Model juga dikategorikan dalam tiga macam model yaitu model statis,
model statis komparatif dan model dinamis. Model statis menggambarkan
fenomena kejadian pada saat ini. Model statis komparatif merupakan model yang
membandingkan beberapa fenomena dengan kejadian yang berbeda dalam suatu
waktu. Model dinamis merupakan model yang dapat dikembangkan untuk
menunjukkan perubahan over time permintaan dan pasokan. Model ini juga
merefleksikan perubahan melalui simulasi ataupun berdasarkan waktu real dan
menghitung komponen secara konstan dengan memasukkan beberapa alternatif
tindakan yang akan datang (McGarney dan Hannon 2004).
6
Pada hakekatnya, ilmu sistem memusatkan perhatian kepada model
simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang sedang dikaji. Format model
simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol, dan rumus. Jenis model simbolik
yang umum dipakai adalah suatu persamaan. Bentuk persamaan adalah tepat,
singkat, dan mudah dimengerti. Simbol persamaan tidak saja mudah
dimanipulasi daripada kata-kata, namun juga lebih cepat ditangkap
maksudnya.
Model yang dirancang dalam penelitian ini berupa model analog
berdasarkan kategori umum jenis model. Model ini dikategorikan analog karena
rancangan model ini mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan yang berubah
terhadap waktu yaitu di mana terdapat sistem boundary yang membatasi
pemasokan bahan baku dengan waktu panen.
Sistem yang telah diekspresikan pada notasi matematik dan format
bersamaan, timbullah keuntungan dari fasilitas manipulatif dari matematik.
Seorang analis dapat memasukkan nilai-nilai yang berbeda dalam model
matematik dan kemudian mempelajari perilaku dari sistem tersebut. Pada
pengkajian tertentu, sensitivitas dari sistem dilakukan dengan perubahan dari
input sistem itu sendiri. Bahasa simbolik ini juga membantu dalam komunikasi
karena pernyataan yang singkat dan jelas daripada deskripsi lisan.
Pemodelan diawali dengan menguraikan seluruh komponen yang akan
mempengaruhi efektivitas dari operasi suatu sistem. Setelah daftar komponen
tersebut lengkap, langkah selanjutnya adalah penyaringan komponen mana yang
akan dipakai dalam pengkajian tersebut. Hal ini umumnya sulit karena adanya
interaksi antar peubah yang seringkali mengaburkan proses isolasi satu peubah.
Peubah yang dipandang tidak penting ternyata mempengaruhi hasil studi setelah
proses pengkajian selesai. Hal ini dapat dihindari melalui percobaan pengujian
data guna memilih konponen kritis. Setelah itu, dibentuk gugus persamaan yang
dapat dievaluasi dengan mengubah-ubah komponen tertentu pada batas yang ada.
Tahap pemodelan pada pendekatan siatem lebih kompleks namun relatif
tidak banyak ragamnya ditinjau baik dari jenis sistem ataupun kecanggihan
model. Permodelan abstrak menerima input berupa alternatif sistem yang layak.
Proses ini membentuk dan mengimplementasikan model-model matematik yang
7
dimanfaatkan guna merancang program terpilih untuk dipraktekkan di dunia nyata
pada tahap berikutnya. Output utama dari tahap ini adalah deskripsi terperinci dari
keputusan yang diambil berupa perencanaan, pengendalian, dan kebijakan
lainnya.
Penyelesaian pemodelan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu
optimasi standar, meta-heuristik dan simulasi. Philport dan Everett (2001)
melakukan optimasi standar untuk menyelesaikan permasalahan rantai pasokan
dengan tujuan maksimisasi pendapatan dengan kendala-kendala kapasitas
produksi, bahan baku dan permintaan. Demikian halnya dengan Wouda et al.
(2002) menggunakan programa linier bulat campuran untuk masalah alokasi
lokasi. Model ini melibatkan banyak variabel, dan diselesaikan dengan program
linier umum dengan tujuan minimisasi biaya. Optimasi yang menggunakan meta-
heuristik dilakukan oleh Yandra et al. (2007) dengan mengembangkan model
obyektif majemuk dengan total biaya rantai pasok dan jumlah produk yang rusak.
Model programa matematis ini diselesaikan dengan menggunakan integrasi
algoritma genetika dan logika fuzzy. Penyelesaian model dengan teknik simulasi
dilakukan oleh Djohar et al. (2003) dalam manajemen rantai pasok untuk
agroindustri kelapa sawit kasar. Teknik-teknik yang digunakan untuk membangun
model yaitu regresi tunggal untuk pola pasokan tandan buah segar, metode rerata
bergerak untuk perkiraan permintaan minyak sawit kasar, dan selanjutnya
dirangkai dalam suatu model simulasi.
Model dinamis mampu menelusuri jalur waktu dari peubah-peubah model.
Model dinamik lebih sulit dan mahal pembuatannya, namun memberikan
kekuatan yang lebih tinggi pada analisis dunia nyata. Pemilihan model tergantung
pada tujuan dari pengkajian sistem dan terlihat jelas pada formulasi permasalahan
pada tahap evaluasi kelayakan. Sifat model juga tergantung pada teknik
pemodelan yang dipakai. Model yang mendasarkan pada teknik peluang dan
memperhitungkan ketidakpastian disebut model probabilistik atau model
stokastik. Dalam mengkaji suatu sistem, model ini sering digunakan karena
perihal yang dikaji umumnya mengandung keputusan yang tidak tentu. Kebalikan
dari model ini adalah model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan peluang
kejadian atau dikenal dengan model deterministik. Contohnya adalah model pada
8
program linear. Model ini memusatkan penelaahannya pada faktor-faktor kritis
yang diasumsikan mempunyai nilai eksak dan tertentu pada waktu yang spesifik..
Metodologi dinamika sistem pada dasarnya menggunakan hubungan-
hubungan sebab-akibat (causal) dalam menyusun model suatu sistem yang
kompleks, sebagai dasar dalam mengenali dan memahami tingkah laku dinamis
sistem tersebut. Penggunaan metodologi dinamika sistem lebih ditekankan kepada
tujuan-tujuan peningkatan pengertian tentang bagaimana tingkah laku sistem
muncul dari strukturnya. Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan
menggunakan metodologi dinamika sistem adalah masalah yang:
1. mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu)
2. struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan-balik
(feedback structure).
9
kesahihan model telah dapat dicapai, simulasi selanjutnya dapat digunakan untuk
merancang kebijakan-kebijakan yang efektif.
Beberapa hal yang dapat melengkapi variable stock dan aliran, dalam
memodelkan dinamika sistem dikenal juga variable lain berupa auxilary,
konstanta (constant) dan tundaan (delay). Auxilary merupakan variabel yang bisa
berubah seiring dengan waktu, perubahannya dapat disebabkan atas hubungan-
hubungan sebab-akibat yang terjadi antara variabel dalam model atau pun akibat
10
variabel dari luar secara independen. Konstanta merupakan variabel dengan nilai
tetap yang tidak berubah sepanjang waktu, sedangkan tundaan adalah variabel
waktu pada perilaku perubahan yang tidak serta-merta (tertunda) atas proses yang
terjadi dalam hubungan-hubungan antar struktur hingga mempengaruhi perilaku
model.
11
metode ini diilustrasikan seperti sebuah simulasi dalam kokpit pesawat bagi
manajemen untuk memahami dalam belajar dinamika yang kompleks,
memamhami sumber resistensi (hambatan) dalam kebijakan dan merancang
kebijakan yang lebih efektif. Pemahaman kekompleksan tersebut maka sistem
dinamik didasarkan atas teori dinamika non linier dan kontrol umpan balik yang
dikembangkan dalam disiplin ilmu matematika, fisika dan kerekayasaan.
12
Lingkar umpan-balik (feedback loop) tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat
variabel-variabel yang melingkar, bukan manyatakan hubungan karena adanya
korelasi-korelasi statistik.
Hubungan sebab-akibat antar sepasang variabel harus dipandang bila
hubungan variabel lainnya terhadap variabel tersebut di dalam sistem dianggap
tidak ada. Sedangkan suatu korelasi statistik antara sepasang variabel diturunkan
dari data yang ada dalam keadaan variabel tersebut mempunyai hubungan dengan
variabel lainnya di dalam sistem dan kesemuanya berubah secara simultan.
Rancangan causal-loop diagram (CLD) biasanya digunakan dalam system
thinking (berpikir sistemik) untuk mengilustrasikan hubungan cause-effect (sebab-
akibat). Hubungan feedback (umpan-balik) bisa menghasilkan perilaku yang
bervariasi dalam sistem nyata dan dalam simulasi sistem nyata.
(2) Stock (Level) dan Flow (Rate)
Dalam merepresentasikan aktivitas dalam suatu lingkar umpan-balik,
digunakan dua jenis variabel yang disebut sebagai stock (level) dan flow (rate).
Level menyatakan kondisi sistem pada setiap saat. Dalam kerekayasaan
(engineering) level sistem lebih dikenal sebagai state variable system. Level
merupakan akumulasi di dalam sistem.
Persamaan suatu variabel rate merupakan suatu struktur kebijakan yang
menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada
informasi yang tersedia di dalam sistem. Rate inilah satu-satunya variabel dalam
model yang dapat mempengaruhi level.
(3) Delay (tunda)
Delay terjadi dimanapun di dunia nyata. Adanya delay menghasilkan
sesuatu hal yang menarik pada perilaku kompleks sistem, ketika sistem tersebut
tidak memiliki feedback dan kompleksitas cause-effect yang terbatas.
(4) nonlinearity (non linearitas)
Pendekatan sistem dinamik merepresentasikan dinamika perubahan state
dari sistem dan menghasilkan isyarat-isyarat sebagai keluarannya. Isyarat-isyarat
ini diformulasikan ke dalam model keputusan dan kemudian bersama dengan
isyarat dari lingkungannya menjadi feedback bagi dinamika sistem itu sendiri.
Model secara prinsip masih dikatakan berbasis linear thinking di mana kausalitas
13
diasumsikan terjadi secara serial sehingga penyebab pertama dari rangkaian
sebab-akibat ini sering bukanlah sumber masalahnya.
Penggunaan pendekatan sistem dinamik maka keputusan-keputusan dan
kebijakan yang dibuat serta reaksi dari lingkungannya akan direpresentasikan ke
dalam causal-loop diagram, menggunakan stock-flow model sehingga akhirnya
dapat disimulasikan dengan komputer.
Suatu fenomena dinamis dimunculkan oleh adanya struktur fisik dan
struktur pembuatan keputusan yang saling berinteraksi. Struktur fisik dibentuk
oleh akumulasi (stock) dan jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan.
Sedangkan struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi (stock) dan
jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor (manusia) dalam sistem
yang menggambarkan kaidah-kaidah proses pembuatan keputusannya. Proses
pembuatan keputusan menyangkut fenomena-fenomena yang dinamis.
Metode sistem dinamik erat kaitannya tentang tendensi-tendensi dinamik
sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan
oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Penggunaan metodologi sistem
dinamik lebih ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang
bagaimana tingkah laku muncul dari struktur dalam sistem tersebut. Pemahaman
ini sangat penting dalam perancangan kebijakan yang efektif.
Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan metodologi
sistem dinamik adalah masalah yang mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap
waktu); dan struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur
umpan-balik (feedback structure). Penggunaan metodologi sistem dinamik yang
dimodelkan adalah struktur informasi sistem yang didalamnya terdapat aktor-
aktor, sumber-sumber informasi, dan jaringan aliran informasi yang
menghubungkan keduanya. Analogi fisik dan matematik untuk struktur informasi
itu dapat dibuat dengan mudah. Sebagai suatu analogi fisik, sumber informasi
merupakan suatu tempat penyimpanan (storage), sedangkan keputusan merupakan
aliran yang masuk ke atau keluar dari tempat penyimpanan itu. Dalam analogi
matematik, sumber informasi dinyatakan sebagai variabel keadaan (state
variable), sedangkan keputusan merupakan turunan (derivative) variabel keadaan
tersebut.
14
Dengan demikian, model yang dibentuk untuk tujuan seperti di atas
haruslah memenuhi syarat-syarat berikut:
1. adanya efek suatu intervensi (kebijakan), dalam bentuk perilaku,
merupakan suatu kejadian berikutnya, maka untuk melacaknya unsur
(elemen) waktu perlu ada (dinamik);
2. Mampu mensimulasikan bermacam intervensi dan dapat memunculkan
perilaku sistem karena adanya intervensi tersebut;
3. Memungkinkan mensimulasikan suatu intervensi yang efeknya dapat
berbeda secara dramatik dalam jangka pendek dan jangka panjang
(kompleksitas dinamik);
4. Perilaku sistem di atas dapat merupakan perilaku yang pernah dialami dan
teramati (historis) ataupun perilaku yang belum pernah teramati (pernah
dialami tetapi tidak teramati atau belum pernah dialami tetapi
kemungkinan besar terjadi); dan
5. Mampu menjelaskan mengapa suatu perilaku tertentu (transisi yang sukar
misalnya) dapat terjadi.
Dalam hubungannya dengan kesahihan (validity) model, suatu model haruslah
sesuai (cocok) dengan kenyataan (realitas) empirik yang ada.
Metode ini menyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai banyak
titik kontak (points of contact) dengan kenyataan (reality) dan pembandingan
yang berulang kali dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak
tersebut haruslah membuat model menjadi robust.
Adapun prinsip-prinsip untuk membuat model dinamik dengan ciri-ciri
seperti yang diuraikan di atas menurut Sterman (2000) adalah sebagai berikut:
1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus
dibedakan di dalam model;
2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat
direpresentasikan di dalam model;
3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam model harus dibedakan;
4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem
yang harus digunakan dalam pemodelan keputusannya;
15
5. Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model haruslah sesuai (cocok)
dengan praktek-praktek manajerial; dan
6. Model haruslah tetap tegap (robust) dalam kondisi-kondisi ekstrim.
16
Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik diawali dan diakhiri dengan
pemahaman sistem dan permasalahannya sehingga membentuk suatu lingkaran
tertutup.
