BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu membuat Surat
Penunjukan Pemenang.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Membuat
laporan pelaksanaan kontrak ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada akhir
pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Melakukan verifikasi berita acara pemilihan penyedia barang/jasa yang meliputi
kegiatan mengidentifikasi pengertian dan ruang lingkup serta fungsi surat
penunjukan penyedia barang/jasa sebagai bagian dari pelaksanaan pengadaan
barang/jasa secara komprehensif sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan;
memverifikasi berita acara evaluasi dokumen penawaran penyedia barang/jasa
secara cermat; memverifikasi berita acara klarifikasi dan negosiasi penawaran
peyedia barang/jasa secara cermat; memverifikasi berita acara pengelolaan
sanggahan atas penetapan pemenang pemilihan penyedia barang/jasa
diverifikasi secara cermat;
2. Menyiapkan surat penunjukan penyedia barang/ jasa yang meliputi kegiatan
memastikan pemenang pemilihan penyedia barang/jasa dipastikan validitasnya;
menyiapkan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) untuk
ditandatangani pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan; memastian
memastikan penyedia barang/jasa yang ditunjuk kesediaannya untuk
melaksanakan SPPBJ; mendokumentasikan penunjukan penyedia barang/jasa
secara lengkap dengan menggunakan format dan prosedur yang diberlakukan.
BAB II
KONSEP DASAR
Hal-hal apa dan atas dasar apa yang dapat menjadikan PPK menolak
menerbitkan SPPBJ?
Guna menerbitkan SPPBJ, PPK membutuhkan dokumen pendukung hasil
lelang/seleksi yang dilaksanakan oleh Pokja ULP, untuk diperiksa dan diteliti sebagai
dasar terbitnya SPPBJ. Dokumen pendukung tersebut perlu diinventarisasi oleh pihak
PPK, sehingga PPK dapat memutuskan untuk menerbitkan SPPBJ dengan data yang
akurat. Dokumen terkait lelang/seleksi sampai terbitnya SPPBJ memang dinyatakan
rahasia, namun persyaratan menyatakan bahwa guna keperluan penerbitan SPPBJ,
dokumen hasil lelang/seleksi harus diserahkan kepada PPK untuk diteliti/diperiksa.
Setelah mengetahui dokumen pendukung apa saja yang diperlukan, PPK perlu
melakukan penelitian dan pemeriksaan hasil lelang/seleksi melalui dokumen pendukung
yang ada. Hasil penelitian/pemeriksaan PPK terhadap dokumen pendukung akan
menghasilkan kesimpulan analisa yang menjadi dasar PPK memutuskan apakah PPK
sepakat dengan Pokja ULP dan menunjuk pemenang yang diumumkan Pokja ULP,
sebagai penyedia barang jasa pada kegiatan PPK.
Berdasarkan dokumen pendukung tersebut, PPK dalam rangka mempersiapkan
kontrak setelah diterbitkannya SPPBJ, seyogyanya membuat konsep (draft) rancangan
kontrak terkait kegiatan yang dilelangkan. Konsep rancangan kontrak bersama dengan
hasil penelitian terhadap dokumen pendukung hasil lelang, akan diklarifikasikan kepada
penyedia yang dinyatakan sebagai pemenang oleh Pokja ULP.
Klarifikasi terhadap hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap dokumen pendukung
dapat dilakukan secara lisan misalnya dengan komunikasi melalui telepon. Atau dapat
juga dilakukan secara tertulis. Beberapa sistem lelang/seleksi, cara melakukan klarifikasi
sebelum terbitnya SPPBJ adalah dengan melakukan pertemuan klarifikasi yang sering
disebut sebagai Pre Award Meeting (PAM) atau Rapat Pra Kontrak.
Pada Pre Award Meeting ini akan diagendakan klarifikasi hal-hal dalam dokumen
pendukung hasil lelang dan kaitannya pada kegiatan lelang yang akan dilaksanakan
setelah kontrak ditandatangani. Produk rekaman atau bukti kerja pada Pre Award
Meeting adalah Berita Acara Pre Award Meeting atau Berita Acara Pra Kontrak.
