Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

DI RUANG ANGGREK RSUD YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Arnold K.N Wijana

15160078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2016
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan

bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai

perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau

lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).


Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan

volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada

neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah

(Hidayat AAA, 2006).


Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung

dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang

di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3

kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga

dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus

lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:


a. Infeksi bakteri :Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,

campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.


b. Infeksi virus :entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis,

adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.


c. Infeksi parasit :Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,

malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.


3. Faktor makanan :Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak

mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau

sebelum mengkonsumsi makanan.


5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat

merangsang peningkatan peristaltik usus.

C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang

terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang

dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit

dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan

keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke

lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan

maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan

yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.


Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia

Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini

menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau

sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada

Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari

satu penderita ke yang lainnya.


Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan

minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare

adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus

berlebihan sehingga timbul diare).


Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah

D. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua

golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri

basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.


b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang

ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.


b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,

misalnya: diare karena bronkhitis.


3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat

mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai

5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi

waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14

hari.
b. Diare kronik, dalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
E. PATOFISIOLOGIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,

Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan

infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana

merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang

lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan

dan minuman yang terkontaminasi.


Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic

(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic


dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis :
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi

pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan

avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa

protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum

albumin pada klien penyakit chron.


2. Radiologis
a. Barrium Foloow through penyakit chron.
b. Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.

3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan

kolon.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita

diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah

PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan

yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal

Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus

berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,

1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh

WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,

Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung

meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80

mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa

cairan rehidrasi oral:


a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,

NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.


b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-

komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-

cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO

tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai

cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan

parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:


a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994

dalam Wicaksana, 2011).


2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut

infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa

pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien

dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,

leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,

persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada

pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk

diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 5 hari), Tetrasiklin 500

mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),

Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari,

7-14 hari oral atauIV).


3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat

(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2

4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat

tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan

sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi

frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup

aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare

akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak

dianjurkan.
H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data

dan penentuan masalah.


Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, dan

pemeriksaan fisik:
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
2.1.Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia

kemudian timbul diare.


2.2.Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan

banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan

menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir

kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.


3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat

antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.


6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a) Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab

penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.


b) Nutrisi metabolic : diawali dengan

mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan

pasien.
c) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih

dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.


d) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah

dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh

orang lain.
e) Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi

abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.


f) Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi

namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.


g) Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep

diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga

aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.


h) Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat

terfokus pada penyakit.


i) Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan

keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari

mengalami gangguan.
j) Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang

berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien

memiliki koping yang adekuat.


k) Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang

sembahyang karena gejala penyakit.

7. Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut

dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.


b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
8. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu

untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang

berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubuingan dengan mual dan muntah.


3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi

BAB yang berlebihan.


4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi

abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.

Diagnosa 1

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan ditandai

dengan klien berak cair lebih dari 3 sehari, mual, muntah, klien lemah, turgor kulit

menurun.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawan selama 3 x 24 jam diharapkan

keseimbangan cairan pasien kembali normal.


Kriteria hasil :
Intake dan output seimbang
Diare berhenti.
Turgor kulit baik
Tidak mual dan muntah
Mukosa bibir lembab
Kadar elektrolit dalam batasan normal :
o Natrium = 3,5 5,5 mEq/l
o Kalium = 135-145 mEq/l
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada penderita.

R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.

2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang keluar.

R : memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi

selanjutnya.

3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).

R : untuk mengganti caiaran yang hilang.

4. Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan infus.

R : terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah

komplikasi secara dini.

5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.

R : mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.

6. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang

timbulnya diare.

R : untuk mencegah diare lebih lama lagi.


Diagnosa 2

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat ditandai

dengan klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan

porsi makan yang disajikan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,

diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi.


Kriteria hasil :
Intake nutrisi yang adekuat.
Mual, muntah tidak ada.
Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.
Hb dalam batas normal = 12-17 gr%
Klien tidak terlihat anemis
Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.

R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.

2. Kaji tingkat nutrisi klien.

R : untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.

3. Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

R: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

4. Hitung BB.

R: untuk mengetahui apakah ada penurunan berat badan selama perawatan.

5. Kolaborasi dengan tim medis (kokter) dalam pemberian terapi.

R: untuk mengetahui jenis obat yang dapat diberikan


Diagnosa 3

Gangguan istirahat tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta

kram abdomen ditandai dengan klien sering terbangun, pucat, gelisah dan lemah.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2 x 24 jam, diharapkan

pasien dapat istirahat tidur dengan tenang.


Kriteria Hasil:
Dapat istirahat tidur dengan tenang.
Kram abdomen tidak ada.
Diare berhenti.
Rencana Tindakan
1. Melakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.

R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.

2. Menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.

R : dapat membantu kenyamanan dan ketenangan klien.

3. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian obat.

R : membantu proses kesembuhan.

Diagnosa 4

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang

berlebihan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan

gangguan integritas kulit dapat teratasi.


Kriteria hasil:
Integritas kulit kembali normal.
iritasi tidak ada.
tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi:
Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

Diagnosa 5.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit,prognosis dan pengobatan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit

diharapkan pengetahuan keluarga tentang penyakit meningkat.


Kriteria hasil :
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah

tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien

dengan melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang

belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada

klien.
R: pemberian informasi mengenai kesehatan sangat bermanfaat bagi klien

untuk bisa menerapkan dalam kesehariannya.


Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit adekuat sesuai kebutuhan.
a. Turgor kulit kembali baik
b. Tidak terjadi dehidrasi
c. Mukosa mulut dan bibir lembab
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
a. Nutrisi klien terpenuhi sesuai diet yang dianjurkan
b. Intake nutrisi klien klien meningkat
c. Tidak terjadi mual, muntah setelah makan
3. Integritas kulit kembali normal.
a. Tidak ada iritasi pada kulit klien
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit klien
4. Rasa aman nyaman terpenuhi.
a. Tidak terjadi kejang akibat tidak bisa menahan rasa sakitnya
b. Nyeri dapat berkurang / hilang
c. Ekspresi wajah tenang
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
a. Klien mengerti tentang proses penyakitnya
b. Mengerti tentang cara mempertahankan kesehatannya yang sekarang
c. Mengerti tentang pencegahan penyakitnya

Daftar Pustaka

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,

Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,

Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,

Clarinda company, USA.

Anda mungkin juga menyukai