Pemodelan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan. Model
digambarkan sebagai suatu sistem yang dibatasi. Sistem yang dibatasi ini
merupakan sistem yang meliputi semua konsep dan variabel yang saling
berhubungan dengan permaslahan dinamik yang ditentukan. Permasalahan dalam
sistem dinamik dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh dari luar, namun dianggap
disebabkan oleh struktur internal dari sistem. Tujuan metodologi sistem dinamik
berdasarkan filosofi kausal (sebab akibat) adalah mendapatkan pemahaman
mendalam tentang tata cara kerja suatu sistem (Asyiawati 2002).
Proses pemodelan terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut (Sterman
2000):
1. Perumusan masalah dan pemilihan batassan dunia nyata. Tahap ini
meliputi kegiatan pemilihan tema yang akan dikaji, penentuan variabel
kunci, rencana waktu untuk mempertimbangkan masa depan yang jadi
pertimbangan serta seberapa jauh kejadian masa lalu dari akar masalah
tersebut dan selanjutnya mendefinisikan masalah dinamisnya.
2. Formulasi hipotesis dinamis dengan menetapkan hipotesis berdasarkan
pada teori perilaku tergadap masalahnya dan membangun peta struktur
kausal melalui gambaran model mental pemodel dengan bantuan alat-alat
seperti causal loop diagram. Stock flow diagram, dan alat bantu lainnya.
Model mental adalah asumsi yang sangat dalam melekat, umum atau
bahkan suatu gambaran dari bayangan atau citra yang berpengaruh pada
bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan
(Senge 1995).
3. Tahap formulasi model simulasi dengan membuat spesifikasi struktur,
aturan keputusan, estimasi parameter dan uji konsistensi dengan tujuan
dan batasan yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Pengujian meliputi pengujian melalui pembandingan dari model yang
dijadikan referensi, pengujian kehandalan (robustness) dan uji
sensistivitas.
17
5. Evaluasi dan perancangan kebijakan berdasarkan skenario yang telah
diujicobakan dari hasil simulasi. Perancangan kebijakan
mempertimbangkan analisis dampak yang ditimbulkan, kehandalan model
pada skenario yang berbeda dengan tingkat ketidakpastian yang berbeda
pula serta keterkaitan antar kebijakan agar dapat bersinergi.
Tahapan-tahapan pemodelan :
7. jalankan model
18
perilaku model yang selaras, di mana hubungan sebab akibatnya sama dengan
atau seperti yang ada pada sistem sebenarnya (Eriyatno 1998).
Simulasi diartikan sebagai aktivitas di mana pengkaji dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem, melalui penelaahan
perilaku model yang selaras, di mana hubungan sebab akibatnya sama dengan
atau seperti yang ada pada sistem sebenarnya (Eriyatno 1998). Alat yang
digunakan adalah stock flow diagram (SFD) sebagai konsep sentral dalam teori
sistem dinamik. Stock merupakan akumulasi atau pengumpulan dan karakteristik
keadaan sistem dan pembangkit informasi di mana aksi dan keputusan
didasarkan. Stock ini digabungkan dengan rate atau flow sebagai aliran informasi,
sehingga stock menjadi sumber ketidakseimbangan dinamik dalam sistem. Basis
penentuan nilai dari stock dan flow berdasarkan persamaan matematik integral dan
differensial.
Perilaku model sistem dinamis ditentukan oleh keunikan dari struktur
model, yang dapat dipahami dari hasil simulasi model. Dengan simulasi akan
didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi dalam sistem,
sehingga dapat dilakukan analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses
tersebut di masa depan. Simulasi dilakukan dengan memasukkan faktor
kebijakan/intervensi kebijakan (sesuai skenario yang diinginkan) ke dalam model
yang telah dibangun. Perubahan kebijakan akan berpengaruh terhadap variabel
yang lain sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi kinerja sistem.
Kondisi ini merupakan gambaran tentang kondisi riil yang mungkin terjadi. Hasil
dari perubahan ini akan diamati pada tabel atau grafik variabel yang diinginkan.
Simulasi digunakan untuk membuat peramalan secara terintegrasi mengenai
fenomena perilaku sistem yang akan terjadi berdasarkan nilai-nilai peubah dari
model (Pramudya 1989).
Simulasi merupakan salah satu kegiatan dalam analisis sistem yang secara
garis besar meliputi tiga kegiatan:
1. Merumuskan model yang menggambarkan sistem dan proses yang terjadi di
dalamnya;
2. Melakukan eksperimen;
3. Menggunakan model dan data untuk memecahkan masalah.
19
Titik tolak pemodelan dengan simulasi adalah menyederhanakan sistem
nyata yang hanya memperhatikan beberapa bagian atau sifat utama yang memiliki
hubungan sebab akibat dari sistem sebenarnya. Definisi ini sejalan dengan
pemikiran Pegden (1991) dalam Suryadi dan Ramdhani (2002) yang
mendefinisikan simulasi sebagai proses desain model suatu sistem nyata dan
melakukan eksperimen terhadap model tersebut dengan tujuan untuk memahami
keadaan sistem dan atau mengevaluasi berbagai strategi operasi dalam sistem.
Emshorf dan Simon (1970) dalam Suryadi dan Ramdhani (2002) mendefinisikan
simulasi sebagai suatu model sistem di mana komponennya dipresentasikan oleh
proses-proses aritmatika dan logika yang dijalankan pada komputer untuk
memperkirakan sifat-sifat dinamis sistem tersebut. Simulasi menyangkut
pembangkitan proses serta pengamatan dari proses untuk menarik kesimpulan dari
sistem yang diwakili.
Simulasi juga merupakan prosedur kuantitatif yang menggambarkan suatu
proses dengan mengembangkan modelnya dan menerapkan serangkaian ujicoba
terencana untuk memprediksikan tingkah laku proses sepanjang waktu (Lari
2003). Menurut Gottfried (1984) simulasi adalah suatu aktivitas untuk menarik
perilaku suatu sistem dengan mempelajari perilaku model yang memiliki
kesamaan dengan sistem. Model simulasi menurut Eppen dan Gould (1984)
adalah serangkaian operasi yang bersifat logis dan matematis yang dilengkapi
dengan ukuran ketepatan nilai-nilai parameter ataupun keputusan. Menurut
Borowski dan Borwein (1989) simulasi adalah teknik untuk membuat konstruksi
model matematika untuk suatu proses atau situasi dalam rangka menduga secara
karakteristik atau menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menggunakan
model yang diajukan.
Simulasi juga dilakukan dengan menggunakan bahasa program dalam
beberapa software program komputer yang dirancang untuk kebutuhan simulasi
seperti Dynamo, AutoMod II, ProModel, Simfactory II.5, Witness, XCELL+,
-Powersim, Stella dan lain-lain. Perangkat lunak dalam pemodelan sistem dinamik
tersebut merupakan alat bantu yang dapat memudahkan pemodel dalam
menerjemahkan bahasa causal loop diagram ke dalam stock flow diagram. Stock
flow diagram harus dilengkapi dengan persamaan matematika dan nilai awal
20
untuk aktivitas simulasi. Stock flow diagram sebagai konsep sentral dalam teori
sistem dinamik. Stock adalah akumulasi atas pengumpulan dan karakteristik
keadaan sistem dan pembangkit informasi di mana aksi keputusan didasarkan
padanya. Stock digabungkan dengan rate atau flow sebagai aliran informasi,
sehingga stock menjadi sumber ketidakseimbangan dinamis dalam sistem.
Perangkat pemodelan sistem dinamis juga dilengkapi berbagai kemudahan
seperti tampilan yang mudah dimengerti sehingga memudahkan pemodel bagi
pemodel taupun pemakai yang tidak mengerti secara teknis sekalipun. Stella yang
dipakai dalam penelitian ini merupakan suatu pernagkat lunak yang dibuat atas
dasar model sistem dinamis dengan kemampuan yang tinggi dalam melakukan
simulasi.
Rantai Pasokan
Rantai pasokan menurut Clark and Scarf (1960) dalam Lee and Wang
(1999) merupakan suatu rangkaian dari beberapa lokasi yang harus dilewati suatu
material sebelum pada akhirnya sampai kepada konsumen. Rantai pasokan ini
mencerminkan suatu sistem penyimpanan multi eselon dalam suatu rangkaian
kebijakan kontrol optimalnya dengan karakteristik tertentu. Menurut Simchi-Levi
et al. (2003), masalah kunci yang terkait dalam pengelolaan rantai pasokan terdiri
dari konfigurasi jaringan distribusi, pengendalian inventori, kontrak pemasokan,
strategi distribusi, integrasi rantai pasokan dan kemitraan strategis, strategi
perantaraan (procurement) dan outsourcing, desain produk, teknologi informasi
dan sistem penunjang keputusan serta penilaian pelanggan. Pengelolaan rantai
pasokan tidak hanya dilakukan agar seluruh bagian sistem memberikan kinerja
keseluruhan yang efektif, tetapi juga efisien.
Menurut Vorst (2004) rantai pasokan adalah jejaring fisik dan aktivitas
pengambilan keputusan yang terkait dengan aliran bahan dan informasi yang
melintasi batas-batas perusahaan. Menurut Vidal & Goetschalckx (1997),
rancangan rantai pasokan mengharuskan keputusan yang terkait dengan beberapa
hal, yaitu:
Jumlah, lokasi, kapasitas dan tipe pabrik dan gudang yang akan digunakan.
Kumpulan pemasok yang akan dipilih.
Saluran transportasi yang akan digunakan.
21
Jumlah bahan baku dan produk yang akan diproduksi dan pengiriman ke
sejumlah pemasok, pabrik, gudang dan pelanggan.
Jumlah bahan baku, produk lanjutan dan produk akhir yang perlu disimpan
sebagai persediaan di beberapa lokasi.
Istilah manajemen rantai pasokan dipopulerkan pertama kalinya pada
tahun 1982 sebagai pendekatan manajemen persediaan yang ditekankan pada
pasokan bahan baku. Pada tahun 1990-an isu manajemen rantai pasok telah
menjadi agenda para manajer sebagai kebijakan strategis perusahaan. Hal ini juga
didasari adanya kesadaran bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh
aliran barang dari pemasok hingga pengguna akhir. Ada beberapa tahapan yang
harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok bahan baku,
pabrik, distributor, retail dan konsumen akhir.
22
rantai pasokan mengharuskan keputusan yang terkait dengan lokasi, pemasok,
transportasi dan manajemen pasokan bahan baku. Berdasarkan hal ini maka
manajemen rantai pasok harus dapat mengintegrasikan aspek-aspek tersebut
dalam proses pengambilan keputusannya.
23
h. Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian
persediaan.
Menurut Pujawan (2008) terdapat beberapa hal yang menjadi area cakupan
utama rantai pasokan yaitu :
1. pengembangan produk
2. pengadaan
3. perencanaan dan pengendalian
4. operasi/produksi
5. pengiriman/distribusi
Menurut Marshal Fisher dalam Pujawan (2008), kegiatan rantai pasokan
dibedakan menjadi dua yaitu: aktivitas fisik dan aktivitas mediasi pasar. Kegiatan
aktivitas fisik meliputi sourcing (mencari bahan baku), produksi, penyimpanan
material/produk, distribusi/transportasi, pengembalian produk (return). Aktivitas
mediasi pasar meliputi riset pasar, pengembangan produk, penetapan harga diskon
dan pelayanan purna jual.
Keunggulan kompetitif dengan adanya suatu manajemen rantai pasokan
adalah suatu aliran barang atau produk dalam rantai pasokan dapat dikelola.
Model dari rantai pasokan mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan
produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk
memenuhi tuntutan konsumen. Tujuan utama dari manajemen rantai pasokan
adalah penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu untuk memuaskan
konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai
pasokan (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan
perencanaan dan distribusi.
24
2. Apakah produk dan jasa dapat sampai kepada pengguna dalam jumlah yang
tepat, pada waktu yang tepat, dan pada lokasi yang tepat?
Pengolahan
Penyimpanan Pengolahan
Penggudangan/ distribusi
25
Konsumen
Pesanan
Permintaan pengapalan
Pusat distribusi
Pemasok
26
melalui sistem kontrak dengan perjanjian pembelian sebelum transaksi penjualan
dilakukan. Masing-masing sistem ini dapat diterapkan masing-masing atau
kombinasi. Faktor prinsip untuk memutuskan pemilihan sistem pada pengadaan
ini adalah biaya, kontrol dan fleksibilitas. Alternatif tersebut memberikan
implikasi dengan memperhatikan biaya, kontrol dan fleksibilitas seperti pada tabel
di bawah ini :
Tabel 1 Implikasi Pemilihan Alternatif dalam Sistem Pasokan Bahan Baku
No Faktor Perusahaan Perusahaan membeli Bahan baku Perusahaan
memproduksi sendiri di bawah kontrak membeli
bahan Baku
di Pasar
terbuka
1 Biaya Biaya produksi penuh Biaya administrasi kontrak Harga
termasuk tanah, pembelian
perbaikan, dan modal bahan baku
peralatan
Penambahan Risiko dari biaya yang tidak
sumberdaya yang diperoleh kembali pada :
dibutuhkan untuk pengadaan dan distribusi input
mengatur tenaga kerja tenaga ahli
dan fungsi produksi pelayanan konsumen
tambahan biaya
2. Kontrol Pengendalian Keadaan pertumbuhan bahan yang Tidak ada, atau
maksimum di atas berlebihan atau input lain, melalui insentif
fungsi produksi, dengan husbandry, dan delivery lain
kendala sumberdaya
yang dapat digunakan
Maksimum eksposure Pengurangan resiko jumlah, kualitas
dari resiko bencana dan waktu pada pemasokan
alam
3. Fleksibilitas Dibatasi oleh investasi Perubahan dilakukan dalam jangka Sangat
dalam produksi dan term kontrak fleksibel
Sumber : (Pujawan, 2008)
27
berasal dari pemasok, dan ketidakpastian internal. Manajemen rantai pasokan
dapat memberikan sebuah gambaran yang lengkap, dan berdasarkan data yang
nyata dan perbandingan berbagai situasi virtual agar pasokan berjalan wajar.
Optimasi secara keseluruhan kapasitas produksi dengan prinsip-prinsip
bisnis yang sehat dan rencana operasional untuk membuat perintah
memaksimalkan keuntungan dan memenuhi berbagai tingkat pelanggan, dengan
menjamin kepentingan strategis pelanggan dan mitra untuk memastikan
pertumbuhan yang berkelanjutan dari perusahaan. Manajemen rantai pasokan
dalam bisnis proses manufaktur dapat memilah agar dapat meningkatkan rantai
pasokan sesuai dengan efisiensi operasional secara keseluruhan dari prinsip
kesatuan operasi.
Verifikasi dan Validasi
28
Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi
dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika
kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi
di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut
digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta kecenderungan di
masa depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk
merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang.
Suatu model dikatakan valid jika struktur dasarnya dan polanya dapat
menggambarkan perilaku sistem nyata, atau dapat mewakili dengan cukup akurat,
data yang dikumpulkan sehubungan dengan sistem nyata atau asumsi yang dibuat
berdasarkan referensi sesuai cara sistem nyata bekerja. Walaupun validasi suatu
sistem sangat dibatasi oleh model mental dari pemodel, namun demikian untuk
memenuhi kaidah keilmuan, pada suatu sistem dinamik tetap tetap harus
dilakukan uji validasi. Dalam pengujian validasi suatu model, saat ini terdapat
beberapa teknik.
Selain itu, validasi model ini dilakukan pula terhadap kinerja atau keluaran
model, yaitu membandingkan hasil keluaran model yang dirancang dan data
lapangan pada periode waktu selama 10 tahun. Validasi kinerja ini dapat
dilakukan dengan memverifikasi grafik keluaran model dan membandingkannya
dengan grafik kecenderungan (trend) perubahan dari data lapangan berdasarkan
suatu seri data, atau dengan memverifikasi data lapangan berdasarkan perhitungan
standar penyimpangan data (root mean square error) pada masing-masing level
keluaran model dengan tingkat perbedaan maksimal dari nilai rata-rata data
empirik sebesar 10% berdasarkan persamaan standar deviasi.
Model dinyatakan valid jika hasil pengujian (verifikasi) sesuai dengan data
lapangan. Hasilnya dianggap dapat digunakan untuk mensimulasikan atau
memproyeksikan keadaan perubahan yang diperkirakan terjadi untuk periode
selama 10 tahun ke depan. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah uji
keyakinan yang dipaparkan oleh R.G Coyle dalam System Dinamics Modeling: A
Practical Approach (1996):
1. Causal Loop diagram harus berhubungan dengan permasalahan,
29
2. Persamaan harus disesuaikan dengan causal loop diagram khususnya tanda +
atau harus konsisten di antara persamaan dengan causal loop.
3. Dimensi dalam model harus valid,
4. Model tidak menghasilkan nilai yang tidak masuk akal, seperti stok negatif,
5. Perilaku model harus masuk akal, artinya apabila ada sesuatu yang seharusnya
terjadi, maka harus sesuai dengan apa yang diharapkan dari model tersebut,
6. Massa model harus balance, artinya total kuantitas yang telah masuk dan
keluar dari proses sistem tetap dapat dijelaskan.
30
Utara
268.696 Ha
Riau 250.934 Ton
547.479 Ha
498.219 Ton
Riau
PT. Pulau Sambu
Jatim
PT. Ikan Dorang
Lampung PT. Vegetable Oil
PT. Nimpindo Prima Coconut
PT Sari Segar Husada
31
Tabel 2 Sebaran Lokasi Jenis Industri Pengolahan Kelapa Di Indonesia
No. Jenis Industri Pengolahan Sebaran Lokasi
Kelapa
1. Kopra Berbagai propinsi di Indonesia
2. Gula kelapa (cetak dan Berbagai propinsi di Indonesia
butiran)
3. Nata de coco Berbagai propinsi di Indonesia
4. Minyak kelapa mentah Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi
5. Minyak kelapa murni Pulau Sulawesi Jawa, Sumatera dan
Kalimantan
6. Minyak goreng Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara
7. Santan kelapa yang Jawa dan Sumatera
dipasteurisasi dan kemasan
UHT
8. Produk kelapa kaleng Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi
9. Kelapa parut kering Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi Utara
10. Serat sabut kelapa Berbagai Propinsi
11. Serbuk sabut kelapa Berbagai Propinsi
12. Serbuk tempurung kelapa Berbagai propinsi
13. Arang tempurung kelapa Berbagai propinsi
14. Karbon aktif Sulawesi, Sumatera
15. Produk olahan kayu kelapa Berbagai propinsi
(furnitures, handycrafts)
Sumber : Notowijoyo (2001)
Buah kelapa tersebut secara umum memiliki komposisi 35% sabut, 12%
tempurung, 28% daging biji dan 25% air kelapa. Komposisi ini sangat bervariasi
menurut jenis kelapa (Samosir 1992). Jenis tanaman kelapa pada awal mulanya
hanya dikenal dua varietas yaitu varietas dalam (tall variety) dan varietas genjah
(dwarf variety). Seiring dengan perkembangan pemuliaan tanaman, dikenal juga
varietas kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan kelapa dalam dan kelapa
genjah (Palungkun 1993).
Ketiga varietas tersebut memiliki ciri karakteristik tersendiri. Ciri-ciri
secara garis besar tersebut nampak pada tabel 3 ini.
Tabel 3 Karakteristik Varietas Kelapa
Karakteristik Varietas Kelapa
Kelapa Dalam Kelapa Genjah Kelapa Hibrida
1. Batang Tinggi dan besar ramping Ramping dan
pendek
32
2. Tinggi Rata-rata 15-18m Mencapai 5 m atau Mencapai 5 m
bahkan mencapai lebih
30m atau lebih
3. Umur mulai 6-7 tahun setelah 3-4 tahun setelah 4 tahun
berbuah tanam tanam
4. Umur ekonomis Mencapai 90 - 100 Mencapai 50 tahun 35 tahun
tahun
5. Jumlah produksi 11 tandan 18 tandan 20 tandan
tandan /pohon/tahun /pohon/tahun /pohon/tahun
6.. Produktivitas 90 butir 100 butir 140 butir
/pohon/tahun /pohon/tahun /pohon/tahun
7. Produksi kopra 1 ton kopra 0.5 ton 6-7 ton/ha/tahun
/Ha/tahun pada kopra/ha/tahun pada umur 10 tahun
umur 10 tahun pada umur 10 tahun
Sumber : Data olahan dari Palungkun (1993) dan Litbang Deptan
33
kekuningan; bentuk buah hektar per tahun
elips; bentuk buah tanpa 10.725 butir; berat
sabut bulat dasar rata. kopra per hektar per
tahun 2,8 ton; kadar
minyak 69,28%
Kelapa dalam Mulai berbuah pada umur 5 Jumlah buah per sesuai ditanam pada lahan
Bali tahun; warna buah hijau, pohon per tahun 75 kering iklim basah (curah
merah kekuningan, hijau butir; jumlah buah per hujan <2.500 mm/tahun)
kekuningan; bentuk buah hektar per tahun
hampir bulat; bentuk buah 10.725 butir; berat
tanpa sabut bulat dasar rata. kopra per hektar per
tahun 3,0 ton; kadar
minyak 65,52%
Kelapa Genjah Mulai berbuah pada umur 2 Jumlah buah per sesuai ditanam pada lahan
Salak tahun; warna buah hijau; pohon per tahun 80- kering iklim basah (curah
bentuk buah lonjong. 120 butir; jumlah buah hujan <2.500 mm/tahun)
per hektar per tahun
20.500 butir; kadar
gula air buah 1,7%
Kelapa Genjah Mulai berbuah pada umur 40 Jumlah buah per sesuai ditanam pada lahan
Raja bulan; warna buah merah pohon per tahun 70- kering iklim basah (curah
kecoklatan; bentuk buah 120 butir; jumlah buah hujan <2.500 mm/tahun)
bulat. per hektar per tahun
13.500 butir; kadar
gula air buah 1,7%
Sumber : Puslitbangbun (2005)
Indonesia memang menempati urutan pertama dalam luas areal tanaman
kelapa dan total produksi dibandingkan dengan Philipina. Namun, dalam
pemanfaatan hasil tanaman kelapa, Indonesia masih kurang sebanding dengan
Philipina. Industri hilir di Philipina yang sudah mencapai pasar ekspor lebih dari
100 jenis, sedangkan Indonesia baru mencapai kurang lebih 10 jenis.
Selama ini kelapa hanya dimanfaatkan dalam bentuk produk primernya,
baik kelapa segar maupun kopra untuk bahan baku minyak goreng.
Pengembangan menjadi produk hilir belum banyak dilakukan, demikian juga
pemanfaatan hasil sampingnya masih kurang. Oleh sebab itu wajar apabila peran
tanaman kelapa sebagai pendukung perekonomian belum optimal di beberapa
daerah di Indonesia.
Tabel 5 Perbandingan Kondisi Perkelapaan di Indonesia dan Philipina
Tahun 2006
No. Parameter Indonesia Philipina
(ton) (ton)
1 Luas area kelapa (Ha) 3.818.000 3.243.000
2 Produksi kelapa (kesetaran kopra) 1.231.200 2.474.000
34
3 Perkiraan konsumsi domestik minyak kelapa 222.500 281.100
4 Volume ekspor :
a. Buah kelapa segar 30.562 14.077
b. Kopra 38.363 Tidak
diekspor
c. Minyak kelapa 519.973 1.069.500
d. Bungkil kopra 238.400 431.500
e. Kelapa parut kering (Desiccated Coconut) 62.410 122.032
f. Santan kelapa (bubuk) - 2.717
Santan kelapa (krim) 27.402 1.782
g. Arang aktif 20.205 34.263
h. Tempurung kelapa 656 26.620
i. Serat sabut 3.450 4.967
Sumber : APCC (2007)
Tabel di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil dari tanaman kelapa
di Indonesia tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan negara lain. Semua
bagian dari tanaman kelapa dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat untuk
kehidupan manusia. Hal ini tercermin dari pohon industri kelapa seperti pada
gambar 6 di bawah.
Aneka produk olahan dapat dibuat dari bagian tanaman kelapa. Daging
buah kelapa merupakan sumber bahan pangan yang mudah dicerna. Buah yang
sudah mengandung kalori, lemak, vitamin A dan mencapai maksimal. Kandungan
zat daging kelapa ini dapat diolah menjadi produk kebutuhan rumah tangga
berupa bumbu dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan kelapa parut kering.
Minyak kelapa dapat diolah sehingga dapat menghasilkan bioenergi dan
produk-produk oleokimia seperti fatty alcohol, fatty acid dan methyl ester. Selain
itu juga dapat digunakan sebagai bahan untuk margarin, es krim, bahan pelumas,
kembang gula, shampoo, cuci, dan minyak rambut. Minyak kelapa kasar memiliki
keunggulan dibandingkan dengan CPO yang terletak dari hasil pemrosesan yaitu
oleokimia menjadi asam lemak (fatty acid), alkohol berlemak (fatty alkohol), dan
glicerin. Pada pembuatan alkohol berlemak misalnya kandungan rantai menengah
hydro carbon pada Crude Coconut Oil C-12 dan C-14 mencapai 54% sedangkan
Crude Palm Oil hanya mencapai 1%. Produk-produk inilah yang lebih lanjut akan
diolah oleh industri sabun, deterjen, farmasi, kosmetik dan tekstil.
Bunga kelapa (mayang), bunga kelapa yang belum mekar dapat disadap
untuk menghasilkan nira kelapa. Nira ini digunakan sebagai bahan baku produk
antara lain gula kelapa, asam cuka, ragi, minuman beralkohol dan juga untuk
35
industri kerajinan hiasan dinding dan dekorasi. Pelepah kelapa dapat dibuat
sebagai industri kerajinan, seperti topi, kipas, gabus dan bahan bakar. Air kelapa,
selain dapat diminum langsung dapat diolah menjadi sirop, nata de coco, kecap,
minuman isotonik dan lain-lain.
Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan berbagai industri seperti arang dan
karbon yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas selain sebagai barang kerajinan,
alat rumah tangga dan barang-barang seni lainnya, seperti ikat pinggang, gelang,
sendok, asbak, kancing dan hiasan dinding. Sabut kelapa dapat dijadikan sebagai
bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali dan
lain-lain. Sabut gabus kelapa dapat dibuat pot bunga dan mulsa. Sabut berkaret
bisa dibuat batako, kasur, dan mebeler. Sabut kelapa juga dapat dibuat pupuk
dengan cara dibakar terlebih dahulu.
Akar kelapa telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku karya seni,
mebeler dan barang kerajinan. Akar kelapa ini juga dapat menghasilkan obat-
obatan dan zat warna. Batang kelapa yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan
bangunan, jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Daya tahan bahan
bangunan dari batang kelapa ini mencapai puluhan tahun. Batang kelapa juga
dapat digunakan sebagai bahan industri kerajinan seperti gagang cangkul, patung,
tempat buah, asbak, hiasan dinding dan mebeler rumah tangga. Daun kelapa yang
muda biasanya untuk kemasan masakan tradisional (ketupat) atau hiasan janur.
Daun kelapa yang sudah tua dimanfaatkan sebagai atap, sapu lidi, tusuk sate dan
berbagai manfaat lainnya, seperti tikar, topi, janur, dan keranjang (Wagu 2007).
Industri pengolahan kelapa tersebut umumnya berupa industri pengolahan
tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil dibandingkan
dengan potensi yang tersedia. Produksi buah kelapa rata-rata dari 15,5 juta butir
per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air kelapa, 0,75
juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut dan 3,3 juta ton debu sabut.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa potensi ketersediaan bahan baku
untuk membangun industri masih sangat besar (Sudjarmoko 2007)
Sekitar 90% dari bahan baku daging kelapa digunakan untuk
menghasilkan minyak kelapa kasar/ crude coconut oil dan sisanya dibagi untuk
produk lainnya, namun kecenderungan tersebut semakin menurun, dan produk
36
lainnya semakin meningkat. Sesuai dengan dinamika pasar produk,
kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia turunan dari crude coconut
oil ini juga tampak semakin tinggi (Sudjarmoko 2007).
Produk-produk daging buah kelapa selain oleokimia, yang sangat
prospektif untuk berkembang adalah minyak kelapa murni, tepung kelapa, santan
kelapa, dan krim kelapa. Produk-produk turunan tempurung yang prospektif
untuk dikembangkan adalah karbon aktif dan tepung tempurung. Produk-produk
turunan dari sabut kelapa berupa serat sabut kelapa, debu sabut (Sudjarmoko
2007).
37
kelapa yang terdiri dari sabut, tempurung, daging dan air kelapa dalam satu unit
proses, seperti pengolahan kopra, dan penyeratan sabut. Pengolahan terpadu
adalah cara pengolahan yang mendayagunakan seluruh komponen hasil kelapa
pada beberapa unit proses dalam satu unit pengolahan (Grimwood 1975). Unit
pengolahan kelapa terpadu dapat menerapkan pengolahan dengan cara kering atau
cara basah tergantung pada produk yang akan dihasilkan dan nilai manfaatnya
(Gonzales 1986).
Pengolahan kelapa terpadu akan meningkatkan nilai tambah komoditas
kelapa dan peningkatan harga kelapa butiran yang akan diterima petani (Nambiar
1984). Menurut Mulyadi et al. (1989), pengembangan pengolahan terpadu akan
lebih menguntungkan dibanding dengan pengolahan parsial antara lain: (a)
peningkatan efisiensi bahan baku, (b) perluasan lapangan kerja, (c) peningkatan
pendapatan petani, dan (d) pemantapan keterkaitan antar sektor industri,
pertanian, jasa dan sektor lainnya.
Konsep industri pengolahan kelapa terpadu merupakan konsep yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani, kesempatan kerja,
perdagangan dan pendapatan hasil samping juga untuk meningkatkan kemajuan
kawasan. Ada tiga faktor penting yang berpengaruh yaitu diversifikasi produk,
pemodalan dan pasar produk. Kendala yang umum adalah kurangnya pemodalan
dan kurangnya motivasi petani atau anggota kelompok tani untuk berkoperasi
(Notowijoyo 2001).
Menurut Basrah dalam Notowijoyo (2001), pemanfaatan maksimum
kelapa secara industri dapat dilakukan dengan pengembangan industri kecil dan
menengah di sentra industri kelapa. Industri pengolahan kelapa terpadu dapat
didirikan secara komplementer dengan usaha pengolahan kopra, minyak, atau
sabut kelapa yang telah ada atau membangun unit pengolahan kelapa terpadu yang
baru. Pelaksanaan dapat dilakukan dengan petani setempat secara berkoperasi atau
bermitra dengan pengusaha sebagai investor.
Berdasarkan skala produksi, produk yang dapat dipilih untuk dihasilkan pada
agroindustri kelapa terpadu tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 6 Skala Industri Beberapa Produk Olahan Kelapa
Jenis Industri Skala Industri
Kecil Menengah/Besar
38
1 2 3 4 5
A. Daging Kelapa
1. Kopra V V V
2. Minyak Kelentik V V
3. Minyak mentah V V V
4. Minyak dimurnikan V V
5. Produk lemak dan derivatnya V V
6. Santan Awet V V V
7. Santan Serbuk V V
8. Protein Kelapa V V
9. Desiccated Coconut V V V
10. Yoghurt Berbasis Kelapa V V V
11. Minuman Skim Kelapa V V V
B. Air Kelapa
1. Nata de Coco V V V
2. Cuka Air Kelapa V V V
3. Kecap Air Kelapa V V
4. Minuman Penyegar V V
C. Nira kelapa
1. Gula merah cetak V V
2. Gula semut V V
3. Cuka Nira V V
4. Minuman Penyegar V V
D. Tempurung Kelapa
1. Arang V V
2. Arang Aktif V V V
3. Tepung Tempurung V V V
E. Sabut Kelapa
1. Coir fibre V V V
2. Coir dust V V V
F. Batang Kelapa
1. Mebel V V V
2. Kerajinan V V V
Sumber : Notowijoyo ( 2001)
Program agroindustri kelapa terpadu diharapkan dapat memberi manfaat antara
lain :
1. menambah keragaman produk industri yang dapat diperoleh di dalam negeri
2. menghasilkan sumber energi dan bahan mentah bernilai tinggi bagi sektor lain
3. meningkatkan devisa negara dengan adanya ekspor produk jadi dan setengah
jadi yang bernilai ekonomis tinggi
4. mengembangkan bahan baku lokal untuk substitusi impor
5. meningkatkan tenaga kerja produktif di sentra-sentra industri
39
6. meningkatkan peluang kerja tambahan dan pendapatan masyarakat pedesaan
7. meningkatkan pendapatan petani di pedesaan
8. memanfaatkan hasil samping yang sebelumnya tidak atau kurang
dimanfaatkan.
Agroindustri kelapa terpadu ini diharapkan dapat dilaksanakan melalui
integrasi kegiatan on-farm dan off-farm pada sentra-sentra produksi kelapa,
sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai tambah dan mengurangi resiko usaha.
Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan perkebunan yaitu untuk
meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing perkebunan,
kemampuan sumber daya manusia perkebunan, pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat perkebunan, penerimaan dan devisa negara dari sub sektor
perkebunan, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan pasokan bahan baku industri
dalam negeri, dukungan penyediaan pangan, dukungan penyediaan substitusi
energi (biofuel), dukungan pengembangan wilayah dan optimalisasi pengelolaan
sumberdaya secara arif dan berkelanjutan (Ditjenbun 2006).
Sasaran pengembangan kelapa terpadu di Indonesia pada 20 sentra
produksi kelapa. Sasaran pada tahun 2007 diarahkan untuk mendukung
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan melalui
peningkatan produksi dan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, yang
tercermin diantaranya dengan indikator berupa pengembangan agroindustri
pedesaan pengembangan kelapa terpadu (on-farm dan off-farm) di Riau, Banten,
Kalbar, Sulut, Sulsel dan Sulbar.
Ada beberapa ranah penelitian yang mendasari penelitian ini yaitu ranah
penelitian kelapa dan agroindustri kelapa, ranah penelitian rantai pasokan dan
ranah penelitian optimasi dengan simulasi. Beberapa penelitian terdahulu ini
cukup untuk mendasari penelitian yang berkaitan dengan rancang bangun model
40
rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini. Penelitian kelapa dan
agroindustri kelapa sudah banyak dilakukan, namun belum ada yang spesifik
merancang model rantai pasokan dalam agroindustri kelapa terpadu dengan
optimasi melalui simulasi.
Kustanto (1999) melakukan penelitian untuk membantu pengambilan
keputusan dalam perencanaan pengembangan agroindustri komoditas unggulan
pada kawasan andalan yang merupakan studi kasus di Kabupaten Ciamis dengan
menghasilkan program Agrodev.
Rukmayadi (2002) melakukan penelitian yang menghasilkan model SPK
untuk pemilihan daerah potensial, pemilihan produk prospektif, analisa kelayakan
finansial dan Fuzzy interpretative structural, serta strategi pengembangan
agroindustri kelapa dengan studi kasus di Kabupaten Ciamis.
Rinaldi (2008) melakukan penelitian untuk membuat model rantai
kegiatan dari industri kelapa. Model ini mengkaji rantai kegiatan dari agroindustri
kelapa, nilai tambah yang dihasilkan oleh rantai kegiatan agroindustri kelapa.
Pendekatan yang dilakukan berdasarkan analisis rantai kegiatan agroindustri
kelapa, maksimisasi nilai tambah dan penggunaan metoda linier programming
untuk optimasi.
Hani (2007), melakukan analisis terhadap pengelolaan dan efisiensi rantai
pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan melihat
jaringan konfigurasi logistik, pengendalian inventori, integrasi rantai pasokan dan
efisiensi rantai pasokan pada sebagian level anggota rantai pasokan. Analisis yang
dilakukan bersifat deskriptif yang menggambarkan keadaan pasar dan aliran rantai
pasokan kelapa. Analisis efisiensi diukur dengan membandingkan biaya total
transportasi berdasarkan alokasi optimal. Penentuan alokasi kebutuhan yang
optimal dilakukan dengan mengembangkan model transportasi dengan teknik
optimasi program linier. Analisis rantai pasokan hanya dilakukan terbatas pada
pasokan buah kelapa di pasar di wilayah Kotamadya Bogor.
Sudjarmoko (2007), melakukan analisis efisiensi relatif komoditas kelapa
pada lahan pasang surut dan lahan kering. Penelitian dilakukan dengan identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha tani kelapa, khususnya pada
tanaman kelapa perkebunan rakyat, mengetahui kondisi ekonomi skala usaha
41
tanaman perkebunan rakyat, serta menganalisis efisiensi ekonomi, harga, dan
teknis relatif dari kategori usaha tani kelapa yang berbeda, khususnya pada
tanaman kelapa perkebunan rakyat yang diusahakan pada lahan pasang surut dan
lahan kering serta berdasarkan luas lahan usaha tani. Penelitian ini cukup
mendukung dan mendasari dalam merancang bangun model rantai pasokan untuk
agroindustri kelapa terpadu.
Sungkar (2006) melakukan penelitian berkaitan dengan penguatan
kapasitas kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia. Pola-pola hubungan
dalam lingkup petani kelapa dan strategi pengembangannya. Penelitian ini dapat
mendukung dalam membangun model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa
terpadu dengan melihat pada pola kelembagaan petani kelapa selaku pemasok.
Andria (2007), melakukan penelitian yang menghasilkan suatu model
rantai pasokan agroindustri, kemudian melakukan optimasi model melalui
algoritma genetika, serta mengkaji penerapan program algoritma genetika tersebut
untuk rantai pasokan agroindustri cocodiesel. Model rantai pasokan ini cukup
bagus untuk mempertajam tinjauan dari sisi optimasi.
Adiarni (2007), melakukan penelitian yang berkaitan dengan rantai
pasokan dan menghasilkan sistem pasokan bahan baku namun ditujukan untuk
agro industri farmasi yang berbasis jaringan sehingga mampu meningkatkan
pendapatan bagi petani anggota dan hubungan yang berkelanjutan.
Hartati (2007) menghasilkan penelitian yang mengembangkan suatu
model supply contract yang menggabungkan model total minimum quantity
commitment dengan fleksibilitas disertai dengan model optimasi untuk
menentukan kebijakan kontrak pasokan bahan baku, sekaligus juga
mengakomodasi pemilihan pemasok. Namun, penelitian ini dilakukan dalam
industri manufaktur.
Penelitian yang terkait rantai pasokan biasanya mengukur kinerja
berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam proses bisnis tersebut (Apaiah dan
Hendrix 2004; Araki et al. 2006; Yandra et al. 2007). Minimisasi biaya dalam
rantai pasokan produk pertanian dapat dilakukan dengan penentuan lokasi
produksi, komposisi produk, dan metode transportasi yang digunakan (Apaiah dan
Hendrix 2004), serta tingkat persediaan (Yandra et al. 2007). Metode yang
42
digunakan untuk menunjukkan hubungan kerjasama yang terjadi antara pembeli
dan pemasok dilakukan dengan simulasi rantai pasokan (Mukhtar et al. 2002).
Model rantai pasokan yang didesain juga dapat menggunakan simulasi
untuk tujuan tertentu, seperti mempertemukan permintaan konsumen sebagai
garansi pengiriman dengan kualitas yang bagus dan biaya sedikit dalam waktu
penyampaian yang minimal (Chang dan Makatsoris 2002). Simulasi juga
digunakan untuk mendesain kembali jaringan rantai pasokan pangan yang
merupakan model kualitas untuk mengontrol logistik (Van der Vorst 2005), untuk
menunjukkan konsekuensi dalam supply chain industri makanan (Minegishi dan
Thiel 2000), untuk mereduksi bulwhip effect (Reiner dan Trcka 2004). Simulasi
skenario dari sisi manajemen, penjadwalan supply dan manajemen tangki untuk
meramalkan CPO (Djohar et al. 2003). Simulasi juga dilakukan oleh Yoshizumi
dan Okano (2007) yang didasarkan pada algoritma untuk optimasi supply chain
dengan mengeksploitasi kedua teknik simulasi dan teknik optimasi. Penggunaan
komputer melalui software-software simulasi dan algoritma tertentu dilakukan
untuk mempermudah pekerjaan, seperti halnya dengan penggunaan SimmProcess
(Reiner dan Trcka 2004) dan Stella (Djohar et al. 2003). Kumar dan Yamaoka
(2007) melakukan penelitian yang berkaitan dengan dinamika sistem untuk
agroindustri otomotif di Jepang yang mengeksplorasi keterkaitan reused, recycle
dan disposal pada industri mobil Jepang untuk melihat jumlah mobil yang
diekspor, digunakan kembali, dan dibuang dengan parameter data aktual dan
peramalan permintaan mobil.
Secara ringkas, posisi beberapa penelitian pendahuluan dan penelitian
yang dilakukan dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini ;
43
Hani (2007)
Hartati (2007)
Kumar dan Yamaoka (2007)
Kustanto (1999)
Minegishi dan Thiel (2000)
Mukhtar et al. (2002)
Reiner dan Trcka (2004)
Rinaldi (2008)
Rukmayadi (2002)
Sudjarmoko (2007)
Sungkar (2006)
Van der Vorst (2005)
Yandra et al. (2007)
Yoshizumi dan Okano (2007)
Penelitian yang akan
dilakukan
Keterangan :
Ranah Penelitian : 1. Kelapa dan agroindustri kelapa; 2. Rantai Pasokan;
3. Simulasi
Metode : 1. Optimasi standar; 2. Meta heuristik; 3. Simulasi
Indikator : 1. Kualitas Produk; 2. Biaya; 3. Waktu; 4. lainnya
44