasi jika klien mengalami pelanggaran hak-
hak. Kelima fungsi konseling tersebut secara langsung mengarah kepada
dipenuhinya kualitas untuk perikehidupan sehari-hari yang efektif (effective daily
living).
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat
mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses
penyesuaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005). Jadi dapat dikatakan bahwa
konseling individu bertujuan agar konseli dapat berkembang dan berperanan lebih
baik di lingkungannya.
Tahap awal ini dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan
sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal
yang perlu dilakukan, diantaranya:
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien Hubungan
konseling yang bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan konselor.
Keberhasilan proses konseling amat ditentukan oleh keberhasilan tahap awal ini.
Kunci keberhasilannya terletak pada keterbukaan konselor dan klien.
b. Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara Hal ini bisa terjadi
jika klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau wawancara konseling,
serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapinya dan konselor berupaya kreatif mengembangkan tehnik-
tehnik konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur,
ikhlas dan benar-benar peduli terhadap klien.
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses konseling, mengevaluasi
jalannya proses konseling dan membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.