Desi
Desi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi
tinggi dalam penyediaan daging. Kerbau merupakan ternak asli daerah panas dan lembab
khususnya daerah belahan utara tropika. Tujuan pemeliharaan ternak kerbau adalah sebagai
tenaga kerja, penghasil daging, dan susu . Selama 8 tahun terakhir ini perkembangan ternak
kerbau di Indonesia kurang menggembirakan. Populasi ternak kerbau yang ada di Indonesia
saat ini 40% berada di Pulau Jawa dengan kepemilikan 1-2 ekor per orang peternak . Salah
satu factor yang menyebabkan rendahnya populasi ternak kerbau adalah keterbatasan bibit
unggul, rendahnya mutu pakan ternak, perkawinan silang dan kurangnya pengetahuan
peternak dalam menangani produksi ternak tersebut. Kerbau dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu kerbau rawa dan kerbau sungai, dan yang berkembang di Indonesia kebanyakan
adalah kerbau rawa/lumpur.
Suhubudy (2005) mendeskripsikan beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya
populasi kerbau di Indonesia. Adanya program sapinisasi, rendahnya tingkat reproduksi
kerbau, dan teknik serta metode praktek peternakan di Indonesia yang tidak mendukung
pengembangan ternak kerbau merupakan faktor-faktor yang menyebabkan populasi ternak
kerbau tidak berkembaang dengan baik.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa ternak kerbau sama sekali tidak memiliki
potensi pengembangan. Kerbau dapat dijadikan sebagai salah satu ternak potong yang dapat
menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat (Litbangnak, 2006).
Oleh karena Ternak kerbau yang ada di Indonesia perlu dilestarikan dan dikembangkan sesuai
denga kondisi wilayah masing-masing.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang menjadi masalah pengembangan kerbau di Indonesia?
2. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah pengembangan kerbau di Indonesia?
II. PEMBAHASAN
B. Produktivitas Kerbau
Murti (2006) menyatakan bahwa reproduksi yang jelek dari kerbau rawa dan sungai
adalah faktor utama yang membatasi kinerja kerbau dan pencapaian perbaikan. Kerbau (rawa
dan sungai) mempunyai umur beranak pertamakali sangat tinggi dan interval kelahiran yang
panjang akibat perkawinan yang tergantung pada musim. Kadangkala siklus estrus yang
tidak tampak juga menyulitkan dokter hewan dan ahli ternak di pedesaan dalam upaya
pengaturan reproduksinya. Kerbau jantan akan mengalami dewasa kelamin pada umur 2
tahun, sedangkan kerbau dara mulai mengalami estrus pada umur 2 - 2,5 tahun.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. permasalahan pengembangan peningkatan populasi kerbau di Indonesia di sebabkan oleh
factor internal dan eksternal, hal ini menyebabkan pengembangan usaha ternak kerbau di
Indonesia kurang berkwmbang dibandingkan dengan ternak sapi.
2. Peningkatkan populasi kerbau di Indonesia yaitu dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti membentuk village breeding system, Komitmen yang berkelanjutan, Pembentukan
upaya recording ternak, penerapan teknologi khusunya , kelompok ternak, Melakukan
seleksi, Peternak yang memiliki kerbau yang baik dan memenuhi standar bibit perlu
mendapat penghargaan, Mengembangkan program inseminasi buatan pada daerah-daerah
yang padat populasi kerbaunya, Peningkatan pendidikan inseminator, Penggunaan teknik
sinkronisasi birahi,dan persilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2006. Sulawesi Tenggara dalam Angka. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara.
http://www.sultra.dalam.angka2006.bps. 15 Agustus 2009.
Ditjennak, 2004. Dalam http;www.ditjennak.go.id/basisdataproses.asp?yhn1
=2004&thn2=2008&jt=kerbau&button=submit&rep=2&ket=populasi+nasional+
%28per+provinsi%29+.
Keman, S. 2006. Reproduksi ternak kerbau. Menyongsong rencana kecukupan daging tahun 2010.
Pros. Orasi dan sSeminar Pelepasan dosen purna tugas 2006. Fakultas peterenakan. UGM.
Yogyakarta.
Lendhanie, UU. 2005. Karakteristik Reproduksi kerbau rawa dalam kondisi lingkungan peternakan
Rakyat Bioscientiae, 2.(1) http:/ Bioscientiae.tripod.com
Toilehere, MR. 2001./ Potensi dan pengembangan kerbau di Indonesia. Suatu tinjauan reproduksi.
Workshop kebijakan ketahanan pangan kerbau sebagai sumber keanekaragaman protein
hewani. Kerjasama pustlitbang peternakan dan dinas pertanian peternakan provinsi Bnnaten,
Cilegon.
Tillman, dkk. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadja Mada University oress, Fakultas
Peternakan,. UGM. Jogjakarta
Triwulanngsih E., 2006. Kerbau Sumber Daging dan Susu, Mungkinkah?. Balai
Penelitian Ternak Bogor, Indonesia. http://www.balitnak.bogor.kerbau.sumber.daging.dan.sus
u.mungkinkah. 11 Agustus 2009
1. Definisi Operasioanal Tipe A
Adalah perumusan dalam bentuk suatu tindakan yang harus dilakukan untuk
memunculkan fenomena atau keadaan seperti apa yang dimaksud. Sehingga dari judul di atas
dapat diketahui definisi operasionalnya berupa variabel Metode SAS (Struktural Analitik
Sintetik).
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah metode yang bersumber pada ilmu jiwa
yang berpandangan bahwa pengamatan dan penglihatan pertama manusia adalah global atau
bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang diperkenalkan pada murid
haruslah mulai ditunjukan dan diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global.