Berdasarkan Berita Acara Pre Award Meeting ini PPK akan menindaklanjuti apakah akan
diterbitkan SPPBJ atau tidak.
PPK juga harus memperhatikan batas waktu untuk menerbitkan SPPBJ yang telah
diatur dalam Perpres No. 54 tahun 2010 beserta perubahannya seperti yang telah
disebutkan di atas. Pada prinsipnya, SPPBJ merupakan dasar bagi PPK dan penyedia
barang/jasa untuk melakukan pekerjaan dalam suatu ikatan bukti perjanjian. SPPBJ juga
dapat memberikan kepastian bagi penyedia barang/jasa dalam memperoleh suatu
pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, aturan waktu penerbitan SPPBJ harus dilakukan
secepat mungkin ketika suatu proses pemilihan dinyatakan telah selesai (termasuk
proses sanggahan dan sanggahan banding). Sebagai contoh, jika tidak ada sanggahan
pada pelelangan umum, dimana waktu sanggahan diberikan 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman pemenang, maka paling lambat pada hari keenam SPPBJ sudah diterbitkan
oleh PPK. Begitu juga pada pelelangan sederhana, dimana diberikan waktu sanggahan
selama 3 (tiga) hari kerja setelah pengumuman. Oleh karena itu, paling lambat hari
keempat setelah pengumuman pemenang SPPBJ sudah diterbitkan.
SPPBJ digunakan oleh penyedia barang/jasa sebagai dasar melakukan pengurusan
atas jaminan pelaksanaan atas pengadaan barang/jasa kecuali untuk pekerjaan jasa
konsultasi yang tidak memerlukan jaminan pelaksanaan. Hal ini dikarenakan sebelum
kontrak ditandatangani, penyedia barang/jasa harus sudah menyerahkan jaminan
pelaksanaan, sebagai jaminan PPK jika terdapat wanprestasi pada penyedia barang/jasa
setelah penandatanganan kontrak.
Dari penjelasan di atas dapat disarikan hal-hal yang perlu dilakukan oleh PPK
sebelum menerbitkan SPPBJ adalah:
Inventarisasi dokumen pendukung hasil lelang/seleksi
Penelitian dan pemeriksaan dokumen pendukung
MULAI
BAHP/BAHS DAN
PENETAPAN
PEMENANG
Tdk PPK Ya
SEPAKAT?
Ya SEPAKAT
Tdk - BAHP/BAHS
DENGAN PPK?
- Salinan Dokumen
MENGUNDANG Pengadaan
5
Tdk RAPAT PRA KONTRAK - Draft Kontrak
PERINTAH
3
PENERBITAN SPPBJ MELAKSANAKAN
6
RAPAT PRA KONTRAK
PENERBITAN
7
SPPBJ
PERINTAH Ya
EVALUASI ULANG/ PEMENANG
PELELANGAN SEPAKAT?
GAGAL
SPPBJ
Tdk
BATAL
10
Ya Tdk
SEMUA
MENGUNDURKAN SEPAKAT?
DIRI
9
Ya
12
Tdk
MENERBITKAN
SPPBJ
PELELANGAN
GAGAL
MEMBUAT
BERITA ACARA 11
RAPAT PRA KONTRAK
KEGIATAN
LAIN
Ya ADA
PENGUNDURAN
DIRI ?
Tdk
SELESAI
BAB III
PROSEDUR PERSIAPAN PENERBITAN SPPBJ
3) Dokumen Sanggahan
Setelah dilakukan pengumuman atas pemenang pelelangan barang/jasa maka
penyedia barang/ jasa memiliki kesempatan untuk melakukan sanggahan atas proses
pelelangan yang dilaksanakan.
Sanggahan merupakan hak dari peserta pengadaan barang/jasa yang tidak
puas atas penetapan pemenang. Jika hasil evaluasi menyatakan bahwa tidak ada
pemenang yang lulus, tetap disediakan masa sanggah kepada para peserta yang
memasukkan penawaran untuk menyampaikan keberatan. Peserta diberikan
kesempatan untuk menyampaikan keberatan atas hasil pelelangan/seleksi melalui
proses sanggahan dan sanggahan banding. Proses sanggahan pertama ditujukan
kepada ULP dan dijawab oleh ULP.
Adapun sanggahan yang dapat diterima apabila terdapat penyimpangan atas
prosedur pelelangan/seleksi, meliputi:
a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden
No. 70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya dan yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Pengadaan;
b. Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha yang
sehat; dan/atau
c. Penyalahgunaan wewenang oleh Pokja ULP dan/atau pejabat yang berwenang
lainnya.
Untuk meyakinkan bahwa suatu proses pemilihan penyedia sudah tidak terjadi
proses sanggahan atau sanggahan telah selesai sesuai ketentuan di atas, PPK harus
memperhatikan dokumen sanggahan.
Dokumen sanggahan adalah dokumen/laporan yang memuat suatu proses
sanggahan dalam suatu proses pelelangan/seleksi. Dokumen/laporan sanggahan
sebaiknya disusun oleh Pokja ULP baik jika terjadi sanggahan maupun tidak.
Dokumen/laporan disusun dalam rangka memberikan informasi yang akurat dan
komprehensif kepada PPK tentang ada atau tidaknya sanggahan serta proses/tindak
lanjut yang telah dilakukan, walaupun setiap dokumen/surat yang berkaitan dengan
sanggahan telah ditembuskan kepada PPK.
Selain itu dokumen/laporan sanggahan merupakan bentuk accountability dari
Pokja ULP dalam rangka menyatakan bahwa suatu proses pemilihan telah selesai. Isi
dalam dokumen/laporan sanggahan jika terjadi sanggahan sekurang-kurangnya
Secara umum, bertindak dengan itikad baik dan bertransaksi dengan jujur. Hal
Ini mungkin mencakup tugas untuk memberi saran kepada pembeli tentang cara
terbaik untuk memenuhi kontrak.
Tanggung jawab perdata dari manufaktur barang dalam kasus cedera orang atau
benda. Dalam hal ini, secara umum, produsen sebagai serta pemasok yang
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan produknya.
2) Kewajiban Pembeli
Secara umum, kewajiban penting dari pembeli (yaitu, orang yang menerima
produksi orang lain) dalam kontrak adalah sebagai berikut:
Terima barang atau jasa. Pembeli harus mengambil kepemilikan barang dan
menerima ini setelah memeriksa untuk membebaskan tanggung jawab penjual
untuk barang yang tidak sesuai. Penerimaan tanpa syarat menunjukkan
kesesuaian kecuali untuk cacat tersembunyi. Selanjutnya, pembeli harus
melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk penjual untuk dapat
memberikan barang atau jasa.
Membayar harga yang disepakati. Ini termasuk jumlah, waktu, dan cara
pembayaran.
Secara umum, bertindak dengan itikad baik dan bertransaksi dengan jujur. Ini
mungkin mencakup tugas untuk menginformasikan penjual untuk kesulitan yang
mungkin membuat pekerjaan penjual lebih sulit.
Terima tanggung jawab perdata dalam kasus cedera orang atau benda. Di hal
ini, pembeli dapat beralih ke produsen serta pemasok dalam hal kerusakan yang
diakibatkan.
c. Mempersiapkan Kontrak
Mempersiapkan kontrak adalah proses dimana versi awal dari kontrak
dikembangkan. Versi awal ini mungkin sebenarnya standar kontrak yang menentukan
klausa yang khas yang akan digunakan untuk hubungan pembelian/pengadaan jenis
tertentu. Standar kontrak mungkin dikembangkan oleh asosiasi industri yang
digunakan anggotanya, oleh badan-badan internasional yang mana kontrak dilakukan
di sektor tertentu , atau dengan individu bisnis.
Versi awal kontrak juga dapat menjadi rancangan yang disiapkan untuk
kebutuhan hubungan tertentu atau pembelian/pengadaan produk tertentu. Baik
pembeli dan penjual mungkin telah menyetujui garis besar umum kontrak. Pembeli
kemudian dapat mempersiapkan draft awal kontrak untuk menjadi diserahkan kepada
penjual untuk disetujui.
Sebagai aturan umum, kontrak harus tertulis. Ini memberikan bukti yang
terbaik apa yang telah disepakati tentang bagaimana transaksi dilakukan. Bukti tertulis
juga untuk melindungi perusahaan/instansi terhadap interpretasi yang keliru oleh
pihak lain ketika terdapat kekurangan kepercayaan antara para pihak, atau jika
keyakinan ini telah hilang.
2) Rumusan Pekerjaan
Deskripsi lingkup kerja proyek ini adalah bagian yang amat penting dari setiap
kontrak, karena ini memberikan batasan dan dimensi dari barang dan jasa dan
material yang akan dilakukan. Persoalannya adalah tidak mudah untuk memberikan
batasan atau definisi yang akurat bagi setiap jasa atau material untuk suatu proyek
yang besar dan kompleks yang terdiri dari beribu-ribu komponen kegiatan. Lingkup
kerja minimal harus sudah mencantumkan keterangan sebagai berikut: lokasi kegiatan
pengadaan, kapasitas, karakteristik bahan dan produk, proses yang dipilih, jadwal
yang diinginkan, indikasi biaya, dan filosofi desain (umur teknis, tingkat teknologi, dan
lain-lain).
Rumusan pekerjaan yang dibuat meliputi pokok-pokok pekerjaan yang
diperjanjikan, volume atau besaran barang/pekerjaan yang harus dilaksanakan, nilai
kegiatan/pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat
fluktuasi harga untuk kontrak, tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran
serta jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut.
3) Pertanggungan (Jaminan)
Berdasarkan empirik, bahwa akan banyak dijumpai permasalahan dan kesulitan
dalam proses pelaksanaan kegiatan proyek, yang berarti akan mempertinggi resiko,
maka suatu kontrak yang baik akan dilengkapi dengan mekanisme yang efektif dan
alat yang ampuh untuk mengatasi dan mengendalikannya. Salah satu alat tersebut
adalah pertanggungan atau jaminan.
Adapun jenis pertanggungan atau adalah sebagai berikut:
(a) Jaminan uang muka
(b) Jaminan pelaksanaan
(c) Jaminan mutu
(d) Jaminan kegagalan konstruksi (pekerjaan konstruksi)
(e) Asuransi
4) Tenaga Ahli
Suatu kegiatan membutuhkan hasil yang baik dan sesuai dengan standar mutu
yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan tenaga kerja yang ahli dan
memiliki pengalaman yang cukup dalam bidangnya. Persyaratan klasifikasi dan
kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan paket-paket pekerjaan
harus ditetapkan dan dilengkapi juga dengan prosedur penerimaan dan atau
pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan.
7) Penyelesaian Perselisihan
Perselisihan diakibatkan klaim dari salah satu pihak yang berkontrak. Klaim
dapat diartikan sebagai permintaan atau tuntutan kompensasi uang atau biaya atau
jadwal/ perpanjangan waktu di luar kontrak untuk meraih kembali sesuatu kerugian.
Penyelesaian perselisihan dapat dilakukan dengan cara:
Pilihan penyelesaian sengketa secara sukarela: melalui pengadilan atau di luar
pengadilan dengan ketentuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku untuk tindak pidana
Masalah yang dapat diselesaikan di luar pengadilan adalah mengenai
Perikatan pekerjaan konstruksi
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
Kegagalan bangunan
Jika masyarakat dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, maka
berhak menggugat ke pengadilan secara perorangan, kelompok orang atau
tanpa surat kuasa
Penyelesaian perselisihan di luar pengadilan adalah dengan cara-cara sebagai
berikut:
(a) Melalui pihak ketiga:
Mediasi
Konsiliasi
Negosiasi
(b) Arbitrase
8) Cidera janji
Bentuk cidera janji adalah sebagai berikut:
a) Cidera janji penyedia barang jasa:
tidak menyelesaikan tugas
tidak memenuhi mutu
9) Pemutusan Kontrak
Pemutusan Kontrak berarti hubungan kerja antara penyedia jasa dan pengguna
jasa terputus secara hukum. Pemutusan kontrak kerja konstruksi timbul akibat tidak
dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak.
b. Asuransi
Penyedia jasa wajib menyediakan asuransi sejak SPMK sampai dengan tanggal
selesainya pemeliharaan untuk:
1) Semua barang dan peralatan yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan, serta pekerja untuk pelaksanaan
d. Uang Muka
1) Jaminan Uang Muka
a) Penyedia Jasa Konsultasi dapat diberikan Uang Muka
b) Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa terhadap
pembayaran Uang Muka yang diterimanya
c) Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang diterimanya
d) Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proporsional pada setiap
tahapan pembayaran
2) Penggunaan Uang Muka
Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
a) Mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b) Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau
c) Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
3) Besaran Uang Muka
Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Untuk Usaha Kecil paling tinggi 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa; atau
b) Untuk usaha non kecil paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
4) Pengembalian Uang Muka
Nilai Jaminan Uang Muka secara bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai
dengan pencapaian prestasi pekerjaan.
a) PPK dan penyedia wajib memeriksa konsep Kontrak meliputi substansi, bahasa,
redaksional, angka dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar Dokumen
Kontrak
b) Rancangan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa disusun dengan berpedoman pada
Standar Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Kontrak Pengadaan Barang/Jasa serta
pedoman penyusunan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa diatur dengan peraturan
Kepala LKPP
2) Jumlah Rangkap Kontrak
Banyaknya rangkap Kontrak dibuat sesuai kebutuhan, yaitu:
a) Sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
Kontrak asli pertama untuk PPK dibubuhi meterai pada bagian yang
ditandatangani oleh penyedia; dan
Kontrak asli kedua untuk penyedia dibubuhi meterai pada bagian yang
ditandatangani oleh PPK;
b) Rangkap Kontrak lainnya tanpa dibubuhi meterai, apabila diperlukan
3) Tanda Tangan Kontrak
a) Penyempurnaan Rancangan Kontrak
PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa untuk
ditandatangani.
b) Ketersediaan Dana
Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA/DPA
disahkan.
c) Pendapat Ahli Hukum Kontrak
Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai
diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh
pendapat ahli hukum Kontrak.
d) Pihak Yang Berwenang Menandatangani Kontrak
Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama
Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta
Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
e) Pendelegasian Wewenang
Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta
Pendirian/Anggaran Dasar, dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa,
sepanjang mendapat kuasa/ pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau
4. Penerbitan SPPBJ
Ketentuan Penerbitan SPPBJ telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya. Secara
ringkas ketentuan penerbitan SPPBJ tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang; atau
2) Sanggahan tidak benar; atau
3) Masa sanggah berakhir.
Sedangkan secara ringkas juga dapat disimpulkan dasar penerbitan SPPBJ adalah:
a. BAHP (Berita Acara Hasil Pelelangan/Seleksi)
ULP menyampaikan BAHP kepada PPK sebagai dasar untuk menerbitkan Surat
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).
b. Salinan Dokumen Pemilihan
ULP telah menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada
PPK
c. Waktu Penerbitan
1) Bila Tidak Ada Sanggahan
Dalam hal tidak terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 (enam)
hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang dan segera disampaikan
kepada pemenang yang bersangkutan
2) Bila Ada Sanggahan
Dalam hal terdapat sanggahan dan/atau sanggahan banding, SPPBJ harus diterbitkan
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah semua sanggahan dan/atau sanggahan
banding dijawab, serta segera disampaikan kepada pemenang.
8. Menerbitkan SPPBJ
Apabila proses penunjukan (urutan peringkat) telah dilaksanakan (dalam hal
terjadi pengunduran diri calon pemenang yang ditunjuk) selanjutnya PPK dapat
menerbitkan SPPBJ.
BAB IV
PENYUSUNAN DAN PENERBITAN SPPBJ
1) Dalam hal tidak terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6
(enam) hari kerja untuk pelelangan umum dan 4 (empat) hari kerja untuk
pelelangan sederhana/ pemilihan langsung setelah pengumuman penetapan
pemenang dan segera disampaikan kepada pemenang yang bersangkutan;
2) Dalam hal terdapat sanggahan banding, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah semua sanggahan banding dijawab, dan segera
disampaikan kepada pemenang;
3) Dalam hal terdapat sanggahan tetapi tidak terdapat sanggahan banding, SPPBJ
harus diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja untuk pelelangan umum
dan paling lambat 4 (empat) hari kerja untuk pelelangan sederhana dan
pemilihan langsung setelah sanggahan dijawab, dan segera disampaikan
kepada pemenang;
4) Penerbitan SPPBJ untuk seleksi jasa konsultasi harus diterbitkan paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah pokja ULP menyampaikan Berita Acara Hasil Seleksi
(BAHS) kepada PPK.
Pada prinsipnya, SPPBJ merupakan dasar bagi PPK dan penyedia barang/jasa
untuk melakukan pekerjaan dalam suatu ikatan bukti perjanjian. SPPBJ juga dapat
memberikan kepastian bagi penyedia barang/jasa dalam memperoleh suatu
pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, aturan waktu penerbitan SPPBJ harus dilakukan
secepat mungkin ketika suatu proses pemilihan dinyatakan telah selesai (termasuk
proses sanggahan dan sanggahan banding). Sebagai contoh, jika tidak ada sanggahan
pada pelelangan umum, dimana waktu sanggahan diberikan 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman pemenang, maka paling lambat pada hari keenam SPPBJ sudah
diterbitkan oleh PPK. Begitu juga pada pelelangan sederhana, dimana diberikan waktu
sanggahan selama 3 (tiga) hari kerja setelah pengumuman. Oleh karena itu, paling
lambat hari keempat setelah pengumuman pemenang SPPBJ sudah diterbitkan.
sudah diatur dengan jelas, sehingga jika tanggal SPPBJ melebihi batas waktu tersebut,
maka SPPBJ dinyatakan batal demi hukum.
c. Nomor dan Lampiran Surat
Nomor surat adalah nomor persuratan pada organisasi PPK, sedangkan
lampiran surat diisi jika ada surat/berkas yang dilampirkan, misalnya format jaminan
pelaksanaan.
d. Nama Penyedia Barang/Jasa yang Ditunjuk
Nama penyedia barang/jasa yang ditunjuk diisi dengan nama pegawai yang
menandatangani dokumen penawaran yang dilengkapi dengan nama perusahaan
beserta alamat lengkap perusahaan yang terdapat dalam dokumen penawaran.
Sedangkan jika penyedia berbentuk perorangan, maka diisi dengan nama dan alamat
rumah penyedia perseorangan tersebut yang terdapat dalam dokumen penawaran.
e. Perihal
Perihal diisi dengan penunjukan penyedia untuk melaksanakan pekerjaan. Hal
yang perlu diperhatikan dalam menulis perihal ini adalah kesesuaian nama pekerjaan
dengan dokumen-dokumen pendukung (BAHP/BAHS dan surat penetapan pemenang).
Contoh:
Penyedia Badan Usaha
Perihal : Penunjukan Penyedia untuk Pelaksanaan Paket Pekerjaan Pengadaan Jasa
Penyelenggaraan Pelatihan Untuk Instruktur (ToT) Penyedia Perorangan (Jasa
Konsultansi)
Perihal : Penunjukan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan Tenaga Ahli Bidang
Rekrutmen Peserta Pelatihan dan Monitoring Evaluasi Pelatihan
f. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka berisi tentang nomor surat dan tanggal penawaran dari
penyedia barang/ jasa yang ditunjuk dan nilai penawaran harga. Nomor surat dan
tanggal penawaran harus sesuai dengan BAHP/BAHS dan surat penetapan pemenang.
Nilai penawaran harga yang dicantumkan adalah nilai penawaran harga terkoreksi
untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan kontrak harga satuan atau gabungan
harga satuan dan lumpsum. Sedangkan untuk kontrak lumpsum, harga yang
dicantumkan adalah harga penawaran awal penyedia barang/jasa. Hal ini karena pada
kontrak lumpsum, koreksi aritmatik tidak merubah harga penawaran. Untuk pekerjaan
jasa konsultansi penawaran harga terkoreksi yaitu penawaran harga setelah dilakukan
negosiasi.
g. Paragraf Isi
Paragraf isi berisi ketentuan mengenai penyerahan jaminan pelaksanaan, waktu
penandatanganan bukti perjanjian, dan sanksi bagi penyedia barang/jasa jika menolak
pekerjaan dengan alasan yang tidak dapat diterima.
1) Penyerahan jaminan pelaksanaan
Ketentuan menyerahkan jaminan pelaksanaan dipersyaratkan bagi pengadaan
barang/ pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang nilai pekerjaannya diatas 200 Juta
rupiah, sedangkan untuk pengadaan jasa konsultasi tidak memerlukan jaminan
pelaksanaan. Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya, besaran
nilai jaminan pelaksanaan untuk nilai penawaran terkoreksi lebih dari sama dengan
80% dari nilai total HPS ialah sebesar 5% dari nilai kontrak. Sedangkan untuk
penilaian penawaran terkoreksi di bawah 80% dari nilai total HPS, penyedia
barang/jasa wajib menyerahkan jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai total HPS.
2) Waktu penandatanganan bukti perjanjian
Waktu penandatanganan bukti perjanjian baik berupa SPK atau Surat
Perjanjian/Kontrak ditetapkan 14 hari kerja sejak SPPBJ diterbitkan. Jika sampai
dengan batas waktu tersebut kontrak belum ditandatangani yang disebabkan oleh
kesalahan penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk batal
menjadi penyedia dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam Perpres No. 54 Tahun
2010 beserta perubahannya. Apabila keterlambatan penandatanganan kontrak
disebabkan oleh kesalahan PPK, maka penyedia barang/jasa dapat menuntut PPK
secara perdata. Jika keterlambatan penandatanganan kontrak disebabkan oleh
keadaan kahar, maka batas waktu penandatanganan kontrak dalam SPPBJ dapat di-
addendum oleh PPK.
h. Bagian Pengesahan/Tanda Tangan
Organisasi PPK dapat terdiri dari berbagai pihak, di antaranya ialah Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), tim pendukung (direksi lapangan, konsultan pengawas, tim
pelaksana swakelola, tim administrasi dan keuangan, dll.). Terkait dengan
kewenangan dalam penandatanganan SPPBJ, hanya PPK yang dapat menandatangani
SPPBJ dan tidak dapat diwakilkan oleh salah satu pihak dalam organisasinya. Tanda
tangan harus dilengkapi dengan nama lengkap PPK bersangkutan dan jabatan sebagai
PPK sesuai dengan Surat Keputusan (SK) yang ditetapkan.
i. Tembusan
Tembusan SPPBJ wajib diberikan kepada PA/KPA, ULP/Pokja ULP, dan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) pada instansi PPK yang bersangkutan. Bagi
ULP/Pokja ULP tembusan SPPBJ dapat diartikan bahwa proses pemilihan penyedia
barang/jasa telah selesai dilaksanakan, sedangkan bagi APIP, tembusan SPPBJ dapat