Gejala Klinis
Pada kondisi terjadi peningkatan tekanan intrakranial dapat ditemukan tanda dan
gejala berupa Nyeri kepala hebat, Muntah dapat proyektil maupun tidak,
Penglihatan kabu, Bradikardi dan hipertensi
NON-FARMAKOLOGI
A. Posisi Pasien
Elevasi kepala yang dapat mengontrol TIK, yaitu menaikkan kepala dari
tempat tidur sekitar 15 300. Tujuan untuk menurunkan TIK, jika elevasi
lebih tinggi dari 30 maka tekanan perfusi otak akan turun.
o Hindari posisi tengkurap dan trendelenburg.
o Elevasi bed bagian kepala digunakan untuk menurunkan TIK. posisi
yang disarankan adalah elevasi kepala antara 15 300
o Kepala pasien harus dalam posisi netral tanpa rotasi ke kiri atau kanan,
flexion atau extension dari leher.
o Elevasi bed bagian kepala diatas 4000 akan berkontribusi terhadap
postural hipotensi dan penurunan perfusi otak.
o Elevasi kepala merupakan kontra indikasi pada pasien hipotensi sebab
akan mempengaruhi CPP.
B. Oksigenisasi
Ventilasi dan Oksigenasi. Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus
dihindari karena merupakan vasodilator serebral poten yang menyebabkan
penambahan volume darah otak sehingga terjadi peningkatan TIK,
terutama pada pasien dengan pernicabilitas kapilcr yang abnormal.
Intubasi dan ventilasi mekanik diindikasikan jika ventilasi atau oksigenasi
pada pasien edema otak buruk.
FARMAKOLOGI
1. Manitol
Manitol saat ini merupakan diuretika osmotika yang banyak digunakan
sebagai obat pilihan untuk mengatasi tekanan tinggi intrakranial. Manitol
merupakan diuretika osmotika utama yang digunakan untuk mengurangi
edema serebri. Manitol menurunkan tekanan intrakranial dengan cara
memindahkan cairan dari intraselular ke ruang intravaskular. Pemindahan
cairan tersebut karena menaikkan gradient osmotik antara otak dan darah.
Efek cepat manitol didapat dari perubahan keenceran darah yang akan
menaikkan aliran darah otak serta oksigenasi otak yang menyebabkan
vasokontriksi yang berujung pada penurunan tekanan intrakranial. Sebagai
agen pengusir radikal bebas, manitol berperan sebagai pelindung melawan
jejas biokimia.
Komplikasi paling biasa dari terapi manitol ialah ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, edema kardiopulmonal dan rebound edema serebri. Manitol
juga bisa menyebabkan gagal ginjal pada dosis terapetik dan reaksi
hipersensitivitas bisa terjadi. American Heart Association
merekomendasikan penggunaan manitol secara luas digunakan pada stroke
akut di seluruh dunia.
Teknik Pemberian
Diuretik osmotik (Manitol 20%)
Dosis : 0,5 -1 gr/kg BB diberikan dalam 30 menit
Untuk mencegah rebound diberikan ulangan manitol setelah 6 jam dengan
dosis 0,25-0,5 gr/kg BB dalam waktu 30 detik.
2. Glyserol/ Glyserine
Bukti-bukti telah diperoleh bahwa terapi glycerol baik per oral (1,5 g/Kg/BB
sehari), maupun per infus sebagai larutan glycerol dalam larutan garam
fisiologik (500 cc sehari dalam 5-6 jam) memperbaiki CBF dan juga
metabolisme serebral di kawasan yang iskemik. Keuntungan yang
didapatkan disertai perbaikan dan peningkatan penggunaan O2 sehingga
meniadakan produksi asam laktat yang cepat mengakibatkan timbulnya
edema serebri regional. Juga restorasi fosfat anorganik telah terbukti
dipercepat oleh glycerol, sehingga terjadi sintesis fosfolipid di dalam
kawasan iskhemia serebri. Pada penderita diabetes yang mengidap stroke,
glycerol memberikan keuntungan lebih besar, oleh karena glycerol
merupakan sumber karbohidrat yang menimbulkan hiperglikemia/
glukosuria. Bagi penderita stroke yang hipertensif dan mempunyai
gangguan ginjal, glycerol bertindak sebagai diuretikum. glycerol jarang
disertai efek samping yang berbahaya. Cara penggunaannya adalah sebagai
berikut :
Penggunaan per oral :
Dosis : 1,5 gram/kgBB sehari diberi dalam 3 atau 4 angsuran
Cara pemberian : 25-30 cc glyserol dilarutkan dalam 200 cc air dan diminum
sekaligus atau dicicil asal habis dalam sampai 1 jam, tiga kali sehari,
selama 10 hingga 15 menit.
Penggunaan per infus:
Dosis : 500 cc 10% glyserol
Cara pemberian : Infus tetes, 30 tetes per menit sehingga habis dalam 5-6
jam. Diberikan 500 cc setiap hari, selama 5 hari berturut-turut, kemudian
pemberian infus dihentikan selama 2 hari dan selanjutnya dapat diteruskan
selama 5 hari lagi secara berturut-turut.
4. Salin Hipertonik
Cairan salin hipertonik (NaC1 3%) juga dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti manitol dalam terapi edema otak. Mekanisme kerjanya kurang
lebih sama dengan manitol, yaitu dehidrasi osmotik. Salin hipertonik
menurunkan TIK lebih baik dibandingkan salin nomal atau larutan ringer
laktat.
5. Steroid
Steroid diharapkan dapat mengurangi edema vasogenik, steroid dapat
meredakan edema serebri yang mengelilingi infark atau daerah dimana sel
membran tidak sepenuhnya rusak. Efikasi steroid meragukan; peningkatan
resiko perdarahan, infeksi dan eksaserbasi diabetes dilaporkan ketika steroid
digunakan pada pasien stroke. Pada kasus-kasus tertentu seperti anak muda,
ada edema yang sangat impressive melaporkan zona infarknya masih kecil.
Pada kasus-kasus jarang seperti ini, steroid dapat menolong.
Dosis steroid yang diberikan adalah 8-10 mg IV, diikuti 4 mg/6 jam im untuk
10 hari. Tapperly off (penyusutan bertahap dosis sampai berhenti sama
sekali) dilakukan sekitar 7 hari.
6. Barbiturat
Barbiturat dapat menurunkan tekanan intrakranial secara efektif pada pasien
cedera kepala berat dengan hemodinamik yang stabil. Terapi ini biasanya
digunakan pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan lain maupun
penanganan TIK dengan pembedahan.
7. Furosemid
Terkadang dikombinasikan dengan manitol. Terapi kombinasi ini telah
terbukti berhasil pada beberapa penelitian. Furosemid dapat meningkatkan
efek manitol, namun harus diberikan dalam dosis tinggi, sehingga risiko
terjadinya kontraksi volume melampaui manfaat yang diharapkan. Peranan
asetasolamid, penghambat karbonik anhidrase yang mengurangi produksi
CSS, terbatas pada pasien high-altitude illness dan hipertensi intrakranial
benigna.