Anda di halaman 1dari 9

Gangguan Tidur pada Lansia

Pendahuluan
Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk
tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep
maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA).
Gejala dan tanda yang sering muncul sering kombinasi ketiganya, munculnya ada
yang sementara atau kronik.

Definisi Tidur
Tidur oleh Johnson dianggap sebagai salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Tidur
terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan
suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan
tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek
seperti pelupa, konfusi, dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk
waktu yang lama.

Gangguan Tidur
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan individual untuk tidur atau beristirahat
karena faktor internal.

* Siklus Tidur

Setelah pergi tidur, seseorang terlebih dahulu melewati tahap terjaga rileks yang
dicirikan dengan gelombang alfa. Orang tersebut kemudian melewati tahap-tahap
tidur dengan urutan: 1, 2, 3, 4, 3, 2, REM. Kemudian, tahap 2 dimulai kembali
kecuali jika orang tersebut terbangun, jika orang itu terbangun, dan kembali tidur,
yang merupakan hal yang sering terjadi pada lansia, maka tahap 1 akan dimulai
kembali. Dalam pola tidur normal, sekitar 70 sampai 90 menit setelah awitan tidur,
dimulailah periode REM pertama, bergantian dengan tidur NREM pada siklus 90
menit selama periode tidur noktural. Konsekuensi dari terbangun, seperti yang
terjadi untuk ke toilet di malam hari atau prosedur keperawatan, dapat
menimbulkan efek buruk pada fisiologis dan fungsi mental lansia.
Manifestasi Klinis
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, sebagaian besar lansia beresiko tinggi
mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Proses patologis terkait usia dapat
menyebabkan perubahan pola tidur. Gangguan tidur menyerang 50% orang yang
berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di
fasilitas perawatan jangka panjang. Gangguan tidur memengaruhi kualitas hidup
dan berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi.

Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang khas yang


membedakannya dari orang-orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut
mencakup kelatenan tidur terbangun pada dini hari, dan peningkatn jumlah tidur
siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga menurun.
Terdapat suatu hubungan antara peningkatan terbangun selama tidur dengan
jumlah total waktu yang dihabiskan untuk terjaga di malam hari. Hal tersebut
tampak sedbagai pengaturan tidur sirkadian yang efektif.

Di antara lansia yang sehat, beberapa diantaranya mengalami gejala-gejala yang


terkait dengan perubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun,
banyak juga lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang
mengalami gangguan tidur. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:

1. Penyakit psikiatrik, terutama depresi.


2. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeneratif neuro lainnya.
3. Penyakit Kardiovaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung.
4. Inkompetensi jalan napas atas.
5. Penyakit paru.
6. Sindrom nyeri.
7. Penyakit Prostatik.
8. Endokrinopati.
Macam Gangguan Tidur
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur
banyak terjadi di kalangan lansia.

*Insomnia
Insomnia adalah ketakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk
melakukannya. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola
tidur, biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam). Keluhan insomnia mencakup
ketidak mampuan untuk kembali tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk
kembali tidur dan terbangun pada dini hari. Karena insomnia merupakan gejala,
maka perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis
yang berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk. Insomnia terdiri dari tiga
jenis:

Jangka pendek: Berakhir beberapa minggu dan muncul akibat pengalaman


stress yang bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di
tempat kerja, atau takut kehilangan pekerjaan. Biasanya kondisi ini dapat hilang
tanpa intervensi medis setelah orang tersebut beradaptasi terhadap stressor.
Sementara: Episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan
oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet Lag, kontruksi bangunan yang
bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.
Kronis: Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan
obat tidur berlebihan, penggunaan alkohol berlebihan, gangguan jadwal tidur
bangun, dan masalah kesehatan lainnya. Empat puluh persen insomnia kronis
disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah, atau
nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis biasanya memerlukan intervensia
psikiatrik atau medis.
*Hipersomnia

Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam periode 24 jam, dengan
keluhan tidur berlebihan. Penyebab hiperinsomnia masih bersifat sspekulatif tetapi
dapat berhubungan dengan ketidakefektifan, gaya hiduo yang membosankan, atau
depresi. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten,
mengalami serangan tidur, tampak mabuk atau komatose, atau mengalami
mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan, dan kesulitan
mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.

*Apne Tidur

Apnea Tidur adalah berhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan ini di


identifikasi dengan gejala mendengkur, berhentinya pernapasan minimal 10 detik,
dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Selama tidur, pernapasan dapat
berhenti paling banyak 300 kali, dan episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai
90 detik. Pria dewasa dengan riwayat mendengkur yang keras dan intermiten, yang
juga obesitas dengan leher yang pendek dan besar biasanya beresiko mengalami
apnea tidur. Gejala apnea tidur antara lain adalah:

Dengkuran yang keras dan periodik.


Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam
tidur, terjatuh dari tempat tidur.
Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (noctural waking).
Perubahan memori.
Depresi.
Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.
Nokturia.
Sakit kepala di pagi hari.
Ortopnea akibat apnea tidur.
Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan,
dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan
jaringan di area faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan
obat-obatan yang dapat memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan
bantal tambahan atau tidur di kursi.

Semua tindakan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi


yang disebabkan oleh apnea.

Penatalaksanaan
* Pencegahan Primer

Sebelas peraturan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil
diidentifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.

1. Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari
berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihnya waktu
yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang
terputus-putus dan dangkal.
2. Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
3. Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur, namun,
latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur
pada malam berikutnya.
4. Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis, bunyi pesawat melintas)
dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya
dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat
membantu bagi orang-orang yanh harus tidur di dekat kebisingan.
5. Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tida
ada bukti yang menunjukkn bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu
tidur.
6. Rasa lapar menggau tidur, kudapan ringan dapat membantu tidur.
7. Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat
menguntungkan, namun penggunaannya yang kronis tidak efektif pada
kebanyakan penderita insomnia.
8. Kafein di malam hari dapat menggau tidur, meskipun pada prang-orang yang
tidak berfikir demikia.
9. Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah,
tetapi tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.
10. Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak
boleh berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan
melakukan hal lain yang berbeda.
11. Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur.
* Pencegahan sekunder

Seperti biasa, memvalidasi riwayat pengkajian dengan anggota keluarga atau


pemberian perawatan merupakan hal yang penting untuk memastikan ke akuratan
dan pengkajian jika pasien dianggap tidak kompeten untuk memberi laporan sendiri.

Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi
lansia di rumahnya sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang
masalah tidur. Untuk mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang
dialami lansia di rumah atau di fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus
dibuat selama 3 sampai 4 minggu. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor
berikut ini:

Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak


dapat tidur, atau menggunakan kamar mandi.
Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
Berapa kali orang tersebut terbangun atau memberi perawatan.
Terjadinya konfusi atau disorientasi.
Penggunaan obat tidur.
Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.

* Pencegahan Tersier

Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,
kondisi pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti
pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan memengaruhi jalan napas.
Saat ini sudah banyak pusat-pusat gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara
untuk membantu mengevaluasi gangguan tidur. Tempat-tempat tersebut, yang
biasanya berkaitan dengan lembaga penelitian dan kedokteran klinis atau
universitas, dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi
rekaman listrik di otak dan obstruksi pernapasan. Data-data tersebut membantu
menentukan pengobatan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi
lansia sehingga ia dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir
hidupnya.

Penatalaksanaan Terapiutik
Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan kenormalan
pola tidur:

Pergi tidur hanya jika mengantuk.


Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan membaca, menonton
televisi, atau makan di tempat tidur.
Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai
anda benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur
masih tidak biasa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur.
Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat.
Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.
Siapkan alrm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa
mempedulikan berapa banyak anda tidur di malam hari. Hal ini dapat membantu
tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.
Jangan tidur di siang hari.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian:

Aktivitas dan pola kerja di siang hari.


Waktu tidur normal.
Lama tidur yang biasa diperlukan.
Masalah yang berkaitan dengan tidur, meliputi terbangun pada dini hari,
jatuh tidur, mimpi buruk, tidur berjalan, tidur terus, tidur sebentar.
Kualitas tidur.
Lingkungan tidur.
Aktivitas yang berkaitan dengan tidur, meliputi mandi, minum, makan,
pengobatan.
Kepercayaan pribadi tentang tidur.
Konsumsi zat kimia, seperti alkohol, kafein, hipnotik, nikotin.

Diagnosa: gangguan pola tidur b.d psikologis


Intervensi:

1. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin


menghalangi tidur.
2. Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan psien tidur
tanpa terganggu selama beberapa jam.
3. Berikan bantuan tidur kepada pasien, seperti bantal, mandi sebelum tidur,
makanan atau minuman dan bahan bacaan.
4. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur.
5. Berikan pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur
normal pasien.
6. Minta pasien setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.
7. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tehnik relaksasi seperti
imjinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, dan meditasi.
Rasional

1. Mendengar aktif dapat membantu menentukan penyebab kesulitan tidur.


2. Tindakan ini memungkinkan asuhan keperawatan yang konsisten dan
memberikan waktu untuk tidur tanpa terganggu.
3. Susu dan beberapa kudapan tinggi protein, seperti keju dan kacang,
mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah tidur.
4. Tindakan ini dapar mendorong istirahat dan tidur.
5. Agens hipnotik memicu tidur, obat penenang menurunkan ansietas.
6. Tindakan ini membantu mendeteksi adanya gejala perilaku yang b.d tidur.
7. Upaya relaksasi yang bertujuan biasanya dapat membantu meningkatkan
tidur.

DAFTAR PUSTAKA
Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.

Suratum . 2008 . Seri Askep Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal . Jakarta :


EGC.

Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan .


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai