Anda di halaman 1dari 4

Q3: SQUANCE & GAP FOR AGRESSIVENESS TAX AND FINANCIAL

REPORTING (FRANK 2004 & 2009, HELTZER 2012)

Pajak merupakan iuran wajib warga kepada Negara dimana hasil yang telah terkumpul
akan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Diantara warga yang wajib
membayar pajak adalah perusahaan dan badan yang juga merupakan bagian terbesar sumber
penerimaan pajak. Namun menurut suatu penelitian, perusahaan lebih memilih melakukan
tindakan pajak agresif (tax aggressiveness reporting) yang bertujuan untuk menurunkan laba
kena pajak melalui perencanaan pajak (tax planning), baik menggunakan cara tax evasion
maupun tidak.
Tindakan perusahaan dalam melakukan pajak agresif memaksa perusahaan melaporkan
laba yang lebih rendah dari yang seharusnya. Laba yang rendah ini kemudian dapat merusak
kepercayaan stakeholder (kreditur, investor, dan shareholder) terhadap perusahaan. Reputasi
kinerja akan menjadi baik jika perusahaan mencatatkan laba yang tinggi. Dengan laba yang
tinggi, perusahaan akan dapat dengan mudah melakukan ekspansi dan mencari sumber
pembiayaan lain untuk dapat lebih meningkatkan labanya di masa depan dan mengungguli
pesaing-pesaingnya. Kegiatan meningkatkan laba terlapor ini disebut dengan agresivitas
pelaporan keuangan (financial aggressiveness reporting).
Beberapa penilitian terdahulu menyebutkan adanya trade off antara tindakan pajak agresif
dan agresivitas pelaporan keuangan. Namun, dalam penelitian terkini dikemukakan bahwa
perusahaan tidak lagi melakukan trade off dalam pajak dan laporan keuangannya. Perusahaan
telah mampu membukukan laba yang tinggi sekaligus menurunkan pajak yang dibayar. Hal
ini disebut dengan book-tax difference yang menyasar bagian remang-remang antara
ketentuan akuntansi dan perpajakan. Bagian ini merupakan area permainan perusahaan
sehingga dapat mendapatkan dua keuntungan sekaligus.
Frank (2004), Frank (2009), dan Heltzer (2012) menyatakan bahwa ada hubungan
resiprokal atau dua arah. Dengan kata lain, tindakan manajemen pajak dapat mempengaruhi
tindakan manajemen laba, dan sebaliknya. Hal ini karena kedua hal tersebut dilatarbelakangi
oleh hal yang sama. Manajemen berorientasi pada tingginya laba yang dilaporkan dengan
kecilnya pajak yang dibayar. Hasil penelitian tersebut berasal dari data perusahaan-
perusahaan yang memenuhi kriteria Graham dan Tucker (2006), kemudian mengajukan
hipotesis yang sama, yaitu adanya hubungan yang positif antara tax aggressiveness dan
financial aggressiveness reporting.
Ketiga penelitian menggunakan ukuran financial aggressiveness reporting yang tercermin
dalam manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Salah satu cara untuk memanajemen laba
adalah melalui penggunaan kebebasan atau diskresi untuk memilih metode adan estimasi
akuntansi yang akan digunakan. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Oleh
karena itu, untuk mengukur besarnya agresivitas pelaporan keuangan digunakan proxy
diskresi akrual yang dapat dihiyung dengan menggunakan model Jones modifikasian, yaitu:
= 0 + 1 + 2 +
Dimana:
TACC = Total akrual perusahaan i pada tahun t, yaitu selisih antara laba sebelum
pos luar biasa dan operasi yang dihentikan dengan arus kas dari operasi
REV = Perubahan pendapatan perusahaan i tahun t dengan t-1
AR = Perubahan piutang dagang perusahaan i tahun t dengan t-1
PPE = Nilai kotor aset tetap perusahaan i pada tahun t
= Diskresi akrual (DFIN) perusahaan i pada tahun t

Area yang menjadi perhatian utama dalam ketiga penelitian adalah perbedaan permanen
(permanent differences / PERMDIFF) daripada perbedaan temporer karena beberapa
alasan:
1. Perbedaan temporer hanya mencerminkan manajemen laba melalui pre-tax accruals. Hal
ini tidak sesuai dengan proxy yang dipakai karena perbedaan temporer bukanlah suatu
bentuk tax planning;
2. Pre-tax earning yang tinggi akan memperkecil Earning Tax Ratio (ETR). Kecilnya ETR
ini tidak hakiki karena hanya bersifat temporer;
3. Perbedaan permanen dinyatakan dengan satuan mata uang, sementara ETR dinyatakan
dalam persentase. Perbedaan permanen akan secara tegas menyatakan bahwa telah
dilakukan financial reporting aggresiveness;
4. Perbedaan permanen sesuai dengan bukti-bukti penyimpangan dalam beberapa penelitian
yang lain.
Model penelitian yang digunakan merupakan adaptasi dari Frank et.al (2009) yang
menganalisis tindakan tax aggresiveness dan financial aggresiveness yang diawali dengan
penentuan diskresi perbedaan permanen perusahaan. Perhitungan PERMDIFF pada Frank
(2004) memasukkan variabel harga pasar saham, perubahan EPS, utang jangka panjang, dan
indikator tahun fiskal. Terlihat di sini bahwa Frank (2009) memasukkan faktor harga saham
dan atribut-atributnya dalam perhitungan PERMDIFF, berbeda dengan Frank (2009) dan
Heltzer (2012) dimana pada penelitian ini perhitungan saham menjadi fokus tersendiri.
Frank (2009) memisahkan perhitungan yang berkaitan dengan saham dan shareholder.
Pemisahan perhitungan ini akan berguna bagi shareholder dalam memilih apakah akan
melanjutkan investasi ke perusahaan atau tidak. Perhitungan Frank menyasar pada abnormal
return EPS dengan notasi Significant Abnormal Return (SAR) yang dirumuskan dengan:

Dimana:
DFIN Discretionary accruals
DTAX Discretionary Permanent Difference
MTB Market value of common equity at year t#1 (Compustat #199 * Compustat #25)
divided by book value of common equity at year t-1
BETA The firms beta from CRSP
PE The ratio equal to the market value of common equity divided by net income
RET Size-adjusted 12-month buy-and-hold stock return for year t starting with the first
day of the fourth month after the fiscal year-end at year t-1
CFO The cash flow from operations.

Dengan perhitungan tersendiri, shareholder dapat dengan mudah menentukan apakah


terdapat agresivitas keuangan dalam perusahaan.
Frank (2004 dan 2009) cenderung berpendapat bahwa perusahaan memiliki motif kuat
untuk melakukan tindakan agresivitas. Namun dalam penelitian Heltzer (2012) mencoba
untuk menjawab tiga kondisi yang berasal dari proxy Aggressive Tax Reporting yaitu
kemauan perusahaan membayar pajak (Willingness to Pay), keengganan membayar (Pervassive
Agresiveness), dan Netral. Penekanan pada penelitian Heltzer (2012) berfocus pada satu proxy
yang berasal dari penelitian Frank (2009) dengan analysis univeriat dan mutivariat karena
Heltzer membedakan sampel dari perusahaan klien dari auditor Arthur Anderson (AA) dan
non-AA.
Selain hal di atas, diantara variable yang digunakan untuk menentukan ketiga penelitian
tersebut yaitu Market value to Common Equity (MTB), Number of consecutive years that
firm j experienced a positive change in net income (INCR_EPS), Number of consecutive
years that firm j met or beat the mean analyst forecast (POS_AFE), Number of analysts
following firm j for firm (NUM_ANS), Long Term Debt (DEBT), Goodwill and other
intangibles (INTANG), Income (loss) reported under the equity method (UNCON), Income
(loss) attributable to minority interest (MI), Current state income tax expense (CSTE), dan
one-year lagged PERMDIFF (LAGPERM). Hasil dari ketiga penelitian ini menyatakan
bahwa ada hubungan antara tax aggressiveness reporting dan financial aggressiveness
reporting secara timbal balik.
Pada agressiveness tax reporting pada frank (2009) diperlukan perbedaan Rev (sales)
dan AR (account receivables). Namun pada frank (2004) dan heltzer (2012) sementara
dipelukan PPE. Proxi fiancial agressiveness reporting frank (2004) menggunakan
Performance Adjusted Discretionary Acrual (DACC), sementara frank (2009) menggunakan
Performance Matched Discretionary Acrual (DFIN).
Ketiga penelitian tersebut juga berbeda terhadap kontrol yang digunakan yaitu pada frank
(2004) Terdiri atas : control for earning management incentives (capital market incentive)
dan control for rule difference between GAP and tax law. Sementara heltzer (2012) Seberapa
agresifkah level dari tax reporting? Dengan ukuran DTAX, B_ETR, dan C_ETR; B_ETR =
Income Tax ( pajak pendapatan) dibagi pretax income dikurangi item spesial; dan C_ETR =
sama dengan B_ETR namun bukan Pajak Pendapatan (Income Tax) tapi Tax paid nya.
Intinya bahwa hasil dari penelitian Frank (2004 dan 2009) menyimpulkan terdapatnya
hubungan positif pada beberapa tahun untuk PERMDIFF namun tidak berarti bahwa
dengan hasil tersebut makan secara umum cenderung book aggressive and tax aggressive. Hal ini
berbeda dengan hasil dari penelitian Heltzer (2012) yang cenderung meneliti tax aggressive
dengan menggunakan persamaan yang berasal dari frank pada penelitian sebelumnya. Di
tahun 2012 dijelaskan pula bahwa tidak ada satupun dari hasil regresi dengan 3 variat yang
menunjukkan signifikan secara statistik. Begitu juga pada perilaku perusahaan yang
merupakan klien AA Houston setelah dilakukan audit menambah agressivitas tax reporting.

Reference:

Mary Margaret Frank, Luann J. Lynch, and Sonja Olhoft Rego*, 2004, Does Aggressive Financial Reporting
Accompany Aggressive Tax Reporting (and Vice Versa)?.
Mary Margaret Frank,, Luann J. Lynch, and Sonja Olhoft Rego. 2009. Tax Reporting Aggressiveness and Its
Relation to Aggressive Financial Reporting. The Accounting Review: American Accounting Association.
Reporting Accompany Aggressive Tax Reporting (and Vice Versa)?.
Wendy Heltzer, Mary P. Mindak , Sandra W. Shelton. 2012. The relation between aggressive financial reporting and
aggressive tax reporting: Evidence from ex-Arthur Andersen clients. Researh in Accounting: DePaul University,

Anda mungkin juga menyukai