Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika

Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok
yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi tentang segala sesuatu yang
ada sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang
ada tersebut. Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan,
tentang pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang transenden.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi. dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran danpandangan-pandangan moral. itu dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral
(Suseno, 1987). Etika umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip Etika khusus dibagi menjadi
etika individu yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang
membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang
merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.

Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada umumnya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai "susila" dan "tidak
susila", "baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan
dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya
dikatakan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika banyak bertangkutan dengan Prinsip-
prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan, tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.
Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan


manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etikaindividual) maupun
mahluk sosial (etikasosial).
B. Pancasila Sebagai sistem Etika Politik.
a. Esensi Pancasila sebagai Etika Politik

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

Pengertian politik berasal dari kata Politics, yang memiliki makna


bermacam - macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut
proses penentuan tujuan - tujuan.

Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku
atau perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik atau buruknya. Filsafat
politik adalah seperangkat keyakinan masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
dibela dan diperjuangkan oleh para penganutnya, seperti komunisme dan demokrasi.

Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik berkaitan erat
dengan bidang pembahasan moral.hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian
moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban
moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang
dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia, walaupun dalam hubungannya
dengan masyarakat, bangsa maupun negara etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik
bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang
beradab dan berbudaya berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa
maupun negara bisa berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.
Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik,
baik bersama dan untuk orang lain, dalam rangka membangun institusi-institusi
politik yang adil. Etika politik membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan
individual, tindakan kolektif, dan struktur-struktur politik yang ada. Penekanan
adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi
hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara.

Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik. Dalam pelaksanaan dan


penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam Negara
dijalankan sesuai dengan:

1. Legitimasi hukum yaitu prinsip yang menunjukkan penerimaan


keputusan pemimpin pemerintah dan pejabat oleh (sebagian besar)
publik atas dasar bahwa perolehan para pemimpin 'dan pelaksanaan
kekuasaan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku pada masyarakat
umum dan nilai-nilai politik atau moral.
2. Legitimasi demokratis
3. Legitimasi moral
b. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa

Sesuai Tap MPR No. VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika


kehidupan berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang bersifat
universal dan nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam pancasila sebagai acuan
dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Pembangunan moral politik yang berbudaya adalah untuk melahirkan
kultur politik yang berdasarkan kepada iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Kuasa, menggalang suasana kasih sayang sesama manusia Indonesia yang berbudi
luhur, yang mengindahkan kaidah musyawarah secara kekeluargaan yang bersih dan
jujur dan menjalin asa pemerataan keadilan.Pada hakikatnya etika politik tidak diatur
dalam hukum tertulis secara lengkap tetapi melalui moralitas yang bersumber dari hati
nurani, rasa malu kepada masyarakat, dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa,


bernegara, dan bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai
pedoman dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan
dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Etika Berbangsa dan Bernegara
a) Etika Sosial dan Budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai, dan tolong menolong di antara sesama manusia
dan anak bangsa.
Etika dalam budaya ini dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan
kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi. Caranya adalah dengan
menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang
bersumber dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi
dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi.
b) Etika Pemerintahan dan Politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih,
efisien, dan efektif, menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, ketersediaan untuk menerima
pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun
kelompok orang; serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika
pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa kepedulian
tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila
dirinya merasa telah melanggar kaidah dan system nilai ataupun dianggap
tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
c) Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi,
baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang
ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan
persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja
ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta terciptanya
suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha
bersama secara berkesinambungan. Hal itu bertujuan menghindarkan
terjadinya praktik-praktik monopoli (praktek monopoli ini menimbulkan suatu
persaingan usaha tidak sehat yang akhirnya berdampak pada melemahnya hak-
hak konsumen dan merugikan pelaku usaha lain), oligopoli (Praktek oligopoli
umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-
perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-
perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati
laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual
terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga di antara pelaku usaha yang
melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada), kebijakan ekonomi yang
bernuansa KKN ataupun rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi,
persaingan sehat, dan keadilan; serta menghindarkan perilaku menghalalkan
segala cara dalam memperoleh keuntungan.

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang


benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis
merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke
dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada
orang-orang yang ada di dalam organisasi.

d) Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan


Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk
menumbuhkan keasadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan
hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan
seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin
tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju kepada pemenuha rasa
keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
e) Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan
Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tingghi nilai-nilai ilmu
pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis dan
objektif. Etika ini etika ini ditampilkan secara pribadi dan ataupun kolektif
dalam perilaku gemar membaca, belajar, meneliti, menulis, membahas, dan
kreatif dalam menciptakan karya-karya baru, serta secara bersama-sama
menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan adanya etika maka nilai-nilai pancasila yang tercermin
dalam norma-normatik kehidupan berbangsa dan bernegara dapat kita
amalkan.
Untuk berhasilnya perilaku bersandarkan pada norma-norma etika
kehidupan berbangsa dan bernegara, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
sebagai berikut :

1) Proses penanaman dan pembudayaan etika tersebut hendaknya


menggunakan bahasa agama dan bahasa budaya sehingga menyentuh
hati nurani dan mengundang simpati dan dukungan seluruh
masyarakat. Apabila sanksi moral tidak lagi efektif, langkah-langkah
penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan konsisten.
2) Proses penanaman dan pembudayaan etika dilakukan melalui
pendekatan komunikatif, dialogis, dan persuasif, tidak melalui
pendekatan cara indoktrinasi.
3) Pelaksanaan gerakan nasional etika berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat secara sinergik dan berkesinambungan yang
melibatkan seluruh potensi bangsa, pemerintah ataupun masyarakat.
4) Perlu dikembangkan etika-etika profesi, seperti etika profesi hukum,
profesi kedokteran, profesi ekonomi, dan profesi politik yang
dilandasi oleh pokok-pokok etika ini yang perlu ditaati oleh segenap
anggotanya melalui kode etik profesi masing-masing.
5) Mengkaitkan pembudayaan etika kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat sebagai bagian dari sikap keberagaman, yang
menempatkan nilai-nilai etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat di samping tanggung jawab kemanusiaan juga sebagai
bagian pengabdian pada Tuhan Yang Maha Esa.
C. Pancasila Sebagai Etika Politik

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik
Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etika yang merupakan kesadaran
relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai Pancasila
itu diyakini kebenarannya, kesadaran etika juga akan lebih berkembang ketika nilai dan
moral Pancasila itu dapat di terapkan kedalam norma-norma yang di berlakukan di Indonesia.

Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat Pancasila terkandung didalamnya
suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai, Oleh karena itu
suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai yan bersifat
mendasar.

Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan
dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian
yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
hukum di Indonesia, Pancasila juga merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang
terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan
berasal dari bangsa Indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis).

Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun


praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum
baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih
lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan
maupun kebangsaan.

Pancasila Sebagai Etika Politik :

Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila berarti dasar. Jadi
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral.

Politik merupakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara
yang menyangkut proses tujuan penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti
dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.

D. Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia


1. Pancasila Sebagai Etika dalam Pemilu

Pelaksanaan pemilu merupakan wujud dari negara yang berkedaulatan rakyat


(demokrasi). Plaksanaan pemilu diatur dalam Pasal 22E UUD 1945 Pasca perubahan.
Pelaksanaan pemilu, termasuk pemilu kepala daerah (pemilukada) harus senantiasa
didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila, yaitu proses demokrasi harus dilaksanakan
dengan menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan yang beradab sehingga terwujud
keharmonisan dan pemerintahan negara yang demokratis.

Selanjutnya, pencasila mengatur kehidupan berdemokrasi dalam batang tubuh


UUD 1945. Hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pemilihan umum yang
demokratis yaitu harus senantiasa memegang teguh prinsip konstitusionalisme
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, yaitu Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

Prinsip demikian merupakan wujud enguatan berdemokrasi dan pembangunan


sistem etika, terutama dalam pelaksanaan pemilu. Artinya, apabila pelaksanaan
pemilu telah menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam UUD 1945 maka
pelaksanaan hasil pemilu perlu ditinjau ulang sehingga sesuai dengan prinsip
berdemokrasi yang dibangun dalam UUD 1945 sebagai generalisasi dari Pancasila
yang berkedudukan sebagai hukum tertinggi dalam sistem hukum di Indonesia. Upaya
untuk mengatasi berbagai kecurangan dalam pemilu, UUD 1945 mengatur
pelaksanaan pemilu demokratis, yaitu untuk menjaga konsistensi prinsip
konstitusionalisme agar pelaksanaan pemilu tetap berdasarkan pada koridor hukum
yang senantiasa menjunjung tinggi etika berpolitik, ditangani oleh lembaga peradilan
tata negara yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga pengawal konstitusi
(the guardian of the constitution). Implikasinya, pelaksanaan pemilu mengarah pada
prinsip sebagaimana diatur dalam UUD 1945 termasuk Pancasila.

2. Implementasi Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat

Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan
juga moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud
dengan nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal
dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan,
atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang
dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani
interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu
atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.
Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat
dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat norma dasar didalam
masyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan
adat istiadat. Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan
diasingkan ke daerah lain.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: PARADIGMA Yogyakarta

Syarifudin, Achmad. 2009. pancasila sebagai sistem etika.Pdf


Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Suseno Von Magnis, 1978, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern. PT. Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai