Anda di halaman 1dari 7

Peran Filsafat dalam Ilmu, Moral, Nilai-nilai, dan Hakikat Manusia

Edward Anderson Nainggolan

102016160/C3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

edward.2016fk160@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, manusia selalu belajar untuk mengembangkan diri dari
sekitarnya. Ini membawa manusia kepada perluasan filsafat manusia dan melahirkan filsuf-filsuf yang
banyak berperan dalam perkembangannya. Pemikiran-pemikiran yang berujung pada kemajuan dibidang
pengetahuan terus berlangsung dari waktu ke waktu. Kemampuan untuk berpikir secara kritis diperlukan
dalam perkembangan wawasan manusia dan ketika mempertimbangkan pilihan sebelum pengambilan
keputusan, memperhatikan dampak-dampak yang mungkin terjadi. Seperti dalam kasus operasi plastik,
tidak semua orang dapat menerima dan sependapat akan ijin yang diberikan untuk menjalankan tindakan
operasi plastik. Disinilah manusia ditantang untuk berpikir secara kritis dan menuturkan ide-ide yang
dimilikinya dalam kalimat-kalimat logis sehingga dapat diterima oleh orang lain. Pemikiran-pemikiran ini
tidak hanya dilihat dari satu aspek kehidupan, melainkan dilihat dari berbagai aspek seperti dari sudut
sebagai manusia, nilai-nilai, dan moral.

Kata Kunci: Berfikir kritis, filsafat, operasi plastik

Abstract

As Gods supreme creation, mankind had been granted the ability to learn, and thus developing
themselves and their surroundings. This brings humans to the expansion of human philosophy and gives
birth to philosophers who play important roles in the development. Thoughts that lead to the
advancement of knowledge continued from time to time. The ability to think critically is needed in the
development of knowledge and in decision making, knowing the impacts that may occur. As in the case of
plastic surgery, not everyone can accept and agree to be granted permission to perform plastic surgery.
This is where humans are challenged to think critically and said the ideas he has in logical sentences that
can be accepted by others. These thoughts are not only viewed from one aspect of life, but viewed from a
variety of aspects such as the human angle, values, and morals.

Key words: Critical thinking, philosophy, plastic surgery

1
Pendahuluan

Masyarakat di era modern seperti sekarang ini adalah masyarakat yang cerdas. Mereka
bisa mendapatkan informasi-informasi dengan mudah lewat berbagai media dan teknologi untuk
memperkaya pengetahuan mereka. kita semakin dapat bisa merasakan dampak kemajuan dalam
teknologi , khususnya dalam bidang kedokteran. Salah satu dampak teknologi dalam bidang
kedokteran yang dapat kita rasakan adalah operasi plastik. Operasi plastik adalah cabang
kedokteran yang bersangkutan dengan rekonstruksi dan perbaikan cacat dalam tubuh.1

Semakin berkembangnya teknologi, maka kita juga dituntut untuk berfikir secara baik
untuk memilah hal baik dan buruk dalam teknologi yang berkembang. Upaya dalam berfikir
yang jelas dan baik sangat erat kaitannya dengan filsafat. Filsafat dapat membantu dan
mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapat membawa manusia kepada
pemahaman, dan pemahaman akan membawa kita kepada tindakan yang baik.

Rumusan masalah yang diangkat oleh penulis dalam tinjauan pustaka ini adalah Jiang
Feng, seorang yang berasal dari Cina Utara, kaget bukan kepalang ketika anak perempuan yang
dilahirkan istrinya yang sangat cantik tidak menggambarkan kecantikan ibunya maupun
ketampanan bapaknya. Dia sendiri menyebut anak yang dilahirkan istrinya incredibly ugly.
Untuk membuktikan dugaan perselingkuhan istrinya, Jiang Feng melakukan uji DNA. Akan
tetapi, hasil uji DNA ini begitu mencengangkan Jiang Feng. Anak yang dianggapnya bukan
anaknya terbukti 100% sebagai anak mereka. Karena tidak tahan dengan berbagai tuduhan, istri
Jiang Feng mengaku bahwa sebelum mereka bertemu dia pernah melakukan operasi plastic
dengan biaya sampai 100.000 Dollar Amerika. Merasa ditipu, Jiang Feng mempidanakan istrinya
dengan pasal penipuan karena merasa yakin untuk menikahi istrinya berdasarkan kepalsuan.

Tinjauan pustaka ini bermaksud untuk memberi pemahaman mengenai filsafat ilmu,
filsafat manusia, nilai kejujuran, kemampuan berpikir kritis, pendekatan filsafat moral mengenai
skenario yang telah diberikan

2
Filsafat Ilmu

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia (cinta akan kebijaksanaan), maka
filsafat sejati selamanya akan terus mencari tanpa kenal lelah. Aktivitas yang khusus bagi filsafat
adalah bertanya.2,3 Keinginan bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu tidak sekedar terarah pada wujud sesuatu, melainkan
juga terarah pada dasar dan hakikatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas filsafat. Filsafat
memiliki sifat dasar diantaranya berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran, mencari
kejelasan, berpikir rasional.3

Filsafat dan ilmu dilihat dari segi historis memiliki hubungan yang mengalami
perkembangan yang sangat mencolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, philosophia
meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis.3 Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan
dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa
dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif. Ilmu pada dasarnya merupakan upaya
manusia untuk menjelaskan berbagai fenomena empiris yang terjadi di alam ini, tujuan dari
upaya tersebut adalah untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar atas fenomena tersebut.
Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa tidak semua masalah dapat dijawab dengan ilmu,
banyak sekali hal-hal yang merupakan konsern manusia, sulit, atau bahkan tidak mungkin
dijelaskan oleh ilmu seperti masalah Tuhan, Hidup sesudah mati, dan hal-hal lain yang bersifat
non-empiris. Oleh karena itu bila manusia hanya mempercayai kebenaran ilmiah sebagai satu-
satunya kebenaran, maka dia telah mempersempit kehidupan dengan hanya mengikatkan diri
dengan dunia empiris, untuk itu diperlukan pemahaman tentang apa itu kebenaran yang disebut
rasionalisme.2 Filsafat ilmu yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka ini adalah epistimologi
dan nilai estetika.

Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji tentang usaha dan upaya untuk
mencari tahu suatu kebenaran secara hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu
fakta sampai pada batas yang tidak dapat dikaji lagi.4 Epistemologi juga dikatakan sebagai ilmu
yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur dan metode suatu pengetahuan.5

3
Estetika adalah adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang keindahan.6 Estetika
adalah teori tentang persepsi dalam arti yang sangat luas dan mencakup semua jenis persepsi
kenikmatan dan penderitaan.7

Dalam kasus skenario yang dibahas, seorang istri melakukan operasi plastik untuk
mendapatkan suatu nilai estetika, yaitu kecantikan. Kecantikan palsu seorang istri tersebut tidak
didapat berdasarkan salah satu cabang filsafat, yaitu epistemologi yang berdasarkan keaslian.

Filsafat Manusia

Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar
dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang
membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail. Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal
dengan filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik
menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang
manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini
bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-
ekspresi manusia.8 Filsafat manusia juga mengajarkan mengenai makna dari sebuah kecantikan.
Makna kecantikan tidak hanya berarti cantik secara fisik, kecantikan fisik bukanlah kecantikan
yang sejati dan abadi. Kecantikan yang sesungguhnya berasal dari dalam diri sendiri dan akal
budi seseorang. Kecantikan pada seseorang akan lebih sempurna jika disertai dengan kecantikan
hakiki, yaitu kecantikan hati.
Dari skenario yang dibahas, istri dari Jiang Feng melakukan oprasi plastik untuk mendapatkan
kecantikan yang ia inginkan.

4
Filsafat Moral

Dalam sejarah filsafat terdapat banyak sistem etika, artinya, banyak uraian sistematis
yang berbeda-beda tentang hakikat moralitas dan peranannya dalam hidup manusia.9Dalam teori
etika atau filsafat moral dibagi menjadi dua yaitu teologis dan deontologis.

Teleologis berasal dari kata Yunani telos yaitu akhir, merupakan suatu tindakan secara
moral baik atau benar apabila berakibat baik.3 Teori ini adalah teori etika konsekuensialis dimana
menilai baik buruk atau salah benar suatu tindakan dari akibat atau konsekuensinya. Teleologis
bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan.
Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang
terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai salah
menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Namun dengan demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar
menurut hukum.

Deontologis berasal dari kata deon yaitu kewajiban, dalam teori ini berasumsi bahwa
menilai suatu tindakan baik atau benar berdasarkan kewajiban.9Menurut etika deontologi, suatu
tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan
kewajiban. Karena bagi etika deontologi yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban. Dari skenario yang dibahas diambil dua nilai yang sangat berhubungan ketat dengan
filsafat moral, yaitu nilai kejujuran dan nilai perkawinan.

Nilai kejujuran adalah nilai kebaikan sebagai sifat positif yang akan diterima oleh semua
orang dimanapun dan kapanpun ia berada. Jadi, nilai kejujuran adalah nilai kebaikan yang
bersifat umum, yang artinya dapat diterima dan dilakukan oleh semua orang dimanapun.

Nilai perkawinan adalah suatu nilai dimana dua orang manusia disatukan, dan hidup
dalam kesamaan, menjadi patner dalam hidup, dan dapat menghargai dan menerima kekurangan
dan kelebihan masing-masing.10

5
Dalam kasus yang di bahas, Istri Jiang Feng tidak memberitahu kepada suaminya bahwa
ia telah melakukan operasi plastik sebelum menikah, sehingga istri tersebut melanggar nilai-nilai
kejujuran. Begitu juga dengan Jiang Feng, dari segi nilai perkawinan, harusnya Jiang Feng dapat
menerima istri dan anaknya dalam kondisi apapun, bukan menuntut istrinya tersebut.
Tanggapan dari kasus yang dibahas pada skenario, harusnya pernikahan disertai dengan niatan
yang kuat, dilandasi dengan motivasi, dilakukan dengan sepenuh kesadaran dan tanggung
jawab. Maka ketika dalam pernikahan itu melahirkan anak, mereka berdua siap menerima
dengan segala resiko dan konsekuensinya. Tidak saling menyalahkan tentang kondisi anak saat
lahir. Harusnya mereka masih harus bersyukur karena dikaruniai anak, sedangkan di luar sana
masih banyak orang bahkan tidak bisa memiliki keturunan karena sebab-sebab fisik atau
kesehatan.

Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam mengambil


keputusan agar keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Berpikir
kritis harus mampu digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga ilmu pengetahuan
dapat terus berkembang. Manusia sebagai filsuf dituntut untuk mampu berpikir secara kritis
dengan memperhatikan sudut moral, nilai-nilai, dan hakikat sebagai manusia.

6
Daftar pustaka

1. Karmana, O. Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama; 2008. h. 36.


2. Bertens, K. Panorama filsafat modern. Jakarta: Penerbit Teraju; 2005. h. 16-7.
3. Rapar, JH. Ilmu pengetahuan sebuah tinjauan filosofis.Yogyakarta: Penerbit Kanansius;
2001. h. 13-25
4. Dahlan A. Hakikat dan pengertian epistemology. 2015. [Diakses pada senin, 14
November 2016]. Dari: http://www.ahmaddahlan.net/2015/10/hakikat-dan-pengertian-
epistemologi-dan-Epistimologi-filsafat-ilmu.html
5. Qoumar M. Epistemologi pendidikan. Jakarta: Erlangga; 2013. h. 4-5
6. Darmodiharjo D, Shidarta. Pokok-pokok filsafat hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2011. h. 9-10
7. Suharjo M. Teks-teks kunci estetika: filsafat seni. Jakarta: Galangpress Group; 2005. h.
282
8. Abidin, Zainal. Mengenal Manusia dengan Filsafat, Bandung: PT Rosda Remaja; 2008.
h. 202
9. Sutesno FM. Pustaka filsafat 13 tokoh etika. Jakarta: Kanisius; 1997. h. 8-11
10. Groenan. Pustaka teologi perkawinan sacramental. Jakarta: Kanisius; 2009. h. 80-5

Anda mungkin juga menyukai