Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Efektifitas Kebijakan Moneter


Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana kebijakan
moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya), memberi dampak positif bagi
perekonomian dan masyarakat, dalam arti :
a. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. dapat meningkatkan kesempatan kerja
d. dapat meningkatkan penerimaan devisa negara
e. serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya
Teori yang membicarakan mengenai efektifitas kebijakan moneter ini diantaranya
adalah :
a. Teori Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya akan
efektif dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak akan
efektif untuk jangka panjang
b. Teori Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak akan efektif.

B.
Pengertian Efektivitas Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang
berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya
beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.
Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum. Dalam literatur klasik, terdapat beberapa
perbedaan pandangan mengenai kebajikan fiskal, terutama menurut teori Keynes dan
teori klasik tradisional (Nopirin, 2000). Pada prinsipnya Keynes berpendapat bahwa
kebijakan fiskal lebih besar pengaruhnya terhadap output daripada kebijakan moneter.
Hal ini didasarkan atas pendapatnya bahwa, pertama elastisitas permintaan uang
terhadap tingkat bunga kecil sekali (extrim-nya nol) sehingga kurva IS tegak. Kebijakan
fiskal yang ekspansif akan menggeser kurva IS kekanan sehingga output meningkat.
Sedangkan ekspansi moneter dengan penambahan jumlah uang beredar pada kurva IS
yang tetap tidak akan berpengaruh terhadap output. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan fiskal akan lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan moneter.
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya
kontraksional gap. Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan output Actual (Y1). Pada saat
terjadi kontraksional gap ini kondisi perekonomian ditandai oleh tingginya
tingkat pengangguran dimana Uactual > Ualamiah. Kebijakan ekspansif
dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah (G) atau menurunkan
pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun mekanisme peningkatan
pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T) terhadap output adalah
sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan bahwa disaat
pengeluaran pemerintah (G) naik atau selisih pajak (T) turun maka akan
menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik
dari (Y1) menjadi (Yf).
Kurva Kebijakan Fiskal Ekspansif
b. Kebijakan Fiskal kontraktif
Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini
bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi
inflasi.kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas(overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat
munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana
output potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1).
Adapun mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan
pajak (T) terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan
fiskal kontraktif diagram sebagai berikut:
Kurva Kebijakan Fiskal Kontraktif
Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (G) turun atau
selisih pajak (T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat kebawah
sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).

C. Keterkaitan kebijakan moneter dengan kebijakan makro


Sebagaiman kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar
uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan
tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat.
Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran
agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan
keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan
tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat
upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai
umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.
D. Neraca pembayaran internasional lalu lintas moneter
Komponen-Komponen Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran pada dasarnya terdiri atas lima neraca bagian yang saling
berhubungan yaitu sebagai berikut.
a. Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan (balance of trade) terdiri atas catatan-catatan tentang
ekspor dan impor barang. Jika nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor
dikatakan bahwa neraca perdagangan adalah aktif dan sebaliknya apabila nilai
impor lebih besar daripada ekspor maka dikatakan bahwa neraca perdagangan
adalah pasif.
b. Neraca Jasa
Di dalam neraca jasa ditunjukkan jasa-jasa yang diselenggarakan untuk
dimanfaatkan oleh penduduk luar negeri, misalnya penjualan jasa angkutan,
turisme, dan asuransi: maupun jasa-jasa yang kita impor dari luar negeri,
misalnya jasa atas modal yang ditanam oleh orang luar negeri di negara kita.
Pembayaran jasa tersebut antara lain berupa bunga, dividen atau keuntungan.
Neraca perdagangan dan neraca jasa merupakan transaksi berjalan (current
account).
c. Transaksi Modal
Transaksi Modal ini baik yang dilakukan oleh swasta maupun pemerintah adalah
sebagai berikut.
a) Transaksi Modal Jangka Pendek, yang meliputi sebagai berikut.
Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau
kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain
(transaksi debit).
Deposito bank di luar negeri (transaksi debit) atau deposito bank
di dalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit).
Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi
debit) atau penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek
kepada penduduk negara lain (transaksi kredit).
b) Transaksi Modal Jangka Panjang adalah sebagai berikut.
Investasi langsung di luar negeri (transaksi debit) atau investasi
asing di dalam negeri (transaksi kredit).
Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk
negara lain (transaksi debit), atau pembelian surat-surat berharga
jangka panjang dalam negeri oleh penduduk asing (transaksi
kredit).
Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk
negara lain (transaksi debit) atau pinjaman jangka panjang yang
diterima dari penduduk negara lain (transaksi kredit). Hasil
penjumlahan neraca perdagangan, neraca jasa, dan transaksi
modal merupakan neraca total.

d. Selisih Perhitungan Bersih


Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi
kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya
rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit
dari suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance).
e. Lalu Lintas Moneter
Transaksi ini sering disebut accomodating sebab merupakan transaksi yang
timbul sebagai akibat dari adanya transaksi lain. Neraca lalu lintas moneter ini
sebenarnya semacam neraca saldo. Termasuk ke dalam transaksi lalu lintas
moneter antara lain adalah mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva luar
negeri serta aktiva luar negeri.

Komponen-Komponen Neraca Pembayaran

Posisi Neraca Pembayaran


a. Neraca Pembayaran Defisit atau Surplus
Suatu neraca pembayaran internasional secara pembukuan selalu seimbang.
Mengapa demikian? Neraca pembayaran seimbang karena cara membukukan
transaksi yang memasukkan (uang dan barang) selalu diimbangi dengan apa
yang mengalir keluar (uang dan barang). Namun demikian, pos "saldo" dalam
neraca pembayaran patut diperhatikan sebab dari situlah kita bisa mengetahui
apakah neraca pembayaran defisit atau surplus. Pada umumnya surplus pada
neraca pembayaran diartikan sebagai jumlah penerimaan yang lebih besar
dibandingkan dengan jumlah pengeluarannya. Sedangkan defisit pada neraca
pembayaran, secara umum dikatakan bahwa jumlah penerimaan lebih kecil
daripada jumlah pengeluarannya.
b. Dampak Posisi Neraca Pembayaran Terhadap Perekonomian Suatu Negara
Neraca Pembayaran yang Defisit Neraca pembayaran yang terus-
menerus defisit menunjukkan suatu kepincangan struktural. Hal ini bisa
disebabkan oleh ekspor yang hanya terdiri atas satu atau dua jenis
barang saja, sedangkan impornya terlalu banyak. Apabila neraca
pembayaran suatu negara terus-menerus defisit, maka persediaan devisa
menjadi sedikit. Ini berdampak negatif terhadap perekonomian
nasionalnya, antara lai nilai kurs mata uangnya melemah, kepercayaan
luar negeri menjadi berkurang (untuk menanamkan modalnya), dan
produk-produk hasil dalam negeri tidak mampu bersaing di pasar
internsional. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka
perekonomian negara tersebut bisa terancam resesi dan bahkan bisa
depresi. Defisit neraca pembayaran bisa ditutup dengan kredit bank atau
pengiriman devisa dari luar negeri, atau juga bisa dengan dibantu
penyelesaiannya oleh IMF. Selain itu, pemerintah juga melakukan
kebijakan untuk mendorong peningkatan ekspor dan mengurangi impor.
Neraca Pembayaran yang Surplus
Secara ekonomi, neraca pembayaran yang surplus akan berpengaruh
terhadap tingkat harga dalam negeri, yaitu mendorong naiknya harga.
Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah uang yang beredar di dalam
negeri, yang sekaligus merupakan kenaikan permintaan efektif. Untuk
mengatasinya, produksi harus diperbesar. Dampak selanjutnya adalah
meningkatnya lapangan pekerjaan baru. Namun demikian, jika
pertambahan permintaan efektif tidak dapat diimbangi dengan
penambahan produksi, maka naiknya pendapatan tidak meningkatkan
taraf hidup masyarakat karena harga juga naik.
Neraca Pembayaran yang Seimbang Neraca pembayaran dikatakan
seimbang apabila jumlah penerimaan dari luar negeri sama dengan
jumlah pengeluaran ke luar negeri. Kondisi seperti itu menyebabkan
kurs valuta asingnya stabil sehingga berdampak pada perekonomian
yang stabil pula.
c. Utang Luar Negeri
Dalam rangka membangun negara ini, pemerintah Indonesia membutuhkan
modal. Modal yang dimiliki oleh pemerintah tidak mencukupo untuk membiayai
proses pembangunan tersebut, sehingga utang luar negeri diperlukan untuk
menutup kekurangan tersebut. Selain itu, modal juga diperlukan dalam rangka
menutup defisit neraca pembayaran.
Ada beberapa kebaikan dan keburukan yang diperoleh dari pinjaman/utang ke
luar negeri tersebut.
Adapun kebaikan utang luar negeri bagi Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional. Melalui dana
pinjaman tersebut dapat digunakan untuk membiayai proyek
pembangunan yang sedang berjalan.
b. Sebagai alat stabilisasi ekonomi nasional.
c. Sebagai alat untuk memperbaiki neraca pembayaran yang defisit.
d. Sebagai alat untuk meningkatkan aktivitas perekonomian dalam negeri
untuk meningkatkan ekspor.
e. Sebagai alat pemerataan pendapatan nasional.
f. Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
g. Sebagai alat untuk meningkatkan perdagangan internasional. Melalui
dana pinjaman tersebut dapat digunakan untuk membiayai impor barang
yang sangat diperlukan oleh negara tersebut.
Sedangkan keburukan utang luar negeri bagi negara Indonesia adalah sebagai
berikut.
o Adanya ketergantungan terhadap luar negeri, sehingga perekonomian
nasional sering dikendalikan oleh pihak yang memberikan pinjaman.
o Memberatkan APBN karena harus menyisihkan dana untuk membayar
angsuran dan bunga utang luar negeri tersebut.
o Utang luar negeri dapat menurunkan nilai mata uang rupiah.
o Harus taa mengikuti peraturan internasional sekalipun peraturan itu
merugikan industri dalam negeri.
o Menerima liberalisasi pasar (globalisasi) sekalipun belum siap untuk
bersaing dengan negara lain.
E. Pengertian kondisi perekonomian indonesia sebelum 1 juni 1983
Di Indonesia pada tahun 1983 sangatlah kurang bagus dalam perekonomiannya
terutama di bidang perbankan. Sebelum tahun 1983, pemerintah sangatlah tidak adil
terhadap bank bank di luar kepemilikan pemerintah. Hanya bank milik pemerintah
saja yang di suntik dananya dan hanya bisa menggunakan fasilitas khusus yang
diberikan oleh pemerintah.
Contohnya saja, bank bank milik pemerintah mendapatkan kredit likuiditas
pada Bank Indonesia ( KLBI ) dan juga banyak menanggung program program dari
pemerintah. Maka dengan deregulasi pakjun tersebut merupakan awal dari sebuah
proses keadilan bagi perbankan di luar perbankan pemerintah dan membantu
merangsang minat berusaha dalam perbankan di Indonesia. Pada Paket ini juga, Bank
Indonesia ( KLBI ) sudah tidak dapat memberikan kredit kepada perbankan di
Indonesia. Agar, perbankan di Indonesia tidak terlalu terpaku atau manja dengan
perkreditan yang diberikan Bank Indonesia. Dan, Perbankan lain bisa belajar dan dapat
memberikan kredit kepada masyarakat. Deregulasi ini menyangkut tiga segi:
peningkatan daya saing bank pemerintah, penghapusan pagu kredit, dan pengaturan
deposito berjangka. Dalam ketentuan itu, bank pemerintah bebas menentukan suku
bunga deposito serta suku bunga kredit. Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat
yang memiliki dana nganggur tertarik untuk menyimpan di bank pemeintah. Sebab pada
saat itu, suku bunga yang ditawarkan oleh bank swasta lebih tinggi ketimbang bank
pemerintah. Yaitu 18 persen, sementara bank pemerintah hanya 14-15 persen.
F. Pengertian kondisi perekonomian indonesia sesudah 1 juni 1983
Pakto 88 ( 27 Oktober 1988 )
Didalam paket oktober 88 ini merupakan suatu asupan gizi yang sangat bagus
dalam perbankan di Indonesia. Dengan paket oktober ini pemerintah lebih peka
terhadap perkembangan perbankan di Indonesia. Dalam paket ini lebih bebas atau
liberal kepada pengusaha yang ingin mendirikan bank sendiri atau bank baru. Disini
juga , bank bank asing yang sudah membangun bank sebelum paket ini dluncurkan
dapat membangun cabang di 6 kota. Dan bank asing lainnya juga dapat bekerja sama
dengan bank bank swasta nasional. Ini membuat suatu monopoli penyuntikan BUMN
terhadap bank bank milik pemerintah. Dengan kemudahan syarat dalam mendirikan
bank, membuat suatu peledakan bank di Indonesia. Sehingga menimbulkan suatu
kelemahan yang sangat luar biasanya terhadap paket tersebut.
Paket Februari 1991 ( Paktri )
Pada paket ini merupakan suatu paket trauma dalam perbankan di Indonesia.
Banyak kegagalan pada bank bank yang ada di Indonesia sebelum paktri ini
diluncurkan oleh pemerintah. Didalam paktri ini lebih menganjurkan kepada kehati
hatian bank pada pengelolaannya. Disini diharapkan agar dapat lebih meningkatkan
kualitas perbankan di Indonesia dengan ketentuan ketentuan atau syarat syarat yang
sudah di tetapkan.
UU Perbankan Baru Bernomor 7 tahun 1992
UU ini disahkan pada tanggal 25 maret 1992. Disini sudah tidak ada lagi bank
berdasarkan kepemilikan. Sehingga bank dibagi menjadi 2 yaitu Bank Umum dan BPR.
Didalam UU ini lebih menegaskan terhadap kehati hatian bank pada pengelolaannya
dan pemberian sanksi kepada pegawai yang dapat merugikan bank, seperti tidak
melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan
ancaman hukuman pidana. Namun, UU ini belum dapat menyelesaikan masalah yang
dialami perbankan yaitu kredit macet yang membuat bank rugi besar.
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Dr. Tulus T.H.2001.Perekonomian Indonesia.Jakarta.Ghalia Indonesia

Dernburg, Thomas F. dan Karyaman Muschtar.1994.Makro-Ekonomi:Konsep, Teori,


dan
Kebijakan.Jakarta.Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai