Anda di halaman 1dari 11

DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

BAB I

PENDAHULUAN

Depresi Pasca Skizofrenia merupakan salah satu klasifikasi dari penyakit


skizofrenia, dimana penyakit primer atau diagnosa utama adalah skizofrenia.
Setelah gejala skizofrenia dinyatakan berkurang (gejala positif dan negatif),
muncullah manifestasi klinik yang termasuk ke dalam kriteria episode depresif
yang mungkin sudah berlangsung lama.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering ditemukan.


Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.
Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-
35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan
perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.

Diagnosis skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan-


perubahan. Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk
menegakkan diagnosis adalah DSM-IV (Diagnostic and statistical manual). Dalam
DSM-IV terdapat kriteria objektif dan spesifik untuk mendefinisikan skizofrenia.
Belum ada penemuan patognomonik untuk skizofrenia. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan suatu sindrom.1

1 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Defenisi Depresi

Depresi adalah bagian dari mood yang berkaitan dengan perasaan


kesedihan yang psikopatologis.1

2.2 Defenisi Skizofrenia

Skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skizo yang berarti pecah dan frenia
yang mengandung makna kepribadian. Skizofrenia merupakan sekelompok
gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi proses pikir,
waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian,
kesadaran pasien tetap jernih, kapasitan intelektual biasanya tidak terganggu.
Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial, dan
waktu senggang).1

2.3 Defenisi Depresi Pasca Skizofrenia

Depresi Pasca Skizofrenia adalah suatu episode depresif yang mungkin


berlangsung lama dan timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia. 2

2.4 Insidens dan Prevalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering ditemukan.


Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.
Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-
35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan
perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.

Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur


hidup sekitar 15 persen. Perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-laki.
Rata-rata usia penderita sekitar 40 tahunan. Data terkini menunjukkan, gangguan
depresi berat diusia kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan

2 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

meningkatnya pengguna alkohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia


tersebut. Depresi lebih sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah.2

2.5 Etiologi

Beberapa penyebab terjadinya Depresi Pasca Skizofrenia adalah:

1. Faktor Organobiologik
Terjadinya ketidakseimbangan aktivitas metabolik dalam tubuh,
seperti gangguan pelepasan Norepinefrin, serotonin, dopamin, dalan
lainnya.

2. Faktor Genetik
Studi menunjukkan, anak biologis dari orang tua yang terkena
gangguan mood beresiko untuk mengalami gangguan mood walaupun
anak tersebut dibesarkan oleh keluarga angkat.

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa tertekan


(stress) dapat mencetuskan terjadinya depresi, baik untuk pertama kali
maupun episode depresif ulangan. Episode pertama ini lebih ringan
dibandingkan episode berikutnya.

4. Faktor Kepribadian

Semua orang, apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami


depresi sesuai dengan situasinya. Peristiwa stressful merupakan
prediktor terkuat untuk kejadian episode depresi. Riset menunjukkan
bahwa pasien yang mengalami stressor akibat tidak adanya
kepercayaan diri lebih sering mengalami depresi.2

2.6 Perjalanan Penyakit

3 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

Gangguan mood merupakan suatu gangguan yang berlangsung lama dan


cenderung kambuh. Gangguan ini lebih ringan dibandingkan dengan dengan
skizofrenia. Stressor psikososial berperan sebagai penyebab awal gangguan mood.
Meskipun episode awal dapat diatasi, perubahan biologi yang menetap di otak
menimbulkan resiko besar untuk timbulnya episode berikutnya.

Ada teori yang mengemukakan adanya stress sebelum episode pertama


menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Hal ini menyebabkan
berbagai neurotransmitter dan sistem sinyal interneuron, termasuk hilangnya
beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya, seseorang individu
beresiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood, sekalipun tanpa
stressor dari luar.2

2.7 Tanda dan Gejala

Depresi Pasce Skizofrenia tidak langsung menghilangkan gejala


skizofrenianya. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada tetapi tidak
mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap tersebut dapat
berupa gejala positif atau negatif (biasanya lebih sering gejala negatif).

Diantara gejala positif dari skizofrenia adalah :

a. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis/gangguan asosiasi pikiran),


adalah pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti ; berjalan bersama
pikiran atau kata-kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa
tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi
b. Waham, yaitu suatu keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang
salah tentang kenyataan eksternal yang tidak sejalan dengan
intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat
dikoreksi oleh suatu alasan
c. Halusinasi, yaitu persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai oleh
stimulasi eksternal yang nyata
d. Gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi)
e. Disorganized (perilaku aneh dan tidak terkendali)

Beberapa gejala negatif dari skizofrenia adalah :

a. Gangguan perasaan (afek tumpul, respon emosi minimal)

4 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

b. Gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis)


c. Gangguan proses pikir (lambat, terhambat)
d. Isi pikiran yang streotip dan tidak ada inisiatif
e. Abulia (perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri)

Sedangkan gejala dari depresi terdiri dari:

1. Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)


- Mood depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
2. Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistik
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri, seperti
bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
3. Diperlukan waktu minimal 2 minggu untuk menegakkan diagnosis.
Akan tetapi dalam periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
4. Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran (episode
depresi berat atau episode manik)
5. Gejalanya menimbulkan hendaya sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lainnya yang bermakna secara klinis
6. Gejalanya buka merupakan efek langsung dari penyalahgunaan obat.2

2.8 Kriteria Diagnostik

Kriteria diagnostik Depresi Pasca Skizofrenia menurut PPDGJ-III adalah:

1. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria unum)


skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini
2. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya)

5 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

3. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling


sedikit kriteria untuk episode depresif dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu
4. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi episode depresif . Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia
yang sesuai.3

2.9 Diagnosis Banding

1. Episode depresif

2. Skizofrenia simpleks

2.10 Terapi

2.10.1 Farmakoterapi

1. Obat Antipsikotik

Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Antipsikotik dibagi


dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

a. Dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotika generasi I


(APG-I) disebut juga antipsikotika konvensional atau tipikal

Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala


positif sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat.
Semua obat APG-I dapat menimbulkan efek samping extrapiramidal
symptoms (EPS) yaitu parkinsonisme, distonia akut, dan akatisia.

b. Serotonin dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II


(APG-II) disebut juga antipsikotika baru atau atipikal.

Obat APG-II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.

Tabel dibawah ini memperlihatkan klasifikasi antipsikotik

Antipsikotik Ikatan kimia Dosis anjuran

6 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

Antipsikotik tipikal
Chlorpromazine Phenothiazine (aliphatic) 150-600 mg/h
Thioridazine Phenothiazine (piperazine) 150-600 mg/h
Trifluopherazine Phenothiazine (piperazine) 10-15 mg/h
Haloperidol Butyrophenone 5-15 mg/h
Fluphenazine Phenothiazine (piperazine) 25mg/2-4
Sulpiride Diphenilbutylpiperidine
minggu
Pimozide Diphenilbutylpiperidine
300-600 mg/h
2-4 mg/h

Antipsikotik atipikal
Risperidone Benzisoxazole 2-6 mg/h
Clozapine Dibenzodiazepine 25-100 mg/h
Quetiapine Dibenzodiazepine 50-400 mg/h
Olanzapine Dibenzodiazepine 10.20g/h

2. Obat Anti-depresi

a. Penggolongan obat antidepressan adalah:

- Golongan Trisiklik (Amitriptilin, Imipramin, Clomipramine, Tianeptine)


- Golongan Tetrasiklik (Maprotiline, Mianserine, Amoxapine)
- Golongan MAOI-Reversible (Moclobemid)
- Golongan SSRI (Sertralin, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetin,
Duloxetine, Citalopram)
- Golongan Anti depresi Atypical (Trazadone, Mirtazapine, Venlafaxine)

b. Mekanisme Kerja

Sindrom depresi disebabkan oleh defesiensi relatif salah satu atau


beberapa aminergic neurotransmitter (serotonine, dopamine) pada sinaps neuron
di SSP (khususnya pada sistem limbik)

Mekanisme kerja Obat Anti-depresi adalah:

- Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter


- Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine Oxidase,

Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada


sinaps neuron di SSP.

c. Efek Samping

7 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

- Sedasi (seperti rasa mengantuk)


- Efek Antikolinergik (seperti mulut kering, takikardi, konstipasi)
- Efek Antiadrenergik (seperti hipotensi)
- Efek Neurotoksis (seperti insomnia, tremor halus)4

2.10.2 Terapi psikososial

Terapi utama depresi pasca skizofrenia adalah farmakologi. Psikoterapi


jangka panjang yang berorientasi tilikan, tempatnya sangat terbatas. Di sisi lain,
metode psikososial berorientasi suportif sangat bermanfaat terutama pada terapi
jangka panjang skizofrenia.

Terapi perilaku

Terapi berorientasi keluarga

Terapi kelompok .

Psikoterapi individual2

2.11 Prognosis

Kemungkinan prognosis baik, jika episode depresif ringan pasca


skizofrenia , waktu rawat inap singkat, indikator psikososial meliputi mempunyai
teman akrab selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit
secara umum fungsi sosial baik.

Kemungkinan prognosis buruk, jika depresi berat bersamaan dengan


distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, ditemukan gejala cemas, ada
riwayat lebih dari sekali episode depresi sebelumnya, serta gejala skizofrenia
kembali muncul seperti gejala positif pada skizofrenia. 2

8 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Depresi Pasca Skizofrenia adalah suatu episode depresif yang mungkin


berlangsung lama dan timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia
2. Beberapa etiologi Depresi Pasca Skizofrenia adalah faktor genetik, faktor
organobiologik, faktor psikososial,faktor kepribadian
3. Kriteria diagnostik Depresi Pasca Skizofrenia ditegakkan jika menemukan
gejala seperti telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir, beberapa
gejala skizofrenia masih tetap ada, Gejala-gejala depresif menonjol dan

9 | Page
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

menganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif dan


telah ada paling sedikit 2 minggu
4. Terapi yang diberikan adalah berupa farmakoterapi, seperti antipsikotik
untuk mkengobati penyakit primernya, dan anti-depressan untuk
mengurangi gejala depresinya.
5. Prognosis Depresi Pasca Skizofrenia tergantung kepada onset, faktor
lingkungan, faktor genetik, faktor kepribadian, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA, Sinopsis Psikiatri Jilid I Edisi VII,
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997: 456

2. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. EGC,
Jakarta, 2011: 201; 228-243

3. Maslim R, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,


Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2001:50

4. Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Obat Klinis Psikotropik Edisi III,


Jakarta : Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. 2002: 23-35

10 | P a g e
